webnovel

23. Bersembunyi Dalam Ketakutan

Suasana sunyi sekali di jam 1 siang. Setelah Ferdi pulang di rumah ini hanya tersisa dirinya sendiri, Dahlia belum pulang sejak satu jam yang lalu, katanya mau bertemu sana salah satu anak dari temannya mama. Randy berdoa dalam hatinya agar ada seseorang yang datang, siapapun itu, dia ingin sekali bersama orang lain.

Tuk. Penghapus di ujung meja nya itu tiba tiba saja jatuh dan membuat dirinya terkejut.

Bulu kuduk nya merinding, sedangkan pikiran nya berusaha mengusir rasa curiga. Suhu di ruangan nya yang tiba tiba jadi dingin sekali membuat dirinya keringat dingin.

Ceklek.

"Maaf Den... Itu, bibi mau tanya makanan yang di taruh di meja makan kemana semua yah?" Tanya Bibi Pembantu.

Randy terkejut bahkan dia sampai salto ke kasurnya. Bibi pembantu nya dengan rambut kusut seperti Wewe gombel itu tentu saja membuat Randy kaget.

"Randy... Randy kasih ke... Ferdi." Balas Randy dengan suaranya yang terisak bahkan sampai cegukan karena kaget.

"Oh ya udah... Aduh aduh!! Aduh... Punggung nya bibi sakit sekali den... Bisa tolong beliin telur di warung depan ngga? Deket kok Den..." Kata Bibi pembantu.

Randy mengangguk, tentu saja dia akan membantu orang yang baik. Apalagi Bibi pembantu nya itu sudah berusia 40 sampai 50 tahun an dia jadi tidak tega dengan melihat nyeri punggung yang di rasakan oleh pembantu nya itu.

Randy keluar dari rumah nya dan pergi berjalan kaki. Dia menggunakan sepatu berwarna kuning dengan celana kain panjang branded untuk pergi ke warung biasa. Tentu saja itu menarik perhatian semua orang.

Deg. Deg. Deg. Jantung Randy berpacu dengan sangat kencang sekali, bahkan seperti duduk di atas kuda yang berlari dengan cepat. Jantung nya Randy juga berpacu lebih cepat dari dugaan nya.

Dia tidak terbiasa dengan dunia luar, itu cenderung aneh sekali. Dalam matanya semua yang ada di depan nya adalah bentuk 3 dimensi. Dia bisa melihat bentuk kertas dalam bentuk tiga dimensi.

Itu seolah melayang, tranparans, dan aneh sekali.

"Ah... Ahhh.... Tolong..." Kata Randy dengan memegang kedua telinga nya dengan kedua tangan nya.

Berlari setelah ada anak kucing yang mengejar nya. Ini adalah hal yang sangat baru sekali bagi Randy, dimana semua orang memandangi nya dengan aneh dan berbisik bisik sesuatu dengan teman yang ada di sebelahnya.

Randy hampir saja menangis. Untung saja warung itu sudah ada di depan matanya, saat dia masuk untuk mengatakan pada sang penjual dia seketika juga malu.

Mulutnya terkunci berkali kali, setiap kali dia ingin membuka lagi lagi tertutup dengan rapat. Ini aneh.

"Mau beli apa mas? Minuman? Mie? Atau apa?" Tanya sang penjual yang sudah kelelahan karena menunggu Randy yang sejak tadi hanya diam saja.

"Beli... Telur... 2 kotak...." Kata Randy yang mengarang jumlah nya.

Sang penjual yang ada di sana menatap Randy dengan mata yang terbelalak sekali. Dia baru saja buka toko tapi sudah ada yang mau membeli telur dengan jumlah mencapai 2 kotak ini keberuntungan baginya.

2 kotak telur sudah di bawa oleh Randy dia menyerahkan uang 2 lembar uang seratus ribu serta satu uang berwarna biru.

"Terimakasih loh... Hahaha..."

Randy mengangguk dia tidak peduli apakah penjual itu curang atau tidak, dia hanya ingin segera selesai membeli telur ini.

Kepala nya yang miring ke sebelah kanan itu terus bergetar getar karena ketakutan. Randy? Dia akan terus bersembunyi dalam rasa takutnya. Pria itu bahkan sampai berkeringat dingin di tangan nya, kakinya lemas dan telapak nya sangat dingin seperti balok es.

"Aku... Aku baik baik saja..." Kata Randy dia berlari dengan membawa dua kotak telur yang berisi telur telur bagus.

"Randy!!" Teriak seorang gadis yang baru saja selesai dari pasar. Itu adalah Clara yang turun dari angkutan umum.

Dia menggunakan jaket lusuh dan rok tipis yang sudah kotor sekali. Randy memandang penampilan tidak indah dari Clara. Itu sangat berbeda sekali dengan yang di gunakan oleh kakaknya, Dahlia.

"Randy habis dari mana?" Tanya Clara dengan tersenyum tipis.

Namun Randy tidak menjawab nya dia masih merasa takut dengan semua orang yang melihat nya tadi.

"Jawab aku? Kau baik baik saja hm? Tangan mu basah sekali... Kamu habis cuci tangan?" Tanya Clara.

Randy menggeleng, lalu berusaha untuk membuka mulutnya dengan baik. Pria harus jantan dan itu juga masuk dalam prinsip hidupnya Randy.

"Ada apa dengan mu? Kamu baik baik saja kan?" Tanya Clara dengan mulai merasa cemas. Dia menanyapkan pertanyaan yang sama hingga beberapa kali. Hingga Randy menjawab nya.

"Aku baik baik saja. Aku hanya... Takut. Mereka menatap ku seperti menatap seorang penjahat." Kata Randy dengan hampir saja meneteskan air matanya.

"Hey! Jadi cowok ga boleh cengeng.... Sini sini, aku kasih Chiki... Udah jangan nangis ya?" Kata Clara dengan memberikan makanan yang baru saja dia beli dari pasar.

Itu adalah makanan tradisional, yang sebelumnya belum pernah di makan oleh Randy. Itu adalah klepon, makanan yang terbuat dari adonan tepung beras yang di dalamnya ada rasa coklat dan keju.

"Itu klepon modern. Biasanya di dalamnya isi gula merah, tapi... Sekarang tahun 2018, semua makanan sudah di upgrade." Kata Clara dengan mengedipkan sebelah matanya.

Awh. Tatapan apa itu? Randy terpanah karena kedipan mata itu. Dia mengangguk malu, rasa takut nya yang terus dia sembunyikan dalam dirinya itu menjadi lenyap dan berubah menjadi rasa malu.

Randy sudah terbiasa dengan perasaan ini namun entah kenapa dia jadi malu dengan Clara.

"Kenapa kamu seperti itu hah? Ga suka sama makanannya?" Tanya Clara.

Randy menggeleng.

"Mmm... Aku hanya merasa malu saja. Kamu tau Clara? Aku baru saja pergi dari toko untuk membeli telur itu..." Kata Randy dengan menunjukkan dua kotak telur yang salah satu nya dibawa Clara.

"Wah... Mau ada acara apa? Kok banyak banget sih..."

"Tidak ada acara. Randy hanya sengaja membelinya."

Clara berhenti melangkahkan kakinya. Sudah pasti dia syok dengan Randy dan karena itulah dia merasa ingin marah dengan kebodohan Randy.

"Ya! Kau tidak harus membeli telur sebanyak ini! Pasti kamu di bohongi sama Pak Nur! Ayo balikin lagi telur nya!!" Teriak Clara yang lelah sekali dengan kepolosan Randy.

Randy mengangkat bahunya, dia terlalu takut hingga ingin membeli seluruh telurnya. Dan menurut nya itu tidak berlebihan.

Randy menahan Clara dan mengatakan jika dia ingin membuat stok dengan telur telur itu.

"Beneran Ren? Ini kebanyakan loh..." Kata Clara yang masih tidak percaya.

Randy mengangguk.

"Aku butuh stok. Kamu bisa... Bisa... Membawa nya satu kotak." Kata Randy dengan polosnya.

"Beneran?! Okay deh!" Teriak Clara yang ga jadi bad mood.

Bab berikutnya