webnovel

Kata maaf yang salah.

                     Hari itu, Nathan tak dapat fokus pada pekerjaan nya, sehari bagaikan satu tahun, bayangan Adik tiri nya selalu hadir dalam pandangan nya, ia ingin segera pulang dan bertemu dengan sosok gadis kecil itu.

                   Jam telah menunjukkan pukul 12:00 siang. setelah menyelesaikan meeting dengan orang-orang penting, Nathan berniat untuk pulang sebentar, ia membuat alasan hendak pulang karena ada dokumen yang harus ia ambil. Namun, alasan sebenar nya bukanlah itu. Ia pulang karena ingin melihat Adik tirinya yang entah kenapa ia merasa sangat rindu.

                   Pria berwajah tampan dan gagah itupun melajukan mobil nya kencang. Setelah sampai di sebuah rumah bak istana bernuansa putih seputih salju, ia segera memarkir mobil di sebuah garasi yang luas. Dan disana terparkir beberapa mobil mahal miliknya.

                   Kaki jenjang nya melangkah memasuki ruang tamu, terlihat sosok yang ingin ia temui sedang mengelap kaca, tubuh mungil nya yang tak sampai di bagian kaca yang tinggi, ia menaiki sebuah meja kecil untuk dapat menggapai kaca yang ingin ia bersihkan.

"Mulai besok, pergilah ke sekolah lagi, karena nanti malam akan ada pembantu baru yang bekerja disini," ucap Nathan pada gadis yang masih fokus dalam pekerjaan nya, dan tak menghiraukan perkataan Nathan.

"Apa kau mendengarku ?" 

Echa hanya mengangguk kan kepala nya, tanpa menjawab sepatah katapun.

"Kalau begitu buatkan aku minuman, aku haus," perintah Nathan, yang langsung di turuti oleh Echa. 

Echa perlahan turun dari kursi yang ia pijaki saat itu. Namun, kaki nya tak sengaja tergelincir dan membuat nya terjatuh ke lantai. Ia meringis kesakitan di bagian pergelangan kaki yang terkilir. 

Nathan yang menyaksikan hal itu, spontan berlari ke arah Echa. Ia membawa tubuh Echa ke dalam gendongan nya, dan membaringkan nya di sofa yang terdapat di ruang tamu tersebut.

Tangan kekar pria tampan itu mulai memijat pergelangan kaki Echa. Sontak Echa berteriak kecil menahan sakit di pergelangan kaki kanan nya.

"Tahanlah. aku akan memanggilkan dokter,"  Nathan meraih ponsel di atas meja, kemudian ia menghubungi dokter. 

            Tak lama kemudian, dokter pun tiba, beliaupun mulai mengobati pergelangan kaki Echa, dan memasang gips disana.

"Bagaimana dok ? Apakah dia baik- baik saja ?" tanya Nathan pada dokter yang baru saja selesai mengobati Echa.

"Tidak apa- apa, dia hanya perlu istirahat dalam beberapa hari. Tiga hari lagi, saya akan melepas gips nya,"

"Terima kasih dok." 

               Sepeninggal nya Dokter dari kediaman Nathan, ia pun segera menghubungi sekretaris nya.

"Bisa kamu urus semua pekerjaan itu sendiri ? Karena mungkin aku tidak bisa kembali ke kantor lagi," kata Nathan pada sekretaris nya di sebrang sana.

"Baik Pak." Jawab nya menyanggupi perintah Nathan.

               Setelah mengakhiri panggilan nya, Nathan segera menghampiri Echa di kamar. Ia sengaja menyuruh gadis itu ber istirahat di kamar yang ia tempati.

"Bagaimana ? Apakah sudah lebih baik ?" Tanya pria tampan itu.

Echa hanya menganggukkan kepala nya pelan. 

Merasa tak di hiraukan oleh gadis itu, Nathan memilih untuk keluar, dan menuju dapur. Ia mencoba membuat bubur ayam dengan bantuan buku resep. 

Setelah menghabiskan waktu cukup lama, akhir nya ia menyelesaikan pertarungan di dapur yang kini sekarang sudah seperti kapal pecah. 

             Nathan tersenyum puas sembari melihat ke arah mangkok yang kini berisi bubur ayam buatan nya. Ia segera membawa nya kepada gadis kecil yang sekarang sedang sakit akibat terjatuh tadi.

"Makanlah, setelah itu baru minum obat," perintah Nathan sembari menyodorkan semangkok bubur yang ia buat khusus untuk Adik tirinya itu.

Echa melihat lekat-lekat ke arah bubur yang kini sudah berada dalam genggaman tangan nya.

"Eeemm mungkin warna nya memang sedikit acak dan tidak menarik, tapi percayalah, rasa nya pasti sangat enak. Cobalah." ujar Nathan sembari menggaruk tengkuk yang sebenar nya tidak gatal.

Echa mulai menyuapkan satu sendok ke dalam mulut nya dan menelan nya perlahan.

"Apakah enak ?" tanya Nathan penasaran.

Echa mengangguk pelan, sembari melanjutkan suapan selanjutnya.

"Biarkan aku mencoba nya," ujar Nathan, merebut sendok di tangan Echa, kemudian ia memasukkan satu sendok bubur ayam tersebut ke dalam mulut nya.

Setelah merasakan rasa yang amat aneh di lidah nya, Nathan segera memuntahkan nya kembali.

"Bagaiman bisa kau menelan bubur seburuk ini ?" ucap Nathan yang kemudian meminum segelas air putih hingga kandas tak tersisa.

Melihat tingkah lucu Nathan, membuat Echa tak dapat menahan geli yang ingin membuat nya tertawa, dan pada akhir nya, terlukis senyuman tipis di bibir mungil itu.

"Kau tersenyum ?" kata Nathan saat menyadari bahwa Echa tersenyum samar-samar dari bibir nya. 

Echa kembali terdiam, saat tau bahwa Nathan menyadari dirinya saat tersenyum barusan.

"Kalau begitu, tunggulah sebentar, aku akan memesankan bubur untuk mu. Jangan makan itu, itu sama sekali tidak enak." Nathan bergegas meraih ponsel nya di atas nakas, dan memesan bubur ayam yang termahal dan tersehat untuk Echa. Entah apa yang terjadi pada nya saat ini, Nathan yang biasanya dingin dan cuek, kini menjadi cerewet saat sedang bersama gadis kecil itu.

                  Sembari menunggu bubur yang ia pesan datang, Nathan mencoba mendekati gadis itu, dengan setia, ia duduk di sebelah Echa yang kini duduk setengah berbaring di atas ranjang nya.

"Echa, maafkan aku." Kata yang begitu sulit selama ini ingin ia lontarkan, akhir nya terlontar begitu saja dari bibir pria tampan itu, karena merasa moment saat ini adalah moment yang tepat untuk membangun perlahan hubungan yang lebih baik dengan nya.

Echa yang mendengarnya, seketika ia menatap ke arah lelaki yang kini duduk di samping nya.

"Bisakah kau memahami ku ? Aku melakukan nya karena dendam ku pada ayahmu yang membuat keluargaku hancur," ucap Nathan yang kini wajah nya memerah karena emosi, mengingat betapa menyedihkan nya, saat sang Ibu dulu mencampakkan dirinya dan Ayah nya, hanya demi laki-laki lain.

"Kenapa kau hanya menyalahkan Ayahku ?" Tiba-tiba terdengar suara gadis yang sudah lama tak mau berbicara, akhir nya membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, yaitu sesuatu untuk membela sang Ayah yang selalu Nathan salahkan.

"Kamu bicara ?" 

"Ya, aku berbicara, karena aku tidak mau kau selalu menyalahkan Ayahku." ucap Echa masih dengan suara datar nya seperti biasa.

"Lalu siapa yang harus di salahkan ? Ayahmu yang mencuri Ibuku, membuat Ibuku meninggalkan keluarga Alano," Nathan membela sang Ibu. Namun, masih dengan kata-kata lembut, agar tidak menyakiti hati gadis itu.

"Salahkan Ibumu sendiri, kenapa dia jauh-jauh datang dari Italia kemari hanya untuk merangkak ke arah Ayahku." jawab Echa sinis, dan tak mau kalah.

"Apa maksud mu berkata seperti itu ?" wajah Nathan semakin memerah, begitupun dengan mata tajam nya yang kini kembali di penuhi amarah seperti dulu lagi.

To Be Continued...

Bab berikutnya