AL-KAHFI (SEVEN SLEEPERS OF EPHESUS)
Dongeng rakyat tentang tujuh pemuda yang tertidur selama ratusan tahun di Gua Ephesus (Seven Sleepers of Ephesus) dikenal sekitar awal abad ke-5 Masehi dan dengan cepat dongeng ini menyebar ke seluruh Asia Barat dan Eropa. Para ahli sejarah menyatakan bahwa dongeng ini pertama kali ditulis oleh Jacom dari Sarug (dikenal pula dengan nama Jacom of Sarug). Jacom adalah pendeta dari Syria yang lahir di Kurtam, daerah Efrata, di akhir tahun 451 M dan meninggal dunia pada tanggal 29 November, 521 M.
Kisahnya kemudian diterjemahkan dalam bahasa Latin oleh Gregory dari Tours (sekitar 540-590 M), dalam bukunya yang berjudul "De Gloria Maryrum". Kisah ini dikenal luas oleh masyarakat Syria. Kemudian Muhammad mengaku mendapat wahyu illahi dalam menjawab kisah ini ketika ditanyakan kepadanya tentang berapa jumlah orang yang tertidur di gua itu. Muhammad tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Tapi pada suatu waktu, entah Muhammad mendapat informasi darimana, beliau menyampaikannya sebagai firman Tuhan atas jawaban dari kisah yang pernah ditanyakan kepadanya tentang pemuda yang tertidur di dalam gua, seperti yang tercantum pada surah Al-Kahfi.
Walaupun dengan bantuan firman Tuhan, Allahnya pun masih tidak bisa menjawab jumlah pemuda yang tertidur didalam gua.
Al-Kahfi (QS 18; 9-12):
[9] Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai raqim) itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?
[10] (Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung kedalam gua lalu mereka bedoa; "Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)."
[11] Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu
[12] Kemuadian Kami bangunkan mereka, agar kami mengetahui manakah diantara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu).
Al-Kahfi (QS 18; 18,19,23,25):
[18] Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka kekanan dan kekiri, sedang anjing mereka menjulurkan lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka.
[19] Dan demikianlah kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya diantara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang diantara mereka; "Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini)." Mereka menjawan; "Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari." Berkata yang lain lagi; "Tuhan kamu lebih mengetahui barapa lamanya kamu (di sini)." Maka suruhlah salah seorang diantara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini...…
[23] Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang dan yang keempat adalah anjingnya dan (yang lain) mengatakan "(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya", sebagai terkaan terhadap barang yang ghaib; dan (yang lagi lagi) mengatakan (jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya." Katakanlah; "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka, tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit..."
[25] Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)
Cerita aslinya menceritakan bahwa ada tujuh orang pemuda dan di sana tidak ada disinggung tentang anjing. Demikian juga 300 tahun atau 309 tahun yang disebutkan dalam Qur'an sebagai lamanya waktu tidur para pemuda tersebut pun debatable. Para pemuda ini dikisahkan jatuh tertidur sekitar tahun 250 M dan terbangun pada masa pemerintahan Theodosius II yang meninggal tahun 450 M, mereka tidak mungkin tertidur selama 300 tahun. Selain itu, Uskup Jacom dari Sarug yang menulis kisah ini meninggal di tahun 521 M. Itu berarti 271 tahun setelah kisah para pemuda tersebut jatuh tertidur. Kisah tujuh pemuda yang tertidur dalam gua adalah mitos. Ini adalah corak dan bentuk dari kebanyakan kisah yang mendahului kekristenan dan untuk membangkitkan iman Kristen. Kisah-kisah semacam ini juga bisa ditemukan dalam mitologi Yunani dan Yahudi.
Kisah yang mirip dan dalam versi lain juga ada diceritakan oleh Theopompus yang hidup pada abad ke-4 SM, tentang seseorang yang bernama Epimenides yang konon hidup pada dekade sekitar 600 tahun SM. Ceritanya sebagai berikut:
Epimenides berasal dari Knossos di Kreta, meskipun karena rambutnya yang panjang ia tidak mirip warga Kreta. Suatu hari ia dikirim ke desa oleh ayahnya untuk mencari domba yang lari dari kawanannya, saat tengah hari ia keluar dari jalan utama dan tidur di sebuah gua, di mana ia tidur selama limapuluh tujuh tahun. Setelah itu ia bangun dan pergi mencari dombanya, mengira bahwa ia hanya tertidur sebentar saja. Dan ketika ia tidak bisa menemukan dombanya, ia mendatangi peternakan dan mendapati semuanya telah berubah demikian juga pemiliknya. Lalu ia kembali ke kota dengan sangat kebingungan, dan disana, saat memasuki rumahnya, ia berpapasan dengan orang-orang yang menanyakan siapa dirinya. Akhirnya ia menemukan adiknya, yang sudah tua, dan mendengar cerita sebenarnya dari dia. Demikianlah ia menjadi terkenal di seluruh Yunani dan diyakini sangat dikasihi oleh para dewa (theopilestatos). [Ref: Pious Long-Sleepers in Greek, Jewish, and Christian Antiquity]
Pertanyaan yang menggelitik nalar atas kasus tersebut adalah; Bagaimana mungkin Tuhan Yang Maha Tahu sudi menjawab kisah dongengan manusia? Dan jawaban Tuhan justru tidak menjawab tentang apa yang ditanyakan. Seharusnya Tuhan memberi tahu kepada Muhammad bahwa kejadian pada kisah itu pada kenyataan sebenarnya tidak pernah ada, hanya dongeng karangan manusia.
Kisah itu sempat terkenal untuk menyemangatkan keimanan Kristen atas tekanan kekaisaran Romawi. Seandainya Muhammad mengerti ia tidak akan ditertawakan dan dilecehkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani dengan pertanyaan-pertanyaan mereka. Dan kesalahan fatalnya adalah bahwa dalam menjawab pertanyaan tersebut Muhammad mengatas namakan Tuhan!. Para Ahli Kitab berkata; "Hai Muhammad, kau tidak membawa sesuatu yang baru. Apa yang engkau sampaikan itu, kami mengetahuinya lebih baik..!"
Para apologis saat ini menganggap kisah itu benar dan goanya pun ada. Keberadaan goa Ephesus tersebut tidak bisa dijadikan bukti kebenaran suatu kisah. Legenda Malin Kundang pun batunya ada. Tangkuban Perahu pun gunungnya ada. Namun apakah kisah dongeng tersebut kalian anggap benar terjadi? Kalau tidak, mengapa kalian bisa begitu percaya dengan kisah Al-Kahfi?