webnovel

Hidup masing-masing

Langit malam begitu sunyi, ketika Arabella sedang menatap bintang sambil menyesap wine di tangannya. Ketukan pintu membuatnya menengok, disana ada Steve yang masuk membawakan segelas susu hangat dan juga camilan.

Ara memang selalu meminum susu hangat sebelum tidur, semua itu dia lakukan agar bisa tidur dengan nyenyak dan bangun dengan tubuh segar. Jika sebagian orang tidak pernah memakan camilan malam, berbeda dengan Arabella.

dia suka sekali memakan puding atau kue coklat, semua yang serba coklat dia akan makan di malam hari. sebab seharian bekerja dan mengurus banyak masalah, tentu saja membuat otak dan tubuhnya lelah bukan main. Itu kenapa setiap malam dia selalu memanjakan tubuhnya sebelum tidur, ini di lakukan agar tubuhnya dapat lebih tenang dan tidak mudah sakit.

Ya.. walaupun bagi sebagian orang makan makanan manis di malam hari, adalah sebuah kekacauan.. Tapi Tidak bagi Arabella, dia merasa makan manis di malam hari adalah berkah..

"Terimakasih Steve, kau boleh langsung pergi." Kata Ara Pada Steve, karena saat malam juga. Ara lebih suka sendirian.

"Tidak Nona, Kakakmu berpesan Bahwa aku harus menemani dirimu sambil menghabiskan makanan manis ini. Jadi aku akan duduk di depanmu dan mendengarkan semua yang mau kau ceritakan." Steve benar-benar langsung mengambil kursi dan duduk di depan Ara.

Ara tidak mengerti kenapa Steve begitu menuruti ucapan kakaknya, tadi saja dia di suruh menjauh dari Ara. tapi sekarang malah di suruh mendekat.

"Yasudah kalau begitu, duduklah dengan baik. aku sedang tidak ingin di ganggu saat malam begini." Kata Ara tidak peduli, Ara memakan kue coklat dengan lumuran keju di dalamnya. Memang terlalu banyak kalori yang harus di terima tubuh jika makan makanan manis sebanyak ini.

Tapi Ara tidak peduli, baginya.. Hidup itu di nikmati, bukan harus melakukan banyak hal yang di larang-larang.

"Kau terbiasa makan sebanyak itu? Terlalu banyak manis, aku tidak menyangka Bahwa tubuhmu yang terawat dan begitu sempurna, sejatinya Terdapat banyak gula." Steve berkata dengan nada santai, entah dia sedang mengejek atau hanya ingin tau saja.

"Aku hanya memberikan kebahagiaan pada diri sendiri setiap malam begini, Ketika seharian bekerja dan lelah. Lalu harus menjadi orang lain di setiap waktu, ketika malam dan aku sendirian. aku bisa menjadi diriku sendiri dan melupakan semua masalah. Lagipula, besok pagi saat bangun. aku akan membakar kalori sangat banyak, makan makanan sehat, lalu periksa kesehatan. selalu seperti itu, kau pasti tidak kaget dengan apa yang di lakukan orang-orang dari kalangan seperti aku atau kakakku." Kata Ara sesantai mungkin, dia memotong lagi potongan kuenya dan mengunyah perlahan-lahan. lalu mulai meminum susu coklat dengan sekali gerakan.

"Aku sering melihat orang-orang dari kalangan sepertimu bekerja keras sampai malam, tapi mereka tetap menjaga kesehatan walaupun malam hari. Mereka hanya akan makan buah dan minum minuman herbal. Ya.. jadi aku baru melihat orang seperti dirimu, tapi aku tidak menyalahkan juga. kau bisa memberikan kebahagiaan pada dirimu sendiri, sebab dirimu itu milikmu. Tidak ada yang bisa mengaturnya." ucapan Steve cukup membuat Ara menengok dan Tersenyum kecil.

Untuk pertama kalinya ada orang yang setuju dengan pemikiran Ara. Bahkan kakaknya dan kedua orangtua Ara saja selalu memarahi Ara, jika makan makanan manis di malam hari.

Sebab mereka tidak mau sampai Ara kena penyakit gula darah atau obesitas.

Ara kadang suka bingung sendiri, padahal setiap pagi kesehatan Ara selalu stabil dan baik-baik saja. Tapi kedua orangtuanya selalu saja berisik..

Itu kenapa Ara memilih untuk tinggal di apartemen dan hidup bebas tanpa ada yang mengganggu.

"Aku senang mendengar apa yang kau katakan." Ujar Ara pelan.

"Tentang Perkataan yang sederhana itu? aku memang bukan orang yang suka ikut campur, aku berkata seperti ini juga karena pekerjaan. Kakakmu berkata Bahwa setiap malam kau akan sendirian di balkon kamar dan menatap langit, bahkan terkadang kau akan menangis sendirian. dia tidak mau melihatmu seperti itu lagi, dia menghawatirkan dirimu. Itu kenapa sekarang aku di tugaskan membuatmu tetap bahagia dan memperhatikan apa yang kau lakukan.. semuanya hanya tentang pekerjaan saja, kau jangan salah paham." Steve ikut memakan kue yang ada di meja, gerakannya sangat sederhana namun terkesan elegan.

Ara jadi berpikir beberapa hal, dari cara bicara, bentuk tubuh, cara makan, cara berjalan, kulit yang terawat, dan juga wajah yang begitu tampan. Apakah Steve benar-benar hanya seorang Pegawai di perusahaan milik keluarga Ara saja? tidak yakin dengan itu, Ara malah merasa disini Steve adalah pemiliknya. sebab Steve terlalu sempurna.. dia berkelas dan luar biasa menakjubkan.

Ara sudah sering bertemu dengan banyak lelaki, dan Ara sangat tau mana lelaki yang kaya dan mana yang berpura-pura kaya. Dan Steve? Dia adalah lelaki yang terlihat kaya..

"Kau sudah lama bekerja di perusahaan ini?." Tanya Ara, hanya basa-basi untuk mengulik semua pertanyaan di otak Ara.

"Lumayan, Beberapa bulan.. atau tahun? Entahlah, aku lupa sudah berapa lama disini. Memangnya kenapa? apakah kau memang tidak pernah melihatku di jajaran para petinggi perusahaan?." Steve bertanya balik, dia menatap mata Ara sambil tersenyum kecil.

Dan Ara cukup merinding melihat senyum itu, bulu tubuh Ara meremang hebat dan darahnya berdesir. seperti ada sesuatu yang aneh ketika senyum dan mata itu menatap dengan lekat.

"Aku tidak terlalu memperdulikan siapa para petinggi, Pemegang saham, ataupun yang lainnya. Itu urusan kakakku dan Daddy. Aku hanya bekerja dan bekerja saja untuk menyibukkan diri. sebenarnya aku tidak di perbolehkan bekerja begini, keluargaku hanya ingin aku hidup dengan teman-teman dan berlibur selalu. Tapi itu terlalu aneh buatku, terlalu banyak teman palsu. Itu kenapa aku malas berteman." Ara Berkata jujur, Steve yang mendengar hal itu menganggukkan kepalanya pelan.

"Semua orang di dunia ini memang tidak pernah ada yang tulus, semua membutuhkan alasan. Entah alasan itu buruk atau baik.. intinya, tidak ada orang yang benar-benar tulus dalam kehidupan. Begitupula dirimu, begitupula diriku. Kita punya alasan masing-masing." Steve mengelus rokok dari saku jaketnya.

Ara hanya melihat saja saat Rokok itu di hidupkan, Ara memang tidak pernah mau menegur orang lain atau ikut campur. Jadi dia membiarkan saja saat Steve merokok di depannya. Bahkan Ara memperhatikan gerakan tangan Steve sejak tadi.

Urat urat yang terlihat keras di tangannya membuat mata Ara memuja dengan indah. Memang jaketnya di gulung sampai siku, itu kenapa Ara bisa melihat otot tangan milik Steve.

"Kau selalu berlatih dengan keras ya? tubuhmu terlalu sempurna, bagiku." Ara Berkata jujur lagi, dan Steve hanya tertawa pelan sambil mengepulkan asap rokok ke langit-langit.

Bab berikutnya