webnovel

7. Siapa Namamu?

Randy menatap gadis Oolong itu dengan wajah nya yang sedikit lelah dan rasanya jadi tidak enak menatap nya terus terusan. Dia adalah Randy... Karena itulah dia sibuk dengan dunia nya sendiri, membawa permainan lego nya dan di saat itu jugalah dia main sendiri, tidak mengurusi kehidupan orang lain. Dia hanya ingin dirinya main dan itu saja.

Bu Sisca tersenyum lalu dia mengajak Gadis Oolong ini pergi ke kantin untuk membawa makanan yang lebih enak, di banding dengan makanan yang di sarankan oleh dokter nya.

Gadis Oolong itu menurut saja karena dia memang ingin jalan jalan dan sesekali membantu juga pada Randy, dia tidak ingin hanya merepotkan saja. Apalagi kemarin Randy sakit karena nya.

"Bu... Sekali lagi maafkan saya karena kejadian kemarin Randy jadi sakit." Kata Gadis Oolong dengan wajah nya yang sangat sedih.

Bu Sisca menggeleng kali ini dia menatap Gadis Oolong itu dengan wajah simpati nya. Dia senang bahkan saat Randy sakit, karena disitulah jiwa sosial Randy bangkit. Selama ini dia terus berusaha mendidik anak nya agar selalu peduli dengan lingkungan sekitar nya, namun itu sungguh sulit sekali.

Anak nya terus terusan hidup dalam lingkungan nya sendiri tidak mengurusi kehidupan sekitar nya. Bu Sisca memeluk erat gadis itu dia sangat senang juga dan bahkan terharu, ini adalah kali pertama nya Randy berinteraksi banyak dengan nya karena Gadis Oolong ini. Kemarin Randy sempat bercerita dan menanyakan bagaimana kondisi gadis ini dan lain lainnya...

"Ada apa Bu?" Tanya Gadis Oolong yang jadi sungkan dengan pelukan itu. Dia baru saja memeluk seorang miliarder yang uang nya tidak cukup untuk di masukkan dalam rumah nya.

Banyak orang yang memotret nya dan menjadikan hal itu sebagai surat kabar, dan berita topik terkini.

"Ada apa dengan Bu Sisca?" Tanya orang orang yang ada di sekitar lingkungan itu.

Gadis Oolong sedikit menjauh. Dia tidak ingin dirinya juga jadi pusat perhatian karena pelukan itu. Karena kondisi nya di sana jadi sangat ramai, Bu Sisca pindah ke tempat lain agar tidak terjadi keributan lagi.

Gadis Oolong itu lah yang akhirnya mengambil kan makanan untuk Randy, dirinya, dan Bu Sisca. Sedangkan tiba tiba saja seorang perempuan mengejutkan nya. Pukulan nya terlalu kasar untuk di sebut sebagai 'Sapaan'.

"Dor!!" Teriak nya berusaha mengejutkan Gadis Oolong ini.

Dan di saat itu jugalah Gadis Oolong ini melemparkan makanan yang dia sendok ke arah wajah Dahlia. Membuat wajah nya penuh saus dan wajah gembira nya berubah menjadi kemarahan dan tersirat rasa malu di sana.

"Astaga... Maafkan aku.... Sungguh... Aku tidak sengaja." Kata Gadis Oolong yang langsung mengelap sisa sisa saus di wajah gadis itu.

Kini mereka berdua duduk di kursi yang telah di sediakan di kantin. Sedangkan Gadis Oolong itu pergi ke kamar Randy untuk mengantarkan makanan yang di pesan nya.

"Astaga... Dasar anak kampung bikin skin care ku rusak saja." Kata Dahlia dengan menebali wajah nya dengan make up. Berusaha untuk tampil cantik kembali.

Di sana Gadis Oolong menggaruk rambut nya, menjadi merasa bersalah karena hal ini. Tidak ingin membuat Dahlia jadi bad mood awal nya... Namun karena teman nya itu yang mengejutkan nya, makanan itu terlempar hingga hinggap di wajah.

"Maafkan aku..." Kata Gadis Oolong.

Dahlia mengangkat bahu nya tidak peduli dengan gadis ini. Dan pada akhirnya dia langsung memakan makanan yang ada di depan nya dengan sebal.

Menyebalkan sekali dia. Siang siang hari seperti ini, yang suasana mulai memanas, dan Matahari makin tinggi dan terik.

Dia malah di siram oleh lauk dengan saus yang banyak. Apakah ini acara ulang tahun? Atau prank? Sial sekali nasib Dahlia pagi ini. Burung burung berkicau an di sana dan disini membuat Dahlia makin sebal. Mengusir dan menyiram nya dengan air.

Gadis Oolong itu menundukkan kepala nya dan makan ayam dengan tangan yang gemetar.

"Oh ya. Siapa namamu?" Tanya Dahlia dengan julid nya.

"Clara... Clara Putri Ajeng." Kata nya dengan suara yang serak akibat takut dengan sikap temperamen Dahlia.

"Oh nama mu Clara? Baiklah. Save nomor ku. Orang tua mu kerja apa? Kamu tidak punya orang tua?" Tanya Dahlia dengan kasar nya.

Lalu Dahlia mengangguk dia hanya punya seorang ayah yang suka mabuk mabuk an dan berkali kali melecehkan nya di setiap malam.

"Aku hanya punya ayah. Dan dia tidak bekerja." Kata nya dengan sedikit menahan air mata nya.

Dahlia mengangguk lalu segera menyuruh gadis itu untuk makan dengan cepat supaya bisa segera membawa pulang Randy.

Makanan nya habis dalam waktu 20 menit. Clara yang kekenyangan membungkus sisa sisa makanan di sana. Dahlia yang merasa aneh menyuruh nya untuk meletakkan kembali makanan nya dan membeli makanan baru.

"Jangan bertindak norak. Belilah lagi... Ini uang nya." Kata Dahlia.

Clara yang menatap dua lembar uang seratus ribu itu langsung bersorak gembira. Dia tidak harus mencuci selusin piring untuk dapatkan uang ini.

"Hahahahaha... Makasih mbak Dahlia..." Ucap nya.

Tangan nya dengan lincah mengambil dan membungkus makanan di sana, dia hanya membeli sebanyak limapuluh ribu dan sisa uang nya dia saku kan ke celana nya.

"Lumayan... Hahahhaa...." Tawa nya terdengar begitu renyah.

Kaki nya melangkah dengan cepat sebelum Randy pulang dia harus mengucapakan selamat tinggal dan permintaan maaf. Sopir mereka sudah ada di depan gerbang rumah sakit dan Randy di gandeng oleh ibu nya dengan erat. Tidak ingin anak nya pergi kemana mana. Namun Randy di tutupi oleh jaket tebal dan topi serta kacamata hitam. Begitu pun dengan Dahlia..

"Bu Sisca... Makasih untuk semua nya. Sekali lagi saya minta maaf Bu." Kata Clara.

Bu Sisca mengangguk dia melambaikan tangan nya dan mengucap kan terima kasih karena sudah menjadi teman Randy.

Beberapa reporter yang ada di sana segera meliputi nya dan dia malah lari karena sudah berjanji untuk tidak memberikan informasi apapun terhadap wartawan ini.

Sepeda butut nya itu dia kayuh hingga melaju dengan cepat. Hatinya berbunga-bunga karena mendapat kan uang daru Dahlia, itu tidak seberapa namun bisa dia simpan dan dia masukkan ke dalam celengan nya. Hutang dari ayah nya berjudi dan minum minum sangatlah menumpuk. Dan dia sebagai anak harus membayar semua nya. Dunia tidak adil terhadap nya.

Setelah perempatan dia belok kiri, dan masuk ke dalam gang kecil. Berputar ke kanan dan akhirnya sampai di salah satu toko alkohol. Tempat dimana ayah nya sering minum.

"Loh? Clara? Mau bayar hutang bapak mu lagi? Sisa seratus empat puluh ribu lagi. Sudah ada yang?" Tanya penjaga toko.

Clara mengangguk mengeluarkan uang dari saku nya.

"Bentar. Abang ambil kembalian nya dulu."

"Iya bang."

Bab berikutnya