MOHAMMED'S WIVES (Part-9)
Aisyah benar, Allah bertindak sangat–sangat cepat untuk memenuhi tuntutan dan hasrat nabinya. Simak ayat berikut;
Al-Ahzab (QS 33;53):
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah rumah nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu nabi lalu nabi malu kepadmu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih baik bagimu, hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.
Asbab al-nuazul ayat ini adalah tentang perkawinan Muhammad dengan Zaynab, dimana penghulunya menurut Muhammad adalah Allah sendiri. Diriwayatkan oleh Anas bin Malik yang berkata, "Saya paling tahu surah tentang tabir ini. Pada malam Zaynab diberikan kepada Rasulullah, ia mengadakan jamuan dan mengundang orang-orang. Tak berapa lama kemudian Nabi ingin agar orang-orang itu segera pulang. Ia berdiri untuk memberi tahu mereka, sehingga beberapa orang pergi. Sekali lagi ia berdiri, namun beberapa tetap duduk. Ia berdiri untuk ketiga kalinya, dan baru kesemuanya pergi. Jadi ia memasuki rumahnya (dimana Zaynab menunggu) dan aku mengikutinya, namun nabi menghalanginya dengan menurunkan tabir dan mengatakan, "keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu nabi."
Shahih Bukhari, no. 4417:
Telah menceritakan kepada kami (Muhammad bin Abdullah Ar Raqasyi) Telah menceritakan kepada kami (Mu'tamir bin Sulaiman) dia berkata; Aku mendengar (Bapakku) berkata; Telah menceritakan kepada kami (Abu Mijlaz) dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu yang berkata; Tatkala Rasulullah s.a.w menikahi Zainab binti Jahsy, beliau mengundang orang-orang, lalu beliau menjamu mereka, mereka pun menikmati hidangan tersebut, kemudian mereka duduk dan berbincang-bincang." Lalu beliau merubah posisi seakan-akan ingin berdiri, namun orang-orang tidak juga berdiri, ketika beliau berdiri maka orangorang pun ikut berdiri." Setelah itu tiga orang duduk lagi. Nabi s.a.w datang dan hendak masuk ke kamar Zainab, namun orang-orang masih tetap duduk-duduk, setelah itu mereka berdiri dan beranjak pergi. Anas berkata; Lalu saya mengabarkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa mereka sudah beranjak pergi." Kemudian beliau masuk dan saya mengikuti beliau masuk, lantas beliau menurunkan kain tirainya antara saya dengan beliau." Lalu Allah Azza Wa Jalla menurunkan (ayat): "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian masuk ke rumah Nabi…(Al Ahzab: 53).
Sebenarnya ada masalah bagi budaya Arab pra-Islam dimana mereka sangat menghormati budaya dan etika mereka terhadap anak angkat yang sudah di adopsi menjadi seperti anaknya sendiri. Untuk bisa keluar dari pergunjingan dan isu buruk atas hubungannya dengan Zaynab, ayat-ayat pun keluar.
Al-Ahzab (33;40) :
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Mungkin banyak muslim moderat yang merasa malu dengan hal ini–atau setidaknya mereka tidak menginginkan orang banyak mengetahui tentang hal ini. Yahya Emerick dalam The Life and Work of Muhammad hanya menceritakan bahwa Zaynab bint Jahsh dinikahi oleh Nabi, dan bahwa Zaynab belum lama berselang telah menceraikan Zayd bin Haritha yang oleh kaum muslim diberikan alasan karena latar-belakang mereka yang tidak selevel. Emerick tidak menyebutkan insiden yang melibatkan Muhammad melihat Zaynab tidak berpakaian lengkap, atau wahyu ilahi yang tertulis dalam Surah 33. Ia hanya mengisahkan Muhammad mengadopsi Zayd dan kemudian dikenal dengan Zayd bin Muhammad, tanpa pernah menyebutkan mandat illahi yang diterimanya sehingga kemudian mengubahnya kembali menjadi Zayd bin Haritha.
Muhammad Husein Haykal, dalam karyanya Life of Muhammad, mengecam kaum yang ia sebut "Orientalis" yang menggunakan kisah mengenai Zaynab untuk menghina Muhammad, ia berkata:
"Kaum Orientalis Barat berhentilah sejenak untuk memberi angin kepada penolakan dan imajinasi mereka. Dalam pasal mengenai biografi Muhammad ini, beberapa diantara mereka bersusah payah untuk menggambarkan potret Zaynab yang sensual. Mereka mengemukakan bahwa ketika Muhammad melihatnya, waktu itu ia setengah telanjang, bahwa rambut hitamnya yang indah menutupi separuh tubuhnya, dan bahwa setiap lekuk tubuhnya penuh dengan nafsu dan hasrat. Yang lainnya mengemukakan bahwa ketika Muhammad membuka pintu rumah Zayd, hembusan angin menggoyangkan tirai kamar Zaynab, sehingga Muhammad dapat sedikit melihatnya berbaring di tilam dengan mengenakan gaun malamnya. Lalu mereka menceritakan kepada para pembacanya bahwa pemandangan ini menggetarkan hati Muhammad yang sangat berhasrat dalam cintanya dan kesukaannya pada wanita."
"Mereka mengatakan bahwa Muhammad telah menyembunyikan hasrat rahasianya, walau sulit baginya untuk menyembunyikannya selama itu! Gambaran ini dan juga banyak gambaran lainnya telah dilukiskan terus menerus dan dapat dibaca dalam tulisan-tulisan Muir, Dermenghem, Washington Irving, Lammens, dan yang lainnya. Walau tidak dapat disangkali bahwa kisah-kisah ini didasari pada biografi-biografi Muslim dan kitabkitab Hadis Sahih. Tetapi buku-buku ini dapat dipertanyakan. Dan sangat disesalkan bahwa para penulis kita (penulis muslim awal) telah menggunakannya dengan ceroboh. Sangatlah tidak termaafkan bahwa para sarjana muslim ini telah membangun 'Istana-istana di Spanyol' berkenaan dengan hubungan Muhammad dengan wanita, istana-istana yang menurut mereka cukup dibenarkan dengan kenyataan bahwa Muhammad mempunyai banyak istri, kemungkinan besar sembilan, atau bahkan lebih, menurut beberapa versi."
Respon Muhammad Husein Haykal terhadap hal ini pertama-tama ia ingin mengemukakan bahwa seandainya pun kisah pernikahan Zaynab dengan Muhammad adalah benar, itu masih tetap tidak meninggalkan cacat dalam kenabian Muhammad, dalam kebesarannya ataupun ajaran-ajarannya. Dengan hal ini Haykal menggambarkan;
"kenyataannya bahwa Muhammad bukanlah seorang pria yang penuh dengan nafsu seperti yang digambarkan oleh para orientalis. Ia tidak menikahi istri-istrinya karena nafsu, hasrat ataupun cinta. Jika beberapa penulis muslim dalam periode tertentu dalam sejarah telah mengijinkan diri mereka sendiri untuk mengenakan hal-hal seperti itu kepada Nabi dan oleh karena itu menghadirkan dengan niat baik argumen-argumen untuk para musuh dan para pengeritik Islam, itu karena sifat mereka yang konservatif menyebabkan mereka mengadopsi cara pandang yang materialistis terhadap segala sesuatu. Dengan cara yang demikian mereka menggambarkan Muhammad sebagai yang terbesar dalam segala sesuatu termasuk nafsu dunia ini. Tetapi gambaran yang mereka buat jelas-jelas salah."
[Muhammad Husein Haykal, The Life of Muhammad, Isma'il Razi A. al-Faruqi, translator,1968]
Jika Husein Haykal mengatakan "kenyataannya bahwa Muhammad bukanlah seorang pria yang penuh dengan nafsu." Mari kita ikut bertanya, kenyataan yang mana yang menggambarkan bahwa Muhammad bukanlah pria yang penuh dengan nafsu..? Bahwa apa yang digambarkan para orientalis tentang nafsu birahi Muhammad kepada Zaynab menurut Haykal adalah sebuah asumsi yang salah. Lalu bagaimana Husein Haykal bisa mengatakan bahwa gambaran yang mereka buat salah, sementara bantahan yang dia buat tentang Muhammad menikahi istri-istrinya bukan karena nafsu juga bersumber dari klaim atau asumsi berdasarkan pendapatnya sendiri..? Padahal pada narasi diatas Haykal berkata, "Walau tidak dapat disangkali bahwa kisah-kisah ini didasari pada biografi-biografi Muslim dan kitab-kitab Hadis Sahih." Berarti asumsi Husein Haykal berkontradiksi dengan pernyataannya sendiri!
7. JUWAIRIYAH BIN AL-HARRIS
Aisyah yang dikenal sebagai Ummul Mu'minin mengatakan bahwa Juwairiyah adalah tawanan wanita yang paling cantik dari kaum Yahudi Bani al-Mustaliq, ia masih muda berumur 20 tahun. "Juwariyah wanita yang sangat cantik. Siapapun lelaki yang melihatnya, pasti terpikat olehnya. Dan ketika aku melihatnya dipintu kamarku, aku diliputi perasaan was-was karena aku tahu, nabi akan tertarik melihat wanita ini seperti yang kulihat."
Al-Bukhari, penulis biografi Muhammad dan pengumpul hadis terbesar, mengisahkan penyerangan terhadap Bani al-Mustaliq dalam kisah berikut;
Sahih Bukhari,Vol 3, Buku 46, No 717:
Dikisahkan Ibn Aun: "Aku menulis sebuah surat kepada Nafi, dan Nafi membalas suratku dan mengatakan bahwa Nabi telah menyerang Bani Mustaliq secara tiba-tiba tanpa peringatan ketika mereka tidak waspada dan hewan ternak mereka sedang dibawa ke tempat berair untuk minum. Para pejuang mereka dibunuh dan para wanita dan anak-anak mereka dibawa sebagai tawanan; pada hari itu nabi mendapatkan Juwairiya. Nafi mengatakan bahwa Ibn 'Umar mengatakan padanya kisah di atas dan bahwa Ibn 'Umar ada dalam pasukan itu"
Hadis ini juga bisa didapat dalam Terjemah Sahih Bukhari, Jilid lll, no.1203, penerbit Widjaya, dan dimuat dalam Sahih Muslim Buku 019, no 4292, yang mengesahkan otentisitas kisahnya.
Yang berikut ini diambil dari sebuah situs Islam:
Berita mengenai majunya pasukan-pasukan Muslim telah mencapai tempat Al-Haris. Dalam kepanikan, orang-orangnya meninggalkannya dan ia sendiri berlindung di sebuah tempat yang tidak diketahui. Tetapi penduduk lokal Muraisa berperang melawan orang Muslim dan menghujani mereka dengan panah yang tidak habishabisnya. Orang-orang Muslim meluncurkan serangan mendadak dan kejam serta mengepung musuh, yang mengalami banyak korban dan hampir 600 orang ditawan oleh kaum Muslim. Di antara jarahan yang diambil adalah 2000 ekor unta dan 5000 ekor kambing.
Di antara para tawanan terdapat Barra, anak perempuan Haris, yang kemudian menjadi Hazrat Juwairiyah, gundik sang Nabi. Sesuai dengan praktek pada waktu itu semua tawanan dijadikan budak dan dibagi-bagikan di antara prajurit-prajurit muslim yang menang. Hazrat Juwairiyah jatuh ke tangan (salah satu prajurit) Thabit bin Qais. Sedangkan Hazrat Juwairiyah adalah putri pemimpin suku Yahudi, dan oleh karena itu tentulah sangat tidak pantas ia dijadikan budak seorang prajurit muslim biasa. Oleh karena itu ia meminta Thabit agar melepaskannya dan akan diganti dengan uang tebusan. Thabit menyetujuinya, jika ia dapat membayar 9 Auqya emas. Hazrat Juwairiyah saat itu tidak mempunyai uang. (Muhammad telah menjarah semua yang ia dan kaumnya miliki, bagaimana mungkin ada uang). Ia berusaha mengumpulkan uang sejumlah yang diminta dengan mengumpulkan sumbangan, dan mendekati Muhammad untuk itu.
Juwairiyah berkata kepada Muhammad, "Wahai Muhammad! Aku adalah putri Al-Haris bin Zarar, pemimpin kaumnya. Engkau tahu, kebetulan bangsa kami telah ditawan (note: kebetulan? Penggunakan kata 'kebetulan' digunakan penulis biografi untuk mempermanis seolah-olah Muhammad tidak bersalah atas penyerangan itu). Dan saya (Juwauriyah) telah menjadi milik Thabit bin Qais dan telah memintanya untuk melepaskanku mengingat statusku, tetapi ia menolak. Aku mohon, lakukanlah suatu tindakan yang baik dan selamatkanlah aku dari penghinaan ini".
Sang Nabi tersentuh hatinya dan bertanya kepada tawanan wanita itu apakah ia ingin sesuatu yang lebih baik. Wanita itu menanyakannya apakah itu. Ia berkata ia siap membayar tebusannya dan menikahi wanita itu jika ia setuju. Wanita itu menyetujui tawaran tersebut. Lalu Nabi Suci Shallallahu Alaihi wa Sallam membayar uang tebusannya dan menikahi wanita itu.
Kisah diatas saya ambil dari sebuah situs islam yang bersumber dari penulis biografi muslim awal, seperti Ibnu Ishaq yang juga dikutip Ibnu Hisyam, karena saya percaya kisahnya tentang penyerangan kaum muslim terhadap suku-suku Yahudi itu benar adanya. Tapi bumbu kata-kata hiperbola seperti, "Sang Nabi Suci tersentuh hatinya" membuat saya tersenyum. Sebab jika Muhammad tersentuh hatinya, beliau tidak akan menyerang suku Yahudi bani Mustaliq dan membunuh masyarakatnya, sehingga membuat Juwairiyah menjadi tawanan. Jika Muhammad bisa tersentuh hatinya, ia tidak akan membuat banyak wanita menjadi janda..!
Bersambung....