webnovel

Soraya Bebas

Media dikejutkan dengan temuan baru jaksa Ronald. Media memberitakan, kekayaan jaksa Ronald. Selama lima tahun menjabat, kekayaan bersihnya meningkat 200 persen dari sebelum menjabat. Akun gendut Jaksa Ronald diduga berasal dari beberapa orang yang terjerat hukum. Jaksa Ronald diduga menerima suap untuk kasus yang dia tangani.

Nindy mematikan tv dengan hati puas.

Dia juga mematikan notifikasi berita online di ponselnya.

Tidak ada yang menarik.

Nindy memang marah terhadap jaksa Ronald, tetapi bukan karena kasus yang pernah di alaminya, melainkan karena Soraya. Jaksa Ronald memberikan menuntut hukuman mati kepada Soraya, namun pada akhirnya, hakim memutuskan hukuman seumur hidup untuknya.

Soraya tidak berbuat apa-apa. Dia tidak punya saksi dan bukti yang meringankan hukumannya.

Satu-satunya saksi bagi Soraya adalah suaminya. Si pengedar narkoba yang sesungguhnya.

Tetapi pria itu kabur ke luar negeri bersama kekasihnya.

Meninggalkan semua kesalahan ke Soraya.

Soraya tidak bisa cepat keluar dari rumah besar alias penjara itu, di sebabkan tanggung jawab Soraya. Dia harus menyelesaikan urusannya. Soraya

divonis hukuman seumur hidup, para penghuni penjara wanita di sana mengangkat Soraya menjadi semacam pejabat walikota. Di menjadi semacam tempat para tahanan sebagai penghubung untuk menyampaikan aspirasi kepada kepala sipir penjara.

***

Dua hari berikutnya,

Ratna dan Nindy berangkat ke kota Komam, menjemput Soraya.

Hari ini, Soraya akan menerima surat amnesti dari presiden.

Beberapa bulan yang lalu, Nindy sempat patah semangat, takut kalau usaha membebaskan Soraya ini kandas di tengah jalan.

Pasalnya, Jaksa Ronald termasuk orang yang berdiri menghalangi pembebasan Soraya.

Tetapi bukan berarti jaksa Ronald menjadi penentu pembebasan Soraya.

Sekalipun misalnya,

jaksa Ronald tidak bersedia tanda tangan, dan membuat kebebasan Soraya menggantung, tetapi, siapa yang meragukan kekuatan raja 'Salman' Yudisthira?

Jaksa Ronald dan aparat hukum di negeri ini tentu bingung, mengapa tuan Yudistira Salman bersusah payah membebaskan wanita yang tidak penting seperti Soraya.

Siapa sih Soraya?

Tuan Yudistira Salman tidak mengenalnya.

Tuan Yudistira Salman membebaskan wanita ini sebagai amal. Hadiah kebebasan seperti ini sering tuan Yudistira berikan kepada para orang-orang yang membantu bisnisnya.

Tidak ada hubungan terkait antara Soraya dengan tuan Yudistira Salman.

Hal penting yang tidak diketahui semua orang, tuan Yudistira Salman membebaskan Soraya karena dia berhutang nyawa dengan Nindy. Dua kali malah.

Jadi membebaskan Nindy dan Soraya bukanlah hal yang sulit bagi tuan Yudistira Salman.

Sekalipun dia keluar uang banyak untuk hal ini, tetapi hal itu tidak akan mengurangi kekayaan tuan Yudistira Salman.

Kasus yang menimpanya bukan main-main.

Sekarang dengan kasus yang menimpa jaksa Ronald, kantor kejaksaan sudah kehilangan muka di masyarakat. Bukan hanya itu,

kasus Jaksa Ronald itu telah merusak citra hukum di Indonesia.

Jaksa Ronald tidak bisa lagi mengurusi kebebasan orang lain, dia sibuk mengurusi kebebasannya sendiri.

***

Selama bersabar beberapa bulan,

sekarang Soraya bisa tersenyum lebar.

Dia hanya menunggu jemputan dari dua orang sahabatnya itu

Selama beberapa bulan ini dia bersabar menunggu surat amnesti itu dikeluarkan. Tentu saja, mendapatkan surat amnesti tidak mudah. Hampir setahun tidak ada kabar yang jelas kapan surat itu bisa terbit.

***

Nindy sempat khawatir. Pasalnya dia telah berjanji memberi angin surga ke Soraya. Dia takut Soraya menganggapnya berbohong.

"Tenang Nindy...Aku sabar kok menunggu hari kebebasan ku...sama dengan keikhlasanku menjalani hukuman seumur hidup!" kata Soraya di telpon dengan suara tabah, tetapi Nindy mendengar nada putus asa di kalimatnya.

Nindy tidak berani menanyakan hal ini ke tuan Yudistira.

Tetapi pengacara Dyan Angkasa tetap memberikan keyakinan.

"Nona Nindy, mohon sampaikan ke nyonya Soraya untuk bersabar, insha Allah...nyonya Soraya akan segera dibebaskan!" kata pria itu meyakinkan Nindy. Dyan Angkasa berkata begitu tentu dia tidak berani asal bicara bukan?

Dyan Angkasa pasti membuktikan ucapannya. Bukan Dyan Angkasa, tapi tuan Yudistira Salman!

Tuan yang baik hati itu, membuktikan ucapannya!

***

Soraya nampak cantik mengenakan stelan casual coklat muda. menyambut Nindy dan Ratna.

Sementara kedua sahabatnya, tidak kalah cantiknya. Mereka mengenakan busana yang mirip.

"Kita mirip dengan petugas sipir penjara!" kata Ratna sambil tertawa.

Dia sengaja memilih busana itu untuk peringatan terakhir atas tempat itu.

Rumah besar alias penjara wanita itu tidak akan menjadi pilihan tempat tinggal lagi bagi ketiganya.

Tiga orang sahabat itu berpelukan.

"Terima kasih...!" kata Soraya dengan suara tertahan hendak menangis.

"Hahaha...kamu di larang menangis lo! Ini hari bahagia-mu. Kita harus rayakan!" kata Ratna dengan senyum cantiknya. Ratna wanita memiliki wajah cantik alami. Ratna mewarisi wajah ibunya yang belahan Belanda dan Melayu.

Dia tetap cantik sekalipun tanpa kosmetik atau pakaian mewah.

"Kalian bawa apa?" Soraya bingung. Para pegawai dari penjara mengangkut banyak kotak makanan dari mobil. Ada 2500 kotak makanan yang dikeluarkan dari sebuah mobil box milik katering ternama.

"Syukuran! Kami membawa makanan atas namamu!" jawab Nindy.

"Subhanallah! Kalian...!" Nindy mau menangis lagi.

"E...e...eh! Di larang menangis!" Ratna menggerak-gerakkan ibu jarinya di depan wajah Soraya.

"Hahaha!" Soraya tertawa, sudut matanya mengeluarkan air mata.

Ratna tidak bisa melarang Soraya menangis. Dia sungguh terharu.

***

Setelah di mobil,

"Kita kemana?"

"Kita pesta!" sahut Ratna.

"Pesta?!" Soraya kaget.

"Iya kita hari ini makan di restoran yang paling mewah!' jawab Nindy. Selama Nindy dan Ratna bebas mereka sudah berjanji tidak akan makan di restoran mewah tanpa Soraya.

Sekalipun, Nindy dan Ratna sering makan keluar. Tetapi mereka tidak pernah makan ke restoran mewah.

kecuali Nindy.

Nindy makan di restoran mewah atas undangan tuan Yudistira tempo hari.

Selebihnya karena kepentingan bisnis.

"Ya Allah! Apa ini!" Soraya di buat takjub, matanya terbelalak melihat pesawat jet pribadi di hadapan mereka.

'Kita naik ini!?" katanya dengan wajah tak percaya.

"Hahaha...memangnya para pesohor aja yang bisa menyewa pesawat jet?" Ratna geli. Tangan Soraya sedingin es. Dia

terkejut menerima penyambutan dua sahabatnya itu.

Ini belum seberapa. Soraya masih menerima hal-hal lain yang membuatnya hampir mati karena terkejut.

Pesawat jet pribadi terbang menuju ibukota membawa mereka.

"Ya Tuhan! Kita hanya bertiga di pesawat ini!" Soraya berteriak nyaring di pesawat.

Dia berjalan-jalan pindah-pindah kursi di pesawat itu. Dia benar-benar bahagia, terharu dan tersanjung.

Hadiah ini sungguh luar biasa!

"Hahaha...kamu tidak menghitung pilot, co pilot dan pramugarinya?" goda Nindy.

"Hahaha...mereka bukan penumpang!" Soraya tertawa lebar

"Selamat datang... nyonya-nyonya cantik. Selamat menikmati penerbangan ini....!"

"STEFAN!" Soraya berteriak menubruk si pilot yang bicara.

"SORAYA!"

Astaga! Ratna membuat Soraya hampir gila. Stefan adalah kakak kelas Soraya sewaktu sekolah, pria itu idola Soraya.

Ratna dan Nindy tertawa geli. Soraya melupakan mereka. Dia memeluk Stefan erat sambil menangis, tak peduli dengan para sahabatnya.

"Soraya...aku tak mengira ternyata kamu menjadi penyewa pertama pesawat

ini!" kata Stefan dengan wajah tak percaya.

"Oh hahaha!" wajah Soraya memerah. Stefan salah paham.

Dia mengira Soraya kaya raya menyewa pesawat jet pribadi dari kota kecil ke ibukota.

Stefan tidak tahu Soraya baru keluar penjara.

Bab berikutnya