webnovel

23. Cemburu 2

Kania merasa sedih melihat sikap Miko yang seperti ini. Ia tak tahu lagi bagaimana menjelaskan semuanya kepada Miko. Tapi Kania tak menyerah begitu saja.

"Miko, aku hanya mengompres luka memar di tubuhnya. Dokter yang menyuruhnya!!"

"Jadi, kalau dokter menyuruhmu untuk mencintai Willy, kau juga akan melakukannya??"

"Miko, bukan seperti itu maksudku. Aku akan jelaskan semuanya!!"

"Cukup Kania. Aku sudah kecewa!!!"

"Tapi Miko, Miko!!!"

  Kaniya berusaha menarik lengan Miko, tapi Miko malah mengabaikan dan semakin mempercepat langkahnya meninggalkan Kania. Untuk saat ini hati Miko sedang tak karuan. Ia memilih pergi, ia takut jikalau dia masih di rumah Kania semuanya akan membuat Kania merasa sakit karena sikap Miko yang masih tidak stabil.

"Hei Willy!!! Ada apa ini??" tanya Sonya yang bingung dengan apa yang terjadi.

Willy terbangun dari tidurnya dan bersandar di ranjang. Ia memakai kaos yang disiapkan Kania di sampingnya.

"Kania cuma ngobatin luka gue. Tiba-tiba Miko datang, dan ia salah paham!!" jelas Willy.

"Hmmm... Bisa panjang nih masalahnya!!, gue mau cari makanan dulu. Lu ikut nggak??" ajak Sonya.

"Lu duluan deh, ntar gue nyusul" kata Willy.

Kania tak sanggup lagi membendung air matanya, ia merasa sangat terpukul. Dadanya terasa sesak. Kania berlari ke arah taman di belakang rumahnya. Assisten rumah tangganya menahan langkahnya.

"Nona, semua hidangan makan malamnya sudah siap!!"

"Kalian tolong panggil teman-temanku dan suruh mereka makan duluan!!!," perintah Kania.

"Baik nona Kania," jawab asisten rumah tangganya.

Kania melanjutkan langkahnya menuju taman. Ia duduk di sebuah gazebo. Ia luapkan semua kesedihannya. Kania menangis sejadinya, ia tidak pernah merasa sekacau ini,

'Apa aku benar-benar jatuh cinta, rasanya sakit sekali' kata Kania dalam hatinya.

Kania memejamkan matanya, dan menghembuskan nafas panjangnya. Udara malam ini sangatlah dingin, serasa menembus tulang-belulang. Tapi udara dingin itu tak sebanding dengan sikap Miko yang membuat hati Kania kacau.

Willy mencari Kania, di meja makan tapi tak menemukannya. Ia mencari Kania ke semua ruangan tapi nihil. Akhirnya ia mecoba mencari Kania ke taman belakang rumah, dan ia menemukan Kania disitu. Kania yang sedang menangis.

Willy berjalan perlahan mengarah ke Kania. Saking sedihnya Kania tak menyadari Willy ada di sebelahnya. Willy sangat tidak tega melihat Kania yang seperti ini. Ia masih saja terisak, wajah cantiknya itu penuh dengan air mata. Dengan lembut Willy memegang kepala Kania dan menyandarkan di dadanya. Kania kembali menangis.

"Maafkan aku Kania!! maaf!!" ucap Willy lirih.

Perlahan Kania menghentikan tangisnya. Ia merasa sedikit tenang bersandar di dada Willy. Entah rasa apa yang sekarang menerpanya, rasanya begitu tenang dan damai. Tapi dia bukan Miko. Dia Willy. Seseorang yang selalu ada untuk Kania, yang merelakan segalanya untuk Kania.

"Kamu tenang!! semua akan baik-baik saja!!" ucap Willy.

Willy mengusap air mata Kania dengan lembut, kemudian memeluknya dengan erat. Tiba-tiba Sonya datang, ia melihat Willy dan Kania berpelukan. Entah kenapa tiba-tiba rasanya sakit.

'Hah, jangan gila Soy' gumamnya.

Sonya melangkahkan kakinya menuju ke arah Willy dan Kania.

"Makan malam udah siap. Ayo kita makan!!" ajak Sonya.

Seketika Willy dan Kania melepas pelukan mereka. Mereka tak menyadari ada Sonya yang melihat. Kania dan Willy segera berdiri, dan berjalan menuju ruang makan.

"Ayok!!!" kata Kania.

Sonya melirik Kania. Ia melihat mata sahabatnya itu lembab, dan sayu. Ia paham sepertinya Kania baru saja menangis. Sonya tiba-tiba memeluk Kania.

"Kan, udah jangan sedih ya. Besok lu pasti udah baikan kok sama Miko!!" papar Sonya.

"Iya, gue nggak papa. Lu tenang aja Soy!!!" kata Kania sembari membalas pelukan Sonya.

...

Miko melajukan mobilnya dengan kencang. Ia tak menghiraukan lagi ada di angka berapa spidometer pada mobilnya itu. Masih teringat dalam angannya, saat Kania membasuh luka di dada Willy. Mereka bercanda bersama, tampak kebahagiaan di raut wajah Kania dan Willy.

Miko sebenarnya tidak ingin meninggalkan Kania dalam keadaan menangis. Tapi hati Miko sudah terlanjur terbakar api cemburu. Miko melajukan mobilnya ke arah perbukitan, ia menuju bukit yang berada paling ujung. Kali ini hatinya sangat kacau, ia hanya ingin mendapatkan ketenangan. Miko mengentikan mobilnya di ujung bukit. Ia segera melepas self beltnya dan segera turun.

"Aaaarrrrggghhhh....!!!!" Miko berteriak sekuat tenaganya.

Dadanya terasa sesak, hatinya sakit sekali. Ia menekuk lututnya dan tersungkur ke tanah.

"Gue cinta sama elu Kan, gue cinta banget. Gue nggak sanggup ngelihat elu sama cowok lain!!!" gerutu Miko kesal.

Miko mengepalkan tangannya dan memukul-mukulnya ke tanah. Air matanya pun menetes tak terhenti. Tubuhnya mulai lemas, tenaganya sudah mulai habis. Saat ia mulai lelah, Miko duduk bersandar di mobilnya, menjalarkan kakinya, dan menatap langit luas. Air matanya mulai terhenti, ia melihat beberapa kerlip bintang di atas sana. Miko kembali teringat akan beberapa waktu yang lalu saat ia berkata, Kania adalah bulan, dan ia bintangnya. Hatinya kembali terasa sakit saat mengingat Kania.

Ciitt....ciittt....

Tiba-tiba Miko melihat sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Mobil itu hilang kendali karena pecah ban, dia melihat pengemudinya adalah seorang wanita. Wanita itu tampak berusaha menguasai kemudinya. Tapi nihil, beberapa menit kemudian, mobil itu menabrak pembatas jalan, dan hampir saja terperosok ke jurang. Ban belakang mobil tersebut sudah tak menyentuh tanah lagi.

"Toloongg...tolong..." wanita itu berteriak minta tolong.

Miko segera berlari ke arahnya. Miko terkejut saat melihat body belakang mobil sudah tidak menyentuh tanah.

"Tolongin gue!!!"

"Lu tenang dulu. Jangan banyak bergerak. Dengerin gue!! Lu buka pintu mobil lu, kemudian lompat. Ingat pelan-pelan, kalo lu salah langkah sedikit saja, mobil lu bisa jatuh ke jurang!!" Miko dengan tegas mengarahkan wanita itu.

Wanita itu mencoba membuka mobilnya dengan sangat pelan, seperti arahan dari Miko. Saat pintunya terbuka, mobil itu bergerak mundur. Wanita itu segera melompat, tapi keadaan sedang tidak mendukungnya. Ia terjatuh bersama mobil itu. Miko segera berlari, dan meraih tangan wanita itu.

"Raih tanganku satunya. Cepat!! Lu pasti bisa!!" perintah Miko.

"Gue nggak kuat, lepasin tangan gue aja. Biar gue mati. Gue nggak kuat!!"

"Lu pasti bisa. Ayok cepat, sedikit lagi"

Miko menggenggam erat tangan kanan wanita itu, sedangkan tangan kirinya menggantung bersama tubuh wanitu itu. Genggaman Miko mulai melemah, ia sendiri seperti sudah tidak kuat menarik wanita itu. Sedikit demi sedikit tangan itu mulai melepas.

"Lu harus bertahan!!!" teriak Miko.

Tiba-tiba polisi datang, Miko telah menelfon polisi saat ia mengetahui ada mobil yang hilang kendali. Berapa menit kemudian. Polisi datang ke tempat kejadian.

Bab berikutnya