webnovel

Hadirnya pangeran Italia.

Sepeninggalan Echa, tiba- tiba ponsel Grace berdering, terlihat nomer putra nya sedang memanggil, dengan semangat ia mengangkat panggilan itu, karena memang sudah lama putra nya itu tidak menghubunginya.

"I am in Jakarta now, tomorrow come to the office, because it starts tomorrow I will take over all companies belonging to Father. (Aku ada di jakarta sekarang, besok datanglah ke kantor, karena mulai besok aku akan mengambil alih semua perusahaan milik Ayah.)"  Jawabnya di sebrang sana dengan suara berat khas pria dewasa.

"So now are you ready to manage everything? Waah Mama was very happy to hear it. (Jadi sekarang kamu sudah siap untuk mengelola semuanya? waah Mama sangat senang mendengarnya.)"

"Yes I will manage it. (Ya aku akan mengelolanya.)" 

"Then, visit the house tonight, Mama misses you. Or just the mama is there, you can send your location, (Kalau begitu, berkunjunglah kerumah malam ini, Mama sangat merindukanmu. atau Mama saja yang kesana, kamu bisa kirim lokasimu,)"

"OK. With pleasure, I will visit there tonight. (Ok. dengan senang hati, aku akan berkunjung kesana malam ini.)

"OK. Will Mama wait. (Ok. Akan Mama tunggu.)"

"Ok."

         Panggilan di akhiri, terlihat seorang pria dewasa berusia 30 tahun, dengan paras yang sempurna setengah berbaring santai di sebuah kursi tidur di pinggir kolam renang, sebuah handuk putih melilit di bawah perutnya hingga lutut, menampakkan kulit di seluruh tubuh nya yang putih seperti salju menjadi agak kemerahan karna di terpa sinar mentari. 

         Tangan nya memainkan sebuah lembaran foto, ia melihatnya dengan satu persatu foto tersebut sambil menyunggingkan senyum evil dari bibir sexy nya.

"Gadis kecil, kau akan menjadi alat pembalasan dendam ku." Ucapnya dengan bahasa Indonesia yang lumayan fasih.

         Di sebrang sana, terlihat para gadis terkagum-kagum melihat kesempurnaan pria tersebut.

"Lihat pria itu, tampan sekali," 

"Benar, lihat otot perutnya, dada bidang nya juga, dia sangat sempurna,"

"Benar, aku belum pernah melihat manusia setampan itu,"

"Dia terpahat sangat sempurna, aku jadi penasaran dengan nya,"

"Aku juga," 

"Pria itu sungguh memabukkan,"

"Benar."

Para gadis disana terus membicarakannya.

             Malam pun tiba, Grace memasak kesukaan putranya untuk menyambut kedatangannya. 

             Kini Arka dan Grace telah bersiap menunggu kedatangan putra Italia itu. Namun, sedari berangkat sekolah tadi, mereka belum melihat Echa pulang, padahal jam sudah menunjukkan pukul 19:45. 

"Cha, itu sedari tadi Papa kamu nelfon, kok gak di angkat?" ucap Farah sahabat Echa.

"Udah aku angkat tadi," 

"Emang kenapa kok kamu gak mau pulang?" 

"Males,"

"Kenapa?" 

"Anak nya Grace mau datang," 

"Anak nya Grace, maksud kamu?"

"Anak istri Papaku,"

"Owalah. Jangan manggil Grace, panggil Mama lah, gak sopan tauk."

"Aku gak peduli. Kasih aku numpang disini Sampek jam 10 malam, pokok Sampek anak nya Grace pulang," 

"Emang kamu gak penasaran sama sodara tiri kamu?"

"Enggak."

"Cowok apa cewek?"

"Gak tau."

"Aduh kok gitu sih."

               Jam telah menunjukkan pukul 22:00, Echa berpamitan untuk pulang dari sebuah kost tempat sahabatnya tinggal, 30 menit kemudian ia pun sampai di sebuah rumah mewah tempat ia tinggal. 

Saat ia memasuki rumahnya, disana ia telah di sambut oleh sang Papa yang wajah nya telah merah padam karena menahan amarah.

"Kemana saja kamu? Di telfon bolak balik kok gak di angkat? Kamu anggap orang tua ini apa?" bentak Arka pada putrinya yang kini masih mengenakan seragam sekolahnya.

Echa dengan cuek, menghempaskan pantatnya ke sebuah sofa, ia tak menghiraukan sang Papa yang kini sedang marah besar.

"Kalo orang tua ngomong itu di dengerin, kebiasaan kamu ya, semakin hari semakin kurang ajar." Arka berteriak emosi, membuat Grace yang mendengarnya keluar dari kamar.

"Kenapa Mas? Malam-malam gini kok ribut?" tanya Grace yang baru saja datang.

"Kamu lihat sendiri kelakuan anak gadis ini, jam segini baru pulang, di tegur orang tua tidak pernah mendengarkan." 

"Sudahlah Mas, sabar, nama nya juga masih muda, Echa juga baru 17 tahun, kita maklumi saja," 

"Maklumi-maklumi bagaimana? Kalo di biarin terus-terusan bisa rusak ni anak,"

"Aku memang udah rusak kok Pa," ucap Echa santai sembari tersenyum mengejek, membuat sang Ayah semakin geram. 

Plaaaaaaakkkkk.....

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi chubby itu.

"Aaw, bagus Pa," Ucap gadis itu lirih, dan masih tersenyum mengejek, kemudian ia melangkah menaiki anak tangga, berniat untuk menuju kamarnya. Namun, di tengah-tengah tangga, ia berpapasan dengan seorang pria yang memang sedari tadi melihat adegan antara ayah dan putrinya itu.

Sekali melihat, Echa langsung bisa menebak, pria itu pasti putra Ibu tirinya. Ia terus melangkah tanpa menghiraukan pria yang masih berdiri mematung mengamati dirinya.

"Maaf Nathan, di hari pertamamu disini, kamu harus menyaksikan pemandangan yang tidak mengenakkan begini," ucap Arka menyesal.

"Tidak apa-apa, itu hal yang wajar terjadi."

"Dia memang sedikit nakal dan pembangkang, semoga saja dengan adanya kamu, dia bisa berubah, mulai sekarang Papa akan menitipkan nya padamu, bagaimanapun dia sekarang adalah adikmu, Papa harap kamu bisa membantu untuk mendidiknya, agar dia kelak bisa sukses sepertimu."

"Dengan senang hati," 

              Ke esokan harinya, Seperti biasa, mereka sarapan bersama sebelum memulai aktivitas masing-masing. Namun, pagi ini, di meja makan tersebut bertambah satu orang  yang ikut serta sarapan bersama.

"Echa, mulai hari ini, Kakakmu Nathan yang akan mengantar dan menjemputmu ke sekolah, agar kamu tidak keluyuran lagi seperti biasanya." Arka membuka percakapan.

"Aku bisa sendiri." Jawabnya cuek.

"Tidak ada penolakan, mau tidak mau, kamu harus berangkat dan pulang bersama Kakakmu."

"Seperti orang kurang kerjaan saja," ucapnya kelewat cuek, hingga membuat pendengarnya merasa kesal.

"Jaga bicaramu Echa! Dimana sopan santun mu? Kamu harus menghormatinya, dia jauh lebih tua 13 tahun darimu!" Arka kembali berteriak kesal pada putrinya.

"Aku sudah kenyang, aku berangkat." Gadis itu beranjak dari duduk nya. 

"Nathan, bawa dia bersamamu, maaf karena sudah merepotkan mu."

"Baik. Tidak masalah." 

Pria tampan itu melangkah cepat mengejar gadis itu.

"Hey kau, ikutlah denganku,"

Tanpa menjawab, Echa terus melangkah. Nathan akhirnya menarik nya paksa, membawa gadis itu memasuki mobil mewahnya.

"Apa-apaan kamu," kata Echa sinis.

"Menurutlah padaku! Karena aku tidak akan bersikap lunak padamu." Ucap pria itu tak kalah sinisnya.

To Be Continued...

Bab berikutnya