Kim Sora POv,
12 Mei 2020,
Aku terkejut mendengar suara benda terjatuh di luar kantorku, entah darimana asal suara itu. Tubuhku masih terasa lemas karena melihat rekaman CCTV yang baru saja dikirimkan oleh kepolisian. Rasanya aku ingin sekali berteriak dan menganggap hal itu hanyalah sebuah kebetulan.
Aku menegakkan diriku dan berjalan perlahan menuju pintu, rasa ingin tau ku sangat besar saat ini dibanding rasa takutku. Namun, sebelum aku mencapai pintu, seorang wanita yang sangat ku kenal muncul di ambang pintu, ia menggunakan hoodie hitam yang menutupi kepalanya.
"Kau! Tidak mungkin!!", kataku terkejut sambil membelalakkan mata dan mulut ternganga
"Hai oenni ... kau kembali?", tanyanya dengan menyeringai
Tidak ada tatapan dan senyuman bersahabat yang biasa kutemui dari dirinya. Matanya terlihat penuh kebencian dan senyumannya sungguh menakutkan, hingga kurasakan bulu di sekujur tubuhku meremang.
"Aeri ssi, ini tidak benar kan? Bukan kau yang melakukan ini semua kan??", tanyaku pelan sambil mundur beberapa langkah ke belakang
"Kau ini terlalu bodoh, oenni. Kau tidak menyadarinya?", tanyanya dengan senyum mengejek
"Wae? Mengapa kau melakukan ini semua? Aku tak mengerti ... ", kataku memandangnya dengan bingung
"Wae? Kau betul-betul ingin tau, oenni?", tanya Aeri sambil berjalan perlahan mendekatiku
Aku menelan ludahku dengan susah payah. Jantungku berdegup sangat cepat. Aku menggenggam erat ponsel ditangan kananku hingga terasa sangat menyakitkan.
"Kau ingin tau? Aku melakukannya karena aku sangat membencimu", bisiknya pelan sambil mencondongkan tubuhnya ke arahku
"Apa?", tanyaku tak yakin dengan apa yang baru saja ku dengar
"Aku-mem-ben-ci-mu!", ulangnya sambil menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya
Aku tak dapat mengatakan apapun, diriku dipenuhi kebingungan dan berbagai pertanyaan.
"Apa aku telah melakukan kesalahan padamu, Aeri~aah? Aku minta maaf bila telah melukaimu", kataku dengan penuh penyesalan
*tring
Sebuah pesan masuk ke ponselku. Aku melirik ponsel ditanganku, hendak membacanya. Namun sebelum aku sempat melakukannya, Aeri merebut ponsel tersebut dari tanganku dan melemparnya ke belakang meja kerjaku. Aku sangat terkejut dengan perbuatannya yang agresif dan sangat tiba-tiba.
"Kita sedang berbicara, tidak sopan bila kau melihat ponselmu di tengah pembicaraan kita", katanya dengan tatapan tajam sambil berjalan perlahan mendekatiku
"Mian.." jawabku gugup
Aku dapat merasakan bahwa ia sedang tidak bermain-main. Aku mundur beberapa langkah hingga kurasakan pinggangku menyentuh meja kerjaku.
"Aku sudah muak melihatmu oenni. Mengapa segalanya selalu berjalan baik di sekitarmu? Kau muda, cantik, berpendidikan tinggi, seorang pengusaha, berasal dari keluarga baik-baik dan terpandang, memiliki kekasih seorang bintang ternama .... ya! Aku sudah tau mengenai hubunganmu dengan RM!", katanya dengan kesal
Aku membelalakkan mataku padanya mendengar hal itu.
"Tapi Aeri~aah kau pun wanita yang luar biasa, kau rekan kerja yang menyenangkan, semua orang suka padamu..", jawabku
"Kau pikir begitu?? Hah! Kau tidak tau saja, setiap aku berbicara dengan para pelanggan yang kutemui, mereka selalu membicarakanmu, selalu memuji-muji dirimu! Tak ada satu pun yang peduli padaku!!", teriaknya dengan marah
"Pasti ada kesalah pahaman Aeri~aah, kita bisa membicarakannya baik-baik", kataku bergerak maju berusaha menenangkannya
*pipipipip
Terdengar dering telpon dari sudut, pasti Namjoon yang menelpon, batinku.
"Kau pikir aku tidak berusaha memahaminya? Dua tahun aku telah bekerja disini dan setiap ada pelanggan baru mereka selalu menanyakan dirimu, selalu kau!!", katanya sambil menunjuk-nunjuk ke arahku
"Aeri~aah, tolonglah ... maafkan aku. Aku paham, aku seharusnya lebih perhatian padamu. Aku menganggapmu seperti adikku. Maafkan aku, kita bisa membicarakan ini baik-baik ...", kataku dengan suara bergetar
Dering telpon terdengar berulang-ulang dibelakang kami.
"Tidak! Apa kau tau kehidupan seperti apa yang aku alami selama ini? Aku harus bekerja ketika lulus sekolah dan membiayai adik-adikku karena ayahku yang tua itu tidak perduli pada mereka. Ia sibuk berjudi dan berhutang kesana kemari, sedangkan ia menelantarkan kami, membiarkan kami berusaha sendiri untuk dapat hidup! Aku harus bekerja di hari liburku untuk membayar hutang-hutang tersebut! Kau tidak paham sama sekali dengan apa yang telah ku lalui, kau terlahir dengan sempurna, segalanya di sekelilingmu berjalan dengan sempurna! Aku membencimu!! Aaarrgghhh!!", teriaknya dan berusaha menyerangku
"Aeri~aah! Hentikan! Aduh!! Tidak! Tolong hentikan!", teriak ku berusaha melindungi diriku dari pukulan dan tendangannya
Aku jatuh tersungkur di antara meja kerjaku dan rak buku. Ia terus memukul dan menendang ke arahku seperti orang kesetanan.
"Aaahhh!", teriakku ketika salah satu tendangannya mengenai perutku
"Hentikan! Tolong hentikan!", aku memohon padanya sambil mencengkram perutku yang terasa sangat sakit
Ia mendengus dan terengah-engah ketika menghentikan pukulannya. Aku menggigit bibirku menahan sakit di sekujur tubuhku.
"Tenanglah, Aeri~aah... aku paham, kau pasti merasa hidup ini tidak adil bagimu, aku pernah merasakan hal itu. Semua yang terjadi pada hidupku tidaklah selalu mudah dan sempurna ... setiap orang punya permasalahannya masing-masing Aeri~aah, tidak ada yang sempurna di dunia ini", kataku beringsut duduk bersandar pada rak buku
"Aku tak ingin mendengar ocehanmu, oenni. Seharusnya aku membunuhmu sejak dulu, haha tapi aku masih pengecut waktu itu, aku takut perbuatanku akan segera diketahui oleh polisi, tapi sekarang, aku sudah tidak peduli. Aku akan membunuhmu karena kau telah mengambil seseorang yang sangat berharga untukku!", ia menyeretku berdiri dan mendorongku ke rak buku
Tubuh dan kepalaku sakit sekali, aku berusaha sekuat tenaga untuk tetap sadar. Aku tak ingin menyerah padanya.
"Aeri~aah hentikan ... ", kataku terkesiap
Aku berusaha untuk tetap bernapas ketika Aeri melingkarkan kedua tangannya di sekeliling leherku. Tanganku menggapai-gapai wajah dan tangannya berusaha membuatnya melepaskan cekikan di leherku.
*brak!
Pintu terbanting terbuka, dan kulihat Namjoon berdiri diambang pintu dengan wajah shock.
"Jagiya!", panggilnya
Aeri menolehkan wajahnya ke pintu dan melepaskan cenkraman tangannya dari leherku. Aku jatuh terduduk di lantai, terbatuk-batuk dalam usahaku menghirup oksigen.
"KAU!!", teriaknya berjalan memasuki kantorku
"Jangan mendekat! Atau aku akan membunuhnya sekarang juga!", kata Aeri sambil mengeluarkan sebuah pistol semi otomatis yang ia sembunyikan dalam saku hoodie nya dan mengacungkannya ke arah ku
"Aeri ssi? Apa yang kaulakukan?!", kata Namjoon berdiri diam di depan pintu masuk
"Kau terkejut? Kau tidak menyangka bahwa aku sanggup melakukan ini?", tanya Aeri terkekeh
"Aku tak mengerti ... mengapa??", tanya Namjoon mengerutkan dahi nya
"Aku membencinya, aku membenci kekasihmu! Kau pikir aku bodoh hingga tidak menyadari hubungan kalian?!", teriak Aeri pada Namjoon yang terkejut dengan perkataannya
"Apa kau melakukan ini hanya karena itu?", tanya Namjoon shock
"Tidak, tidak juga! Aku memang sudah tidak menyukainya sejak lama tapi setelah mengetahui kalian berpacaran, rasa benciku semakin tidak tertahankan!", kata Aeri dengan wajah jijik
"Bagaimana kau mengetahuinya?", tanya Namjoon lagi
Aku membetulkan posisi dudukku dan memegangi perutku yang sakit. Aku merasa Namjoon sengaja mengajakknya berbicara untuk mengulur waktu. Aku mencari-cari dengan mataku dimana ponselku berada.
"Hidupku tidak mudah, oppa! Kau dan bangtan lah yang membuatku bertahan ... aku menyukai kalian sejak lama. Kau adalah biasku, aku dapat dengan mudah mengenalimu walaupun kau menutupi wajahmu dengan topi, kaca mata, bahkan masker ", ucapnya
"Kau mengenaliku?", kata Namjoon sambil melirik ke arahku
"Ye.. ketika aku tau kau datang ke Minerva, aku sangat bersemangat. Tapi kau datang beberapa kali ke sini hanya untuk menemui Sora oenni. Aku langsung mengenalimu ketika kau datang saat malam musik, dan ku lihat kau, Sora oenni dan Sunmi oenni mengobrol dengan akrab bahkan tertawa-tawa bersama. Kau tau bagaimana perasaanku? Aku sangat ingin melukainya dan menggantikannya untuk mengobrol denganmu", kata Aeri tersenyum liar
Aku melihat ponselku tergeletak jauh di sudut belakang meja kerjaku. Bila aku kesana apakah Aeri akan menyadari nya?, batinku. Tidak, ini terlalu beresiko, kataku pada diriku sendiri. Aku meringis menahan sakit di perutku. Ku harap bayiku tak terluka. Aku memejamkan mata berusaha mengatur nafasku.
"Mengapa kau tidak bergabung dengan kami saat itu?", tanya Namjoon lagi sambil menggeser dirinya lebih dekat ke rak buku
"Diam ditempat oppa! Aku tidak sedang main-main saat ini!", kata Aeri mengokang pistolnya dan mengarahkannya kembali kepadaku
"Baiklah...", kata Namjoon mengangkat kedua tangannya dan mundur beberapa langkah
"Kau bertanya mengapa aku tak bergabung dengan kalian? Hah! Yang benar saja, aku hanya ingin mengobrol denganmu, oppa, bukan dengan kedua wanita itu!", lanjut Aeri dengan wajah kesal
Aku dan Nanjoon saling melirik satu sama lain, dan kulihat ia terlihat cemas melihat keadaanku saat ini.
"Tapi ada hal menarik yang ku dengar dari pembicaraan kalian, oppa. Sunmi oenni menceritakan tentang peristiwa-peristiwa yang dilakukan oleh mantan kekasih Sora oenni padanya, dan hal itu langsung memberikanku ide. Pada awalnya aku hanya akan menerornya, namun setelah aku melihat apa yang telah kalian lakukan di kantor Sora oenni, aku langsung membatalkan niatku dan bertekad untuk menghabisinya!", kata Aeri menatapku dengan marah
Pasti ia membicarakan mengenai ciuman pertama kami di kantorku. Aku memejamkan mataku dan mencengkram perutku sambil bergumam pelan pada diriku sendiri, "bertahanlah, kumohon bertahanlah, kau kuat, semua akan baik-baik saja", secara berulang-ulang
"Kau mendengar pembicaraan kami?", tanya Namjoon lagi
"Ye. Aku memang merasa ada yang aneh pada Minwoo oppa, ia selalu membicarakan Sora oenni setiap kali ke sini. Ia terlihat sangat terobsesi pada nya. Kau sangat beruntung oenni", kata Aeri kepadaku
"Beruntung? Memiliki seseorang yang terobsesi padamu adalah sebuah keberuntungan??", tanya Namjoon sedikit kesal
"Ye! Paling tidak ada seseorang di dunia ini yang begitu mencintaimu hingga rela melakukan apa saja untuk mendapatkanmu! Lagi pula Park Minwoo oppa sangat tampan dan mapan ... apa lagi yang kau butuhkan??!", katanya sambil tertawa-tawa
"Kau sakit, Song Aeri ssi", kata Namjoon menatapnya kasihan
"Jinjja? Menurutku hal itu tidak masalah, aku pun terobsesi padamu", katanya masih tertawa dan mengangkat bahunya
"Kau benar-benar butuh bantuan Aeri ssi", kata Namjoon menggelengkan kepalanya
"Terserah. Aku melakukan semua ini agar Sora oenni merasa ketakutan dan akhirnya meninggalkanmu. Tapi ternyata ia tak bergeming sedikitpun! Aarrgh menjengkelkan sekali! Hingga akhirnya aku memutuskan untuk bertindak lebih jauh. Aku meracuni kue yang ia makan, berharap ia akan masuk rumah sakit atau semacamnya. Tapi ternyata efeknya tidak seperti yang kuharapkan. Lalu aku menyerangnya berharap ia akan terluka parah tapi lagi-lagi perhitunganku salah", kata Aeri dengan wajah kesal
"Apa?", kataku dengan lemah tak mempercayai apa yang baru saja kudengar
"Jagi, Sora~aah bertahanlah...", kata Namjoon dengan wajah cemas
"Wooow romantis sekali pasangan ini ... hahahaha. Kalian sangat menyedihkan. Kau tau oppa, kau bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih cantik darinya. Tapi mengapa kau memilihnya?? Mengapa Sora oenni?!!", pekik Aeri
"Karena aku mencintainya, ia wanita luar biasa yang pernah aku temui selama ini. Memang benar banyak wanita yang lebih cantik darinya di luar sana, tapi ... tapi hati ku mengatakan bahwa ia lah wanita yang selama ini aku inginkan", jawab Namjoon, tersenyum kecil sambil menatap kedalam mataku
"Eww... menjijikkan sekali", kata Aeri pura-pura muntah
"Jadi .... kaulah selama ini yang melakukan teror kepada Sora?", tanya Namjoon menatapnya dengan tajam
"Ye, ye benar sekali. Aku merasa kasihan pada Minwoo oppa karena terus menerus dicurigai kepolisian", katanya sambil tertawa geli
Kulihat Namjoon dengan perlahan menggeser tubuhnya maju ke arah Aeri yang sedang sibuk tertawa-tawa, hingga tidak menyadari gerakan Namjoon.
"Oooh lucu sekali, tidak ada seorangpun yang mencurigaiku. Aku merusak ban-ban mobil oenni ketika aku pulang lebih awal. Dan aku langsung menghentikannya ketika oenni memasang CCTV di parkiran. Kemudian aku memberikan nomer ponsel oenni ke sebuah komunitas sasaeng yang kutemui di media sosial. Hahahahaha mereka betul-betul membuat oenni kesal dengan pesan-pesan mereka .... ", katanya lagi masih tertawa terpingkal-pingkal
"Kelinci mati dan barang-barang lainnya pun kau yang mengirim?", tanya Namjoon lagi setelah bergeser dua langkah dari tempatnya semula
"Ye! Aku banyak menonton film detektif jadi aku tau bagaimana cara menghindari investigasi polisi ... lagipula polisi Seoul tidak terlalu cerdas", katanya terkekeh
"Lalu mengapa kau menunjukkan dirimu sekarang?", tanya Namjoon lagi
"Aku tidak menunjukkan diriku, aku tak menyangka oenni akan kembali. Aku berencana untuk membakar Minerva dan pergi. Tapi tanpa sengaja kami bertemu disini, ya kan oenni?", katanya tersenyum padaku
"Mengapa kau melakukan sampai sejauh ini, Aeri ssi?", tanya Namjoon sambil menggeser tubuhnya lebih dekat
"Kenapa? Aku sudah mengatakannya kan, aku membencinya! Aku marah kau berpacaran dengannya! Dan yang lebih membuatku marah adalah bahwa oenni hamil !!!", teriak Aeri kehilangan akal sehatnya
Aku terbelalak mendengar perkataannya, Namjoon pun diam terpaku mendengar hal itu.
"Kalian pasti bertanya-tanya bagaimana aku bisa mengetahuinya kan? Aku tau ciri-ciri wanita hamil karena salah satu adikku pun pernah hamil oleh salah satu pacar brengseknya, dan ketika aku melihat tumpukan buku yang akan oenni pinjam, aku langsung menyadari bahwa ia tengah hamil saat ini, aku tak menyangkanya, aku tak menyangka kalian akan berbuat sejauh ini !!! Kalian menghancurkan hidupku !!!", teriak Aeri sambil menodongkan pistol ke arahku dan bersiap menembak
*Dor
Semua terjadi begitu cepat .... sebelum Aeri menembakku, Namjoon melompat dan menerjang Aeri hingga mereka berdua jatuh ke lantai. Mereka bergumul, peluru meluncur menembak langit-langit kantorku dan pistol tadi terlempar jauh ke kolong sofa.
"Jagiya~! Pergilah! Pergi, cepat, minta bantuan!", teriak Namjoon kepada ku
Aku berdiri dengan sekuat tenaga, mengabaikan rasa sakit di sekujur tubuhku dan berlari terseok-seok menuju pintu keluar.
"Tidak!! Kembali!! Aku akan membunuhmu!! Kembali!!", teriak Aeri
Aku menolehkan wajahku sebentar menatap mereka berdua yang masih bergelut di lantai. Namjoon memegangi pinggang Aeri, menahannya agar tak berlari mengejarku. Sedangkan Aeri dengan wajah merah, meronta-ronta seperti orang kesetanan mencoba melepaskan diri dari Namjoon.
Aku terisak sambil berlari menuju tempat parkir dengan sekuat tenaga. Sakit sekali, perutku sakit sekali. Aku mengalihkan pandanganku ke kedua kaki ku dan kulihat darah mengalir di kedua kakiku. Tidak! Jangan bayiku! Kumohon.... aku menahan tangisku berusaha menghilangkan pikiran buruk dari kepalaku.
*gedebug
"Aah!"
Terdengar suara benturan keras dan teriakan kesakitan Namjoon dari dalam Minerva.
"Jagiya?", gumamku menoleh ke arah pintu masuk lantai dasar
Lalu kulihat Aeri berlari ke arah ku dengan wajah menakutkan. Aku kembali berlari secepat mungkin menuju jalan raya.
"Tolong! Tolong aku!", teriak ku diantara isakanku
Malam ini terasa sangat sepi, tidak banyak mobil yang berlalu lalang, sedangkan toko dan restaurant di sekitar Minerva juga telah tutup lebih awal karena pembatasan jam operasional akibat corona.
"Kyaaaa!", teriakku ketika kurasakan seseorang menangkap tubuhku dari belakang
"Aku akan membunuhmu! Seharusnya aku membunuhmu sejak dulu, kau wanita sialan! Lebih baik kau mati!", pekik Aeri sambil terus menerus menyerangku
"Tidak! Hentikan, tolong!", pekikku berusaha mempertahankan diri sekaligus menyerang balik
"Lepaskan Sora! Kubilang lepaskan dia!!", terdengar suara Namjoon di kejauhan
Aku dan Aeri sibuk saling memukul, menedang, menarik dan mendorong satu sama lain, hingga akhirnya ....
*Tiiiiiiiinnnnnn
"Andweeeee!!! (Tidak!)", teriak Namjoon memecah keheningan malam
Aku tak tau apa yang telah terjadi padaku dan Aeri. Aku hanya merasakan bahwa tubuhku terangkat dan kemudian terhempas ke aspal yang panas.
Kemudian semuanya terasa sunyi, telingaku berdenging, pandanganku silau karena cahaya yang bersinar terang dihadapanku.
"Sora~aah! Ya tuhan, Jagiya~ ... bangunlah! Tolong panggil ambulans! Sekarang!!", kudengar suara Namjoon seperti berada di kejauhan
Aku mengedipkan mataku beberapa kali berusaha melihat lebih jelas, namun aku hanya dapat melihat cahaya menyilaukan dihadapanku.
"Sora~aah, bertahanlah!", kudengar Namjoon terisak di kejauhan
Jagiya~ tenanglah ... aku baik-baik saja. Aku tidak merasa sakit, semuanya akan baik-baik saja, batinku.
Tidak, bukan hanya rasa sakit yang tak dapat kurasakan. Aku bahkan tak dapat merasakan tubuhku. Aku tak dapat menggerakkan tubuhku ... dan bayiku ... bagaimana dengan bayiku?.
Kurasakan sebutir air mata mengalir di pipiku dan aku menyerah dengan kegelapan yang perlahan menutupi diriku.