"Sekali lagi, maaf jika aku lancang. Aku mendengar juga tidak sengaja," ucap Febry.
"Iya. Dia memang pamanku. Tapi, aku sering memang hanya memanggil nama saja, hahaha," ucap Ruby.
Febry masih diam. Belum sempat dia melontarkan pertanyaan yang kedua untuk memperkuat dugaannya Rubi mengatakan sesuatu lagi sehingga Febri pun mau tidak mau harus menerima jawaban tersebut. Meskipun sebenarnya dalam hatinya dia merasa tidak puas.
"Sebagai seorang keponakan mungkin aku ini sangat tidak sopan, ya? Terlalu kurang ajar. Jadi, jangan ditiru," ucap Ruby sambil tersenyum.
"Bocah bodoh! Kenapa dia malah bersikukuh bahwa aku ini adalah pamannya? Harusnya tidak bisa mengelak kalau sebenarnya hubungan aku dan dia adalah sepupu. Tapi karena jarak usia yang begitu jauh akhirnya dia memanggilku dengan panggilan paman. Sebab rasanya tidak pantas apabila dipanggil kakak atau yang sejenisnya.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com