webnovel

Steve yang lembut pada wanita lain

Steve terlihat sibuk dengan gadgetnya, kami terlalu bosan berada di ruangan seperti ini hanya berdua saja. aku bahkan sudah sangat lelah menatap layar handphone, Karena ada rapat penting yang harus aku hadiri. Jadilah aku menghadiri rapat secara terkantuk-kantuk.

Steve sialan! kenapa dia jadi gila kerja? aku di bawa-bawa pada kegilaan itu. Lihat saja bagaimana aku harus sibuk padahal sedang sakit.

"Kau mau keluar? berjalan-jalan melihat taman di sore hari pasti menyenangkan, sambil meminum kopi hangat." dia langsung menawarkan beberapa hal yang memang cukup menarik, aku langsung mengangguk saja.

Dia langsung Tersenyum dan memanggil perawat untuk mengambil kursi Roda, setidaknya di dorong Seperti orang cacat lebih baik. daripada aku harus seharian berada di ruangan Seperti ini.

Aku di bantu duduk di kursi Roda, lalu Steve mulai mendorong diriku keluar dari ruangan kamar. Angin yang menerpa wajahku cukup lembut, rasanya sudah bertahun-tahun tidak merasakan angin sejuk Seperti ini. Ah.. Tidak, aku saja yang terlalu berlebihan.

dia hanya mendorong saja tanpa mau mengatakan apa-apa lagi, jadi aku juga diam tanpa mau menegurnya.

Kami turun lewat lift dan keluar dari sana, rumah sakit cukup ramai di sore hari begini. aku dapat merasakan beberapa perawat menegur Steve dengan sikap yang menjijikan.

"Hai Steve, bagaimana kabarmu hari ini. sejak tadi aku tidak melihatmu keluar dari ruangan, sudah makan sore? kalau belum, aku bisa pesankan untuk dirimu." Salah satu dokter tiba-tiba datang dan menegur Steve, aku melirik sekilas wajah dokter itu. Terlihat jelas sangat cantik dan memang sepertinya menyukai lelaki di belakangku ini.

"Hai Cantika, kau ada tugas jaga sore? Aku akan makan, mungkin nanti. Nona Arabella mau berjalan-jalan di taman, sepertinya dia cukup suntuk di ruangan terus." aku dapat mendengar Steve yang berbicara sangat lembut pada wanita bernama Cantika itu.

Ck! dengan wanita lain saja dia bisa berbicara selembut itu, kenapa dengan diriku dia selalu kasar? lelaki sialan!

"Oh begitu, Nona Arabella? ini dia orangnya.. Cantik sekali, pantas saja dia menjadi Nona dari keluarga Caldwell. Hai.. senang berkenalan dengan dirimu." Cantika sekarang menengok ke arahku, dia menatap manis wajahku. Cih! manis, kenapa aku bisa berpikir seperti itu?

"Hai, senang berkenalan dengan dirimu dokter Cantika. Kau dokter spesialis? atau hanya dokter biasa?." Aku Bertanya dengan nada sedikit sombong, dia langsung Tersenyum senang di tanya seperti itu.

"Dokter spesialis penyakit dalam, sekaligus pewaris utama rumah sakit ini. Senang bertemu dengan dirimu, kapan-kapan kita bisa mengobrol bersama sambil minum kopi, aku dan Steve sering sekali minum kopi Bersama. Kita bisa jadi teman yang akrab pastinya." Aku yang mendengar hal tersebut hanya bisa menghela nafas pelan, ternyata dia cukup berani mengatakan hal yang menyombongkan dirinya saat ini. dan apa katanya! teman? siapa juga yang mau berteman dengannya?

"Oh ya, tentu.." Kataku begitu pelan, dia langsung mengangguk dan berjalan dua langkah. dia tiba di samping Steve dan aku dapat melihat wanita itu mengelus pelan Pundak Steve.

"nanti malam aku tunggu di ruangan ya, semoga kau tidak lupa." Kata Cantika dengan suara lembutnya.

"Tentu, aku tidak mungkin lupa." Jawab Steve dengan lembut, setelah mengatakan itu Steve langsung mendorong kursi rodaku lagi dan kami pergi dari sana.

Aku jadi bertanya-tanya, apakah mereka berdua memang punya hubungan khusus? sepertinya mereka sangat dekat, melihat bagaimana sikap Steve yang begitu baik pada wanita tadi. Ah.. pantas saja kakakku tidak memperbolehkan Steve dekat-dekat dengan diriku, ternyata Lelaki di belakangku ini sudah punya kekasih hati.

Sialan! Kenapa Steve jadi sangat setia pada satu wanita? aku kira dia tipe lelaki yang sangat jahat. aku awalnya mengira dia itu pemain wanita, bisa dekat dengan banyak wanita dan bisa bercinta dengan siapapun. Tapi sepertinya tidak, dia terlihat menyukai wanita tadi.

Tapi tunggu dulu...

Kenapa aku jadi memikirkan hubungan dia Dengan wanita lain? ahhh.. sialan! itu tidak penting, lagipula Steve bukan siapa-siapa bagiku, kenapa juga aku harus memikirkan tentangnya dan wanita tadi?.

"Aku akan beli kopi sebentar, kau tunggu disini ya. Pemandangannya bagus dari sini." Kata Steve tiba-tiba, kami berada di taman belakang yang langsung menghadap bukit-bukit tinggi, aku juga melihat banyaknya bunga-bunga yang terhampar luas.

Aku akui rumah sakit ini sangat indah, bentuknya yang mewah dan fasilitas yang berkelas, aku yakin Cantika dan keluarganya bukan dari kalangan biasa. Jadi kenapa dia bisa kenal Steve? apakah Steve memang terkenal sekali di negara ini?.

Aku menghela nafas pelan, lalu menggerakkan kursi rodaku sedikit ke dekat pohon agar lebih sejuk. Mataku melihat Steve yang membeli kopi di salah satu kedai yang tidak jauh dari taman. disana banyak sekali perawat yang mengajaknya mengobrol, dan dengan sangat ramah dia berbicara tanpa ada rasa canggung.

Ternyata hanya dengan diriku saja dia canggung dan dingin, apakah karena aku tidak cukup pantas untuknya?. ah tidak, kenapa juga aku harus perdulikan tentangnya. Ayolah Ara.. Kau ini sangat Cantik dan begitu mempesona, kau pantas mendapatkan lelaki lain. kenapa harus dia? Dia tidak pantas untuk dirimu.

walaupun memang, Steve adalah bagian dari masa laluku. Tapi dia sudah bukan Steve yang dulu, aku hanya perlu mencari calon suamiku dan menikah dengannya.

"Nona Ara, kau melamun? ini kopinya." Suara Steve yang sudah ada di sampingku, membuatku langsung tersenyum kecil. menerima kopi hangat darinya dan mulai menyesap secara perlahan.

"Terimakasih Steve, kapan aku bisa keluar dari rumah sakit?." Aku bertanya langsung, karena memang aku cukup bosan dengan Semua ini.

"Mungkin besok, tergantung bagaimana kondisi tubuhmu saat ini. kenapa? kau bosan?." Tanyanya pelan.

"Ya, lebih tepatnya aku harus menyelesaikan pekerjaanku disini dan kembali pulang ke Negaraku, apakah sudah ada perkembangan dari kasus Bom itu? semua media sudah kau buat tutup mulut kan?." Tanyaku lagi.

"Kau sepertinya tidak nyaman ya disini?." Steve malah bertanya hal lain, dia duduk di salah satu bangku dan menatap lekat ke arah wajahku.

"Aku terbiasa hidup di Negaraku Sendiri, hanya merasa aneh jika terlalu lama di tempat lain." Aku berusaha mengelak, Karena merasa aneh dengan Pertanyaan darinya.

"Kau belum di beritahu apapun oleh Aaron? dia berkata padaku semalam, kalau kau akan disini selama 3 bulan. Katanya kau harus mengurus perusahaan ini lebih dulu, baru boleh kembali ke negaramu. kau keberatan? jika iya, katakan saja pada kakakmu." Katanya sambil tersenyum manis, dia mulai menyesap kopinya dan menatap langit. kenapa saat Melihatnya di bawah langit yang cerah, aku dapat melihat ketampanan wajahnya lebih dan lebih lagi?.

Bab berikutnya