"Aku tidak mau tau Dave, aku ingin perawatan dan mengembalikan kecantikanku seperti dulu lagi!" seru Karla kepada David. David yang sedang menggendong Davila hanya menoleh sekilas lalu menggendikkan bahunya.
"Ya, silakan saja jika kau memang ingin melakukan perawatan."
"Sediakan uangnya!"
"Karla, setiap bulan aku selalu memberimu uang dalam jumlah yang tidak sedikit! Jadi, kau harus bisa menggunakan uang itu sebaik-baiknya, bisnisku sekarang sedang tidak baik, Karla. Kau harus bisa mengerti apa yang saat ini sedang aku hadapi."
Karla mengembuskan napasnya perlahan, ia sudah menduga hal ini akan terjadi. Itu sebabnya ia sudah mengantisipasi hal ini sebelumnya. Diam-diam Karla memiliki uang simpanan di rekening pribadi yang David tidak tau.
"Aku akan kembali menekuni dunia entertainment. Meski tawarannya bukan sebagai bintang utama , tapi bayarannya lumayan besar. Aku sudah menerimanya, besok aku akan mencari orang yang bisa aku percaya untuk menjadi managerku," tukas Karla.
"Aku akan bicara dengan Patricia untuk mengatur semuanya."
"Kenapa harus dia?" tanya Karla. Jujur saja Karla memang sejak dulu tidak pernah akur dengan Patricia.
"Dia adalah sepupuku, sekaligus orang yang paling aku percaya untuk masalah seperti ini."
Karla hanya bisa diam, ia memang tidak pernah mau berdebat dengan David. Karla masih membutuhkan David secara finasial, dan lagi saat ini ada Davila yang bisa Karla manfaatkan sebagai senjata.
"Davila sudah tidur, jangan berisik lagi, aku juga mau tidur. Mengenai perawatanmu, aku akan menambahkan sedikit saja, ingat sekarang ada Davila yang harus lebih kau perhatikan kebutuhannya, Karla."
"Usahamu kan banyak Dave, bukan hanya di dunia entertainment dan digital media."
"Ya, tetapi aku juga punya perhitungan untuk setiap rupiah yang harus aku keluarkan. Satu hal yang harus kau ingat, kau bukan istriku. Tidak ada sedikitpun hakmu untuk mencampuri apa lagi menguasai keuanganku."
"Kalau begitu nikahi aku dengan resmi, Dave. Bukankah aku sudah melahirkan seorang anak untukmu?"
David hanya tertawa kecil, "Kau lupa dengan perjanjian kita? Tidak ada pernikahan di antara kita, kau sendiri sudah menandatanganinya. Lagi pula aku tidak pernah melalaikan kewajibanku kepadamu, bukan?" jawab David dengan entengnya. Karla kembali terdiam, ia sadar bahwa jauh hari memang ia sendiri yang menyetujui perjanjian dengan David.
Karla hanya dapat menahan perasaannya, wanita itu pun keluar dari kamarnya. Untuk kali pertama dalam hidupnya Karla merasa menyesal telah mengambil keputusan yang salah. Selama ini dia selalu bangga bisa berdampingan dengan David, seorang pengusaha muda yang tampan,kaya raya. Tetapi, sebenarnya ia tidak pernah memiliki David dengan utuh. Mungkin selama bertahun-tahun ia dan David tinggal dalam satu atap, tapi itu bukan berarti ia sudah berhasil mengikat David dengan cinta. Ia dan David hanya melakukan apa yang dinamakan dengan simbiosis mutualisme.
"Nyonya mau makan?"
Tiba-tiba terdengar suara Markonah membuat Karla tersadar dari lamunannya.
"Mulai besok, saya kasi menu khusus ya, Markonah. Mulai besok saya mau diet, jadi menu buat saya khusus. Tapi, sekarang saya nggak nolak kalau dibuatkan nasi goreng seafood yang super pedas, ya."
"Beres, kalau nasi goreng aja , Markonah siap, Nyah."
"Tuti ke mana?"
"Tadi di kamarnya Non Davila," jawab Markonah sambil memotong- motong bawang dan cabe rawit.
"Davila masih di kamar saya, biar saya pindahkan," tukas Karla sambil berlalu ke kamarnya. Ia menggendong Davila yang tertidur lelap di samping David kemudian membawa bayi mungil itu ke kamarnya.
Ternyata Tuti memang sedang berada di kamar Davila, ia sedang membereskan pakaian Davila. Karla langsung meletakkan Davila ke dalam box bayinya.
"Sudah makan, Tuti?" tanya Karla kepada baby sitternya itu. Tuti mengangguk, "Sudah, Bu."
"Ya sudah, jaga Davila," ujar Karla.
Tuti memang tidur di kamar Davila, sejak bayi cantik itu lahir, Karla memang tidak pernah mau merawatnya secara full. Bahkan, Karla tidak mau menyusui bayinya sama sekali. Karla merasa dengan dirinya hamil itu sudah membuat tubuhnya menjadi melar, apa lagi jika ditambah menyusui bayi.
Setelah menidurkan Davila, Karla pun segera keluar dan kembali ke ruang makan untuk menunggu nasi gorengnya selesai di masak.
"Duh, harum sekali ...."
"Pasti atuh, siapa dulu yang masak, Nyah ... Markonah gitu loh," jawab Markonah sambil tersenyum dengan bangganya. Karla hanya tertawa kecil melihat tingkah asisten rumah tangganya itu.
"Dipuji malah ngelunjak, mau saya pecat?" goda Karla.
"Halah ... Nyonya mah, mau pecat saya dari kapan, sampe sekarang kalau saya nggak ada ya nyonya cariin juga," jawab Markonah sambil membuatkan lemon tea untuk Karla.
Karla hanya terkikik mendengar jawaban Markonah, Karla memang sedikit menyebalkan dan terkenal sedikit angkuh. Tetapi, bagi Markonah dan Tuti, dia adalah majikan yang sangat baik dan perhatian sekali kepada orang -orang yang bekerja untuknya.
"Amelia sekarang ada di mana, ya?" gumam Karla tiba-tiba. Markonah tau betul jika sudah menyebut nama Amelia , Karla akan sedikit cengeng.
"Ya dicari, Nyonya. Kalau nggak dicari , ya nggak bakalan bisa ketemu,toh," tukas Markonah.
Karla mengembuskan napasnya perlahan, "Saya nyesel, Bik. Dulu, saya galak sama dia, sering marah-marah sama dia. Padahal dia anak yang baik dan nggak neko-neko. Saya memang sering bersikap keterlaluan sama dia, seandainya dia kembali saya janji nggak akan bersikap seperti dulu lagi," tukas Karla.
"Seharusnya, kau punya pikiran seperti itu sebelum dia pergi!"
Karla menoleh dan ia hanya mendengus saat melihat David sedang berjalan ke arahnya.
"Bukannya kau sudah tidur, Dave?" tanya Karla.
"Harum nasi goreng, bikin lapar. Masih ada nggak nasi gorengnya, Bik?" tanya David.
"Ada, Pak, tapi agak pedas," jawab Markonah.
"Ya sudah nggak apa-apa. Tolong telur mata sapinya sekalian,ya," kata David.
Markonah segera mengerjakan apa yang diminta David.
"Tumben kau mengingat Amelia," tukas David.
"Bagaimanapun juga,Amelia itu adik kandungku, Dave. Aku yakin pasti ada sesuatu yang Amelia sembunyikan dariku, aku sangat mengenal sifat Amelia. Jika dia memang sakit hati karena sikapku yang sering keterlaluan sudah sejak lama dia pergi," ujar Karla.
"Dia pergi juga membawa uang yang banyak, tidak pergi dengan tangan kosong. Dia tidak akan kesusahan dengan uang ratusan juta yang sempat aku berikan, ja ...."
David menghentikan kalimatnya,ia merasa kelepasan bicara. Karla langsung mengerutkan dahinya,"Uang? Uang ratusan juta apa? Tunggu dulu, kau sepertinya tau betul keuangan Amelia ... Apa jangan- jangan kau menyembunyikan sesuatu dariku? Ada apa? Sejak kita terakhir show di Menado sikap Amelia sangat berbeda, kalian juga seperti yang menjaga jarak."
"Jangan berpikir yang tidak-tidak, selama ini Amelia tidak pernah mengambil seluruh honornya, jadi saat terakhir itu dia baru memintanya, itu sebabnya aku tau jika dia tidak pergi dengan tangan kosong," jawab David berusaha untuk menutupi. Karla hanya diam, tetapi jauh dalam hatinya ia merasa curiga dengan sikap David. Apa yang sebenarnya sudah David sembunyikan selama ini?