webnovel

11. Jalan Jalan Bersama Dahlia

Saat itu Randy melambaikan tangan nya pada Clara dia hendak pulang saat ini. Karena rumah nya sudah ada di depan nya. Sedangkan Clara masih harus baik angkutan umum satu kali lagi. Randy berlompatan girang akhirnya dia bisa bertemu dengan Clara. Dia bahkan sudah menukar nomor ponsel nya. Yah... Meski Clara tidak punya ponsel android, setidak nya dia punya telepon rumah jadul. Jadinya Randy bisa menghubunginya kapan pun itu.

"Ma! Randy pulang...." Teriak Randy dengan melepaskan sepatu nya dan masuk ke dalam lift dengan sandal rumah. Dia terlihat luka luka dengan beberapa darah yang kembali keluar. Membuat Dahlia merasa aneh sekali.

"Tunggu. Sini." Pinta Dahlia dengan menarik tangan adik nya itu dan menyuruh nya untuk duduk di sofa.

"Jika kamu pergi ke kamar papa dengan badan dan penampilan seperti ini. Kau bisa di marahin." Ucap Dahlia.

Randy mengangguk dia segera mencuci muka nya menutup seluruh luka di wajah nya. Untung nya saja di wajah tidak terlalu banyak, lebih banyak di bagian tubuh, tapi untung nya saat di bagian tubuh tidak terlihat. Karena dia menggunakan baju. Setelah itu Randy masuk ke dalam lift dan pergi menuju kamar nya.

Dia hendak mengganti pakaian nya dan pergi ke toko komik. Ada komik yang baru saja di rilis. Dan itu membuat nya jadi senang juga, seolah olah lupa dengan masalah yang terjadi di sekolah.

Randy tertawa dia menghidupkan lagu dari Queen, judul nya 'Don't Stop Me Now' soal kosa kata dan aksen bernyanyi bahasa Inggris? Tidak perlu di tanyakan lagi. Randy sangat jago dalam bahasa Inggris.

Dia menguasai 3 bahasa, bahasa Indonesia, Inggris, dan Jerman. Semua dia serap seperti dia adalah sebuah spons.

"Ah! Ini dia." Kata Randy dengan mengoleskan minyak rambut pada rambut nya agar terlihat makin kece.

Semua anak laki laki seperti nya tidak bisa tinggal tanpa minyak rambut. Minyak rambut sangatlah di butuhkan, dan satu kunci ketampanan adalah model rambut. Jika model rambut mereka bagus, kemungkinan besar itu akan membuat mereka jadi terlihat tampan.

Tahun 2018, adalah tahun di mana ketampanan adalah nomor 1 untuk dunia yang kejam ini.

"Hey.... Udah ganteng aja nih. Mau kemana?" Tanya Dahlia, kakak nya yang tadi sakit.

"Ke... Toko komik. Kakak mau ikut?" Tanya Randy.

"Okay! Kakak ikut. Bentar."

Randy menatap Kakak nya itu, seolah tidak percaya dengan tindakan nya yang ingin mengantarkan dan pergi bersama sama dengan Randy.

Namun dia tetap saja berjalan di belakang Dahlia bahkan membonceng kakak nya dengan sepeda yang dia kayuh sekuat tenaga.

"Berat badan kakak berapa sih... Be... Rat banget." Kata Randy dengan terus membuang buang napas nya untuk ini.

"Hey! Sembarangan!" Ketus Dahlia yang paling anti saat berat badan nya di kira semakin bertambah.

Mereka sampai ke toko rental komik itu setelah membuang waktu selama 10 menit. Dahlia turun terlebih dahulu. Tujuan nya datang kesini hanyalah untuk menatap para cogan cogan yang ada disini.

*Cogan: Cowok Ganteng

Yah kebanyakan yang suka komik tuh anak ganteng ganteng.

"Mau pesen apa Kak?" Tanya Randy. Ini adalah toko Komik yang sangat modern. Bahkan mereka bisa memesan makanan dan minuman sembari meminjam buku. Sistem kerja nya sama seperti warnet.

"Pesan meja itu... Untuk waktu 2 jam. Pesan satu kopi susu... Satu susu coklat dan dua sandwich isi telur setengah matang." Kata Randy dengan berusaha untuk tidak gagap.

"Baik mas. Ini kartu nya." Kata sang petugas.

Kartu itu berfungsi untuk membuka setiap lemari yang berisikan komik komik. Dan tempat komik ini sungguh lah unik. Mereka akan pinjam salah satu buku, memasukkan kartu dan menekan tombol nomor yang sesuai dengan rak buku yang diinginkan. Setelah itu Buku akan keluar dari lubang bawah lemari dan kartu juga akan keluar.

Setelah selesai membaca nanti, semua pelanggan di wajibkan untuk membersihkan buku dengan cara memasukkan kertu ke mesin pembersih buku, dan memasukkan buku nya juga ke dalam mesin.

"Wah... Aku tidak menyangka ada banyak sekali alat modern disini." Kata Dahlia mata nya terus terusan menuju cogan yang ade di belakang kursi Randy. Membaca buku dengan kacamata nya itu yang membuat nya jadi mempesona.

"Iya. Papa yang membangun kan nya. Untuk ku." Kata Randy dengan tersenyum bangga.

Setelah itu Dahlia merasa kagum dengan semua yang ada disini hingga dia tidak sadar jika sedari tadi ada para pria yang menatap nya dengan wajah nya yang menyeramkan itu.

"Hai cewek!" Kata nya dengan menyapa Dahlia.

Dahlia noleh dia sadar jika disini hanyalah dia yang perempuan. Gawat. Harus secepatnya pergi dari sini.

"Kak pakai ini." Kata Randy dengan memberikan jaket nya untuk melindungi dada Dahlia yang sedikit terumbar.

"Lain kali kalo pake kaos baju yang lengkap kak kain nya. Itu kenapa? Belum... Selesai di jahit?" Tanya Randy dengan wajah polos nya itu.

"Ya aish.... Ini tuh style." Kata Dahlia yang merasa terhina sekali.

Randy tertawa lalu dia memakan sandiwch nya dengan membaca bagian buku lembar ke 20. Dia membaca nya dengan cepat sekali. Membaca cepat itu sangat menyenangkan, menurut Randy.

"Kak... Liatin... Apa sih?" Tanga Randy.

"Itu... Cowok di belakang mu." Balas Dahlia.

Randy menoleh dengan bahunya yang semakin terangkat. Di sana dia menatap seorang pria dengan kacana minus nya yang sedang membaca komik.

"Kenapa kakak menatap nya?"

"Karena tampan." Balas Dahlia.

---***---

Bu Sisca memutuskan untuk pergi ke pasar dia masuk menuju tempat tempat penjualan ayam dan di sana dia bertemu dengan Rio. Menatap nya dengan tersenyum tipis.

"Nak... Bagaimana kabar mu dengan Randy? Apakah baik baik saja?" Tanya Bu Sisca.

Rio mengangguk kan kepala nya.

"Dia sempat terluka karena teman kelas nya." Ucap Rio.

Setelah itu Bu Sisca mengangguk dan pergi setelah membeli satu potong ayam. Di sana Rio terlihat begitu takut dan gugup hanya dengan menatap dan membalas perkataan ibunya Randy. Dia takut sekali.

"Bang beli ayam bagian dada nya dua." Kata Clara dia baru saja sampai pasar. Dan perharian Rio teralihkan oleh gadis itu. Cantik, manis, dan mempesona.

"Oh... Hai." Sapa nya yang malah berbuat bodoh.

Clara membalas nya dengan senyuman. Tapi malahan Rio tidak segera membuatkan nya ayam. Dia tidak memotong ayam dan tidak melakukan apa yang diinginkan oleh pelanggan nya.

"Mas? Kok malah bengong sih?! Saya pesan... Dua dada ayam." Kata Clara dengan suara nya yang terdengar sedang menahan amarah.

"Oh iya iya mbak. Maaf..." Kata Rio yang salah tingkah.

Bab berikutnya