webnovel

The Dangerous Love Zone - 32

Hiro yang sedang berdiri di balkon lantai tiga, mengulaskan senyum kecil di wajahnya saat melihat Yuri sedang berlari bersama Tai Chi – anjing Siberian Husky milik Juza – di halaman belakang.

Hiro juga dapat melihat Azami, Masaki, Ryuji dan Miki tengah bermain lempar bola tidak jauh dari Yuri yang sedang berlarian bersama Tai Chi.

"Hiro-san."

Hiro yang merasa namanya dipanggil pun, menolehkan kepalanya kebelakang dan mendapati sosok Kazunari tengah berjalan menghampiri dirinya dengan kondisi rambut basah dan sebuah handuk tersampir di bahunya.

"Hoi, Kazu-kun. Sudah berapa kali ku peringatkan. Keringkan dulu rambut mu , sebelum keluar dari kamar."

Kazunari yang mendengar gerutuan Hiro, mengangkat kedua bahunya acuh. "Aku sudah bukan anak kecil lagi, Hiro-san. Jadi aku tidak akan terkena flu hanya karena belum mengeringkan rambutku."

Hiro memutar kedua bola matanya malas, sebelah tangannya terulur untuk mengambil handuk yang tersampir di bahu Kazunari lalu mengarahkannya ke kepala pria itu dan menggosoknya dengan perlahan.

Kazunari yang melihat Hiro mengeringkan rambutnya pun, mengulaskan senyum tipis diwajahnya.

"Hiro-san, apa yang sedang kau lihat dari sini? Bukankah hari ini tidak ada orang dirumah?" Tanya Kazunari mengarahkan tatapan matanya untuk melihat area halaman belakang.

Sebelah alis Hiro terangkat keatas. "Aku sedang memperhatikan Yuri, Taichi, Azami, Masaki, Ryuji dan Miki.Bukankah kau bisa melihat mereka sedang berkumpul di halaman belakang?"

Kening Kazunari mengerut heran sesaat, sebelum dirinya melihat Yuri, Azami, Masaki, Ryuji, Miki dan anjing jenis shiberian Husky milik Juza tengah berkumpul di halaman belakang.

"Ah, ku kira hari ini mereka akan pergi keluar. Bukankah semalam mereka berencana untuk pergi?" Ujar Kazunari menolehkan kepalanya kearah Hiro.

"Entahlah. Mungkin nanti siang." Balas Hiro yang masih mengeringkan rambut Kazunari.

Kazunari mengangguk-anggukan kepalanya pelan dan kini tatapannya kembali beralih ke halaman belakang. Dimana dirinya melihat Masaki tengah memeluk Azami begitu erat, lalu secara bergantian Ryuji, Miki dan Yuri memeluk tubuh Azami.

"Hiro-san, coba kau lihat. Mengapa Masaki-kun, Ryuji-kun, Miki-kun dan Yuri-chan bergantian memeluk Azami-kun? Apa hari ini Azami-kun berulangtahun?" Tanya Kazunari sambil menarik sebelah tangan Hiro yang sedang mengeringkan rambutnya.

Hiro yang sebelah tangannya ditarik oleh Kazunari pun, mau tidak mau mengarahkan tatapannya kearah halaman belakang. Dimana dirinya melihat Azami, Masaki, Ryuji, Miki dan Yuri berjalan menuju rumah.

"Oh, Hiro-san! Kazu-san!"

Hiro dan Kazunari yang namanya dipanggil oleh Masaki dari bawah pun mengerutkan dahi heran. Mereka berdua tidak menyangka jika Masaki, Azami, Ryuji, Miki dan Yuri menyadari keberadaan mereka di balkon lantai tiga.

"Hiro-san! Kazu-san! Kami memiliki berita yang sangat bagus!!"

Kali ini Miki yang berteriak dari bawah sambil melambai-lambaikan kedua tangannya.

Kazunari dan Hiro pun saling melemparkan tatapan pada satu sama lain. Sebelum kini mereka kembali mengarahkan tatapan mereka kebawah.

"Berita bagus apa yang kalian miliki?? Kuharap itu benar-benar berita yang sangat bagus!!" Tanya Hiro dan disetujui oleh Kazunari.

"Tidak perlu khawatir! Ini benar-benar berita yang sangat bagus!" Balas Ryuji.

Hiro dan Kazunari dapat melihat Masaki, Ryuji dan Miki saling melemparkan tatapan pada satu sama lain, sebelum ketiga pemuda itu kembali mengarahkan tatapan kepada mereka dan menyerukan berita yang mampu membuat mereka berdua membulatkan kedua mata terkejut.

"Azami berhasil lolos mendapatkan beasiswa magisternya!"

***

Malam ini suasana diruang bersantai terlihat begitu ramai dari malam biasanya. Ada banyak sekali menu makanan tersaji diatas meja dan juga beberapa botol minuman soda serta alkohol.

"Argh! Azami-kun! Aku sungguh bangga dengan mu! Kau akhirnya bisa mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan magister mu!" Seru Daichi sambil merangkulkan sebelah tangannya pada pundak Azami yang sedang duduk disebelahnya.

Azami yang pundaknya dirangkul oleh Daichi pun mengulaskan senyum kecil diwajahnya. "Terimakasih Daichi-san."

"Hei, kau tidak perlu mengucapkan terimakasih kepadaku! Aku sama sekali tidak melakukan apapun untuk mu, Azami!" Ucap Daichi yang kali ini sambil mengacak-ngacak rambut Azami.

Para anggota gangster lain –kecuali Goshi, Juza dan Yuta - yang melihat perlakuan Daichi kepada Azami hanya terkekeh geli.

"Ayo, ayo Azami-kun! Nikmati semua makanan disini, ini semua makanan untuk mu sebagai ucapan selamat atas keberhasilan mu!" Ujar Tenma sambil menyodorkan kotak ayam kepada Azami. Azami pun mengambil satu potong aam tersebut dan meletakannya diatas piring kecil miliknya.

"Terimakasih Tenma-san, aku akan memakannya nanti." Balas Azami dan dibalas anggukan kepala oleh Tenma.

"Azami, apa kau kuat untuk meminum alkohol?" Tanya Masaki yang kini sudah duduk tepat disamping Azami dengan membawa botol alkohol dan dua buah gelas kosong.

"Ekhm ya, aku cukup kuat untuk meminum alkohol. Tapi kurasa malam ini aku tidak bisa minum terlalu banyak. Karena besok aku harus pergi ke Tokyo," Jawab Azami yang di balas dengan kibasan tangan oleh Masaki. Lalu pria itu pun menuangkan alkohol kedalam salah satu gelas kosong yang dibawanya.

"Jika kau kuat untuk meminum alkohol, kau tidak perlu mengkhawatirkan hari esok. Ini minumlah, sebagai bentuk perayaan keberhasilan mu, Azami." Ujar Masaki sambil mengulurkan gelas yang sudah berisikan lakohol kepada Azami.

Para anggota gangster yang melihat pun langsung berseru heboh.

"Ayo! Minumlah Azami-kun!"

"Ini adalah acara perayaan mu, ayo bersenang-senang dan berpesta!"

"Kau tidak perlu khawatir dengan Yuri-chan! Dia sudah berada di tempat yang aman bersama dengan adik Daichi."

"Ayo, minum! Minum! Minum!"

"Minum, Azami! Minum, Azami!"

Azami yang mendengar seruan para anggota gangster menghela nafas dalam dan mengambil alih gelas yang di ulurkan oleh Masaki.

Masaki yang melihat Azami sudah mengambil gelas yang diulurkan olehnya pun mengulaskan senyum kecil diwajahnya.

"Ayo Azami-kun! Minumlah!"

"Minum! Minum! Minum!"

Azami memejamkan kedua matanya sesaat, lalu menghela nafas dalam.

"Baiklah, baiklah, aku akan meminum ini." Ujar Azami dan langsung meminum allkohol itu dalam satu kali tenggakan.

Seruan para anggota gangster pun mengudara di ruang bersantai setelah Azami berhasil menghabiskan alkohol di dalam gelas tersebut.

"Baik semuanya! Pesta pun kita mulai!" Seru Tenma yang mengulurkan gelas alkoholnya keudara dan disusul dengan anggota gangster yang lain.

Azami yang melihat anggota gangster sedang bersulang pun, menggelengkan kepalanya pelan.

"Apa malam ini kalian tidak memiliki jadwal seperti biasa?" Tanya Azami pada Masaki dan di balas dengan gelengan kepala.

"Tidak, Juza-san sedang melakukan perjalanan bisnis sampai beberapa hari kedepan. Jadi kami di bebas tugaskan."

Sebuah kerutan tercetak di dahi Azami mendengar perkataan Masaki. "Perjalanan bisnis? Bukankah Juza-san seorang ketua gangster?"

Sebelah alis Masaki terangkat keatas. "Apa Juza-san belum memberitahu mu? Selain sebagai seorang ketua gangster yang memiliki bisnis kafe, Juza-san juga merupakan seorang investor tetap. Dirinya melakukan investasi pada beberapa perusahaan ternama di negeri ini."

Masaki menegak alkoholnya terlebih dulu, sebelum melanjutkan perkataannya. "Nah, karena dirinya melakukan investasi pada beberapa perusahaan ternama itu, terkadang dirinya diikut sertakan dalam perjalanan bisnis dari beberapa perusahaan tersebut."

Azami menganggukan kepalanya pelan, merespon perkataan Masaki. "Ku kira, Juza-san sebagai seorang ketua gangster hanya menjalin kerjasama dengan para pengusaha dalam kepentingan keamanan saja. Seperti bodyguard begitu?"

Tenma yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan antara Azami dan Masaki pun terkekeh pelan, tidak ingin membuat kedua pemuda itu menyadari jika sedari tadi dirinya mendengarkan pembicaraan mereka.

"Bukan hanya itu saja,Azami. Awalnya aku pun juga mengira begitu. Tetapi setelah lima tahun bekerja sebagai anak buha Juza-san, lambat laun aku mengetahui perihal ini. Bahkan ada hal yang paling membuatku semakin terkejut. Ternyata, keluarga Juza-san merupakan keluarga terkaya nomor satu di kota ini. Namun berita itu seolah-olah seperti memang dengan sengaja tidak di publikasikan." Ujar Masaki yang membuat Azami terdiam ditempatnya.

"Hei, Hei, apa yang sedang kalian bicarakan? Sepertinya seru sekali." Tanya Ichiro yang sedari tadi memperhatikan interaksi antara Azami dan Masaki dari jauh dan kini datang sambil duduk diatas kursi tepat di belakang kedua pemuda itu.

"Ah, aku hanya memberitahukan beberapa hal mengenai Juza-san. Sepertinya Azami-kun belum mengetahui sepenuhnya." Jawab Masaki yang membuat Ichiro menganggukan kepalanya.

"Ehm, begitu. Ku kira kalian membicarakan apa." Balas Ichiro sambil mengarahkan tatapanny pada Azami yang sedang memakan camilan.

"Masaki-kun, lalu apa yang sudah kau katakan kepada Azami-kun?" Tanya Ichiro kepada Masaki.

"Ehm, aku baru mengatakan jika Juza-san bukan hanya seorang ketua gangster dan pemilik kafe. Tetapi juga seorang investor tetap di beberapa perusahaan, sehingga terkadang dirinya memiliki perjalanan bisnis." Jawab Masaki yang dibalas dehaman oleh Ichiro.

"Ya, apa yang kau katakan tidaklah salah Masaki-kun. Tapi sepertinya ada sesuatu yang belum kau beritahukan pada Azami-kun."

Masaki mengerutkan dahinya heran mendengar perkataan Ichiro. "Ehm, memang ada sesuatu yang kurang aku beritahukan pada Azami?"

Seulas senyum tercetak diwajah Ichiro. "Ya ada. Kau pasti belum memberitahukan Azami-kun perihal rival yang dimiliki Juza bukan?"

Kedua bolamata Masaki membulat terkejut. "Ah! Kau benar Ichiro-san. Aku belum memberitahukan itu pada Azami."

Azami yang memperhatikan interaksi antara Masaki dan Ichiro menaikan sebelah alisnya.

"Azami, aku lupa memberitahukan mu perihal beberapa rival atau musuh yang dimiliki Juza-san hingga saat ini."

Azami mengerutkan dahinya heran. "Apa itu tidak masalah jika kalian memberitahu ku?"

Ichiro dan Masaki kini saling melemparkan tatapan pada satu sama lain, lalu menganggukan kepala mereka bersamaan.

"Tentu itu bukan masalah, Azami. Justru itu penting untuk mu, agar kau dapat lebih waspada dengan orang asing disekitarmu." Sahut Masaki dengan begitu menggebu.

Ichiro membenarkan apa yang di katakan oleh Masaki. "Lagi pula, saat ini kau sudah merupakan bagian dari keluarga kami dan kami pun harus memberitahukan mu perihal ini. Meski kami akan selalu mengawasi dan melindungi mu, tetapi tidak salahnya jika kau juga dapat waspada disaat salah satu dari kami tidak berada bersamamu atau dengan Yu-chan."

Azami terdiam sesaat mencerna perkataan Ichiro, sebelum dirinya menganggukan kepala. "Ehm, kau benar Ichiro-san."

Seulas senyum kembali tercetak diwajah Ichro. "Baiklah, jadi aku akan memberitahukan mu perihal beberapa musuh yang dimiliki oleh Juza."

Azami mengangukan kepalanya dan fokus meperhatikan Ichiro yang akan memberitahukan informasi mengenai musuh yang dimiliki oleh Juza.

Namun, saat Ichiro baru saja akan membuka suaranya. Tiba-tiba saja terdengar suara gelas pecah yang langsung mengintrupsi perhatian mereka bertiga.

Ichiro, Masaki dan Azami yang cukup terkejut dengan suara gelas pecah itu pun langsung mengalihkan tatapan mereka keasal suara. Dan kini kedua bola mata mereka bertiga membulat terkejut melihat keadaan yang terjadi disekitar mereka.

Dimana para anggota gangster lain sudah tergelatak tidak sadarkan diri di ruang bersantai dengan keadaan meja dan lantai penuh dengan sampah plastik makanan ringan dan juga botol-botol minuman alkohol.

"Ekhm. Kurasa pembicaraan kita malam ini harus sampai disini. Melihat bagaimana kekacauan yang terjadi disini." Ujar Ichiro yang disetujui oleh Azami dan Masaki.

Kini mereka bertiga pun mulai merapihkan kekacauan yang terjadi di ruang bersantai dan secara bergantian memindahkan para anggota gangster ke kamar yang berada di lantai satu.

Bab berikutnya