Kim Sora POV,
23 April 2020,
Aku menutup pintu toilet dan berjalan perlahan ke ruanganku. Sudah beberapa hari ini aku merasa tidak enak badan. Kepalaku pusing dan perutku terasa mual dan tidak nyaman.
"Kau masih mual, oenni? Aku akan membuatkan teh hangat untukmu", kata Aeri memandangku
"Aniyo...boleh aku minta air putih hangat saja?", pintaku pada Aeri
"Ye..akan segera ku ambilkan", jawabnya
"Gomawo yo", kataku
Aku duduk dibelakang meja kerjaku dan menghela napas dalam. Tadi pagi aku baru saja mendapatkan pesan dari Pusat Kesehatan Distrik Yongsan bahwa hasil tes corona virus milikku negatif.
Aku sangat bersyukur ketika membaca pesan tersebut. Rasanya segala beban di dadaku terasa terangkat dan aku bisa kembali bernapas lega.
Kemarin siang aku baru saja melakukan tes corona di salah satu rumah sakit di Seoul. Aku melakukannya karena sudah beberapa hari terakhir merasa tidak sehat. Ditambah lagi, dua minggu yang lalu, seseorang mengirimkan paket kepadaku yang berisi banyak tisu bekas pakai di dalamnya.
Saat itu aku merasa jijik dan tanpa menyentuhnya langsung aku buang ke tempat sampah. Aku pikir itu adalah salah satu paket yang dikirimkan oleh pelaku teror yang masih berkeliaran di luar sana. Walaupun setelah membuang paket itu aku langsung mencuci tangan dan mensterilkan ruanganku. Tapi tetap saja diriku merasa was-was, takut tertular penyakit yang terbawa dari paket tersebut.
———————————— Satu hari sebelumnya
"Baik, silakan mulai", terdengar aba-aba dari petugas yang berdiri di depan gerbang masuk Rumah Sakit Universitas Seoul
Aku menganggukkan kepalaku dan menjalankan mobilku dengan perlahan. Jantungku berdegub sangat kencang hingga terasa menyakitkan. Sebetulnya itu bukan tes pertama ku, aku dan seluruh karyawanku telah melakukan tes corona pada akhir bulan februari lalu dan kami semua dinyatakan negatif.
Namun, mengapa kali ini aku merasa cemas?sebetulnya hal itu dikarenakan satu bulan belakangan ini Namjoon sering sekali mengahabiskan waktunya di apartemenku, hampir setiap hari malah. Karena konser dan tur dunia nya batal, ia jadi memiliki banyak waktu luang untuk dihabiskan bersamaku. Oleh sebab itu, aku cemas bila aku ternyata terkena penyakit ini, pasti Namjoon juga akan tertular.
Aku tiba di pos pertama, aku menurunkan kaca jendela mobilku dan menyapa petugas yang berjaga.
"Annyeong, aku akan mengukur suhu tubuhmu", kata seorang petugas wanita memakai Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap
"Ye", jawabku
Ia mengukur suhu tubuhku menggunakan termometer digital yang ia tempelkan di telingaku.
"36,6 derajat celcius, silakan menuju pos selanjutnya", katanya
"Kamsahamnida", jawabku menganggukkan kepala kepadanya
Pos kedua adalah pos pendaftaran. Sebelum melakukan tes kita diwajibkan mendaftarkan diri terlebih dahulu melalui telpon untuk menghindari padatnya antrian.
"Annyeong, kau sudah mendaftar sebelumnya?", tanya seorang petugas wanita memakai APD dibalik kaca pengaman
"Ne, aku sudah menelpon tadi pagi. Atas nama Kim Sora, Yongsan Gu", jawabku ke arahnya
"Kim Sora ssi, dengan alamat Ichon Raemian Apartment, Yongsan Gu?", tanyanya sambil melihat list di komputernya
"Ye, benar", jawabku
"Arasso, silakan menuju pos selanjutnya", kata petugas tersebut dengan ramah
"Kamsahamnida", aku menjalankan kembali mobilku menuju pos selanjutnya
"Annyeong, atas nama siapa?", tanya petugas laki-laki berseragam APD lengkap di samping pintu mobilku
"Annyeong. Kim Sora, Yongsan Gu", jawabku
"Apa ini betul namamu?", tanyanya lagi sambil menunjukkan nama yang tertera pada alat tes
"Ye", jawabku
"Apa kau merasakan suatu gejala?", tanya nya lagi
"Tenggorokanku sakit, kepalaku juga pusing. Dan terkadang perut dan tubuhku terasa tidak nyaman", jawabku menjelaskan keadaanku
"Baiklah. Ini akan sedikit tidak nyaman, aku akan memasukkan alat ini ke dalam lubang hidung dan mulutmu. Cobalah untuk santai", kata petugas tersebut dengan ramah
"Ye, arasso", jawabku
"Tarik nafas, aku akan memulainya", kata petugas tersebut sambil mengarahkan alat tes ke arahku
Memang terasa sangat tidak nyaman ketika alat tes tersebut masuk ke dalam hidung dan mulutku. Aku menjadi semakin pusing setelah tes selesai dilakukan. Bahkan mataku sampai berkaca-kaca karenanya.
"Kau akan menerima hasil tes nya besok melalui pesan yang dikirimkan oleh Pusat Kesehatan Kota Seoul. Bila hasilnya positif, mereka akan menghubungimu secara langsung untuk menjelaskan langkah selanjutnya yang harus kau lakukan. Namun bila hasilnya negatif kau tak perlu khawatir. Kau dapat beraktivitas seperti biasa namun tetap mematuhi protokol kesehatan", jelas petugas tersebut
"Ye, arasso. Kamsahamnida. Terima kasih atas bantuanmu", jawabku menundukkan kepalaku ke arahnya
"Ye. Kau bisa melanjutkan ke pos selanjutnya", katanya sambil mempersilakan mobilku untuk jalan
Aku menjalankan kembali mobilku memuju pos pembayaran. Kemudian berjalan pulang kembali ke apartemen ku untuk beristirahat.
Aku sangat mengapresiasi bagaimana pemerintah cepat tanggap menghadapi virus ini. Setelah lonjakan kasus yang terjadi pada pertengahan bulan Februari lalu, pemerintah memutuskan untuk melakukan pengecekan dan penelusuran kepada warga yang terinfeksi. Hasilnya hanya dalam waktu 2 bulan saja, kasus yang awalnya berjumlah ratusan setiap harinya menjadi turun drastis hingga berjumlah kurang dari 10 orang per harinya.
Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan untuk memberikan bantuan sebesar 1 juta won bagi seluruh warga negara korea. Hal ini dilakukan karena pemerintah merasa saat ini warga sedang mengalami kesulitan untuk bertahan hidup di tengah pandemi ini.
Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan untuk membantu para pengusaha kecil dan menegah yang terdampak akibat pandemi ini. Bantuan itu berupa pembebasan biaya utilitas selama beberapa bulan kedepan, seperti pembebasan tagihan listrik, telpon, gas, internet dan air.
Kebijakan baru ini membuatku dapat bernapas lega, mengingat kondisi Minerva saat ini yang mengalami penurunan.
———————————————————————
Saat ini, di kantorku
"Oenni..ini airnya", Aeri memasuki ruanganku sambil membawa segelas air
"Gomawo Aeri ssi", jawabku tersenyum kecil sambil menerima gelas tersebut
"Apa tidak sebaiknya kau memeriksakan dirimu lagi, Oenni? Kau terlihat pucat", tanyanya dengan wajah prihatin
"Aku sudah minum beberapa vitamin Aeri~aah..kuharap kondisi ku akan segera membaik", kataku setelah meneguk air tersebut
"Hasil tes corona mu negatif kan? Mmmm....Atau mungkinkah kau akan punya bayi?", tanya Aeri menaikkan alisnya dengan terkejut menatapku
"Huh? Woaaahh apa yang kau bicarakan Aeri~aah..astaga!", kataku terkekeh mendengar kata-katanya
"Siapa tau...", jawab Aeri menangkat bahunya
"Aniyo, ku rasa aku hanya kelelahan saja", jawabku menggelengkan kepala
*pipipipip
Kulihat nama Namjoon tertera di layar ponselku.
"Aku harus menangkat ini Aeri ssi..", kataku kepada Aeri
"Yee ... aku kembali bekerja kalau begitu", jawab Aeri meninggalkan ruanganku
"Yeobosseyo", sapaku
"Yeobosseyo jagiya~ ... bagaimana keadaanmu?", tanya Namjoon
"Aku masih sedikit pusing dan mual, badanku juga terasa pegal. Aku sudah minum vitamin, dan akan segera pulang bila pekerjaanku telah selesai", jawabku pelan
"Kau di Minerva?", tanyanya
"Ye. Ada beberapa laporan yang harus ku kirimkan kepada KCDC hari ini. Semua data yang kubutuhkan ada di sini sehingga aku harus mengerjakannya di Minerva", jelasku
"Arasso...aku akan membawakanmu Samgyetang (sup ayam dan ginseng) setelah aku selesai bekerja", kata Namjoon
"Gomawo. Apa kau masih mengerjakan album bahasa Jepangmu saat ini?", tanyaku
"Aniyo...kami telah menyelesaikan rekamannya beberapa hari yang lalu. Hari ini aku akan live bersama Jhope untuk melakukan sesuatu menggunakan ARMY Bomb haha...kuharap kami tak mengacaukannya", jawabnya sambil terkekeh
"Jinjja? Kapan kau akan live? Aku sangat ingin menontonnya", kataku bersemangat
"Sebentar lagi, kuharap aku tak terlambat, aku masih dalam perjalanan menuju kantor", katanya lagi
"Ye, kuharap kalian bersenang-senang hari ini", kataku sambil tersenyum
"Gomawo...baiklah, aku tutup dulu ya. Nanti ku kabari lagi. Saranghae", kata Namjoon mengakhiri telpon nya
"Saranghae", jawabku
Aku menggenggam erat ponsel ditanganku. Aku menatap layar komputer sambil memikirkan perkataan Aeri tadi. Kami memang telah beberapa kali melakukan hubungan intim, dan ada saat-saat dimana kami tidak memakai pengaman seperti seharusnya.
Aku menggigit bibirku sambil mengecek kalender di ponselku. Astaga! Datang bulanku sudah telat seminggu. Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku. Oettoke?!
Tiba-tiba aku merasa cemas dengan kemungkinan yang akan terjadi. Bagaimana bila aku benar-benar hamil? Apa yang akan terjadi pada hubungan kami??. Aku menghela napas dalam mencoba menenangkan diriku.
Tidak, hal itu belum pasti. Aku harus memastikannya lebih dulu. Aku menggelengkan kepala ku dan mencoba mengalihkan pikiranku dari hal-hal itu. Aku membuka lembar kerja dan mulai mengerjakan laporan untuk KCDC.
Lima belas menit berlalu dan ku baca kembali laporan yang telah ku tulis sebelum akhirnya aku kirimkan kepada KCDC.
"Selesai", kataku sambil mematikan layar komputer
"Aku lapar, aku akan makan sesuatu sebelum pulang", kataku pada diriku sendiri
Aku berjalan menuju lantai satu dan memesan chicken salad wrap dengan segelas jus apel. Aku membawa makan siangku ke meja favoritku di samping jendela. Aku memandang berkeliling ruang baca. Pengunjung siang ini cukup banyak.
Saat ini bisa dibilang Minerva sudah beroperasi seperti biasa namun tetap masih menjalankan protokol kesehatan yang ketat. Menurunnya angka kasus infeksi corona di Seoul membuat pemerintah kota Seoul menarik aturan pembatasan sosial skala besar.
Sehingga Restoran, cafe, tempat hiburan, mall dan tempat umum lainnya saat ini sudah beroperasi seperti biasa, namun tetap harus menerapkan social distancing dan protokol kesehatan yang ketat agar penyebaran virus dapat ditekan.
Di meja resepsionis kulihat Aeri dan Sossa sedang berbincang seru, entah apa yang mereka bicarakan. Aku hanya tersenyum melihat mereka berdua. Aku mulai memakan makan siangku namun lagi-lagi perutku langsung terasa tak nyaman. Aku bernapas perlahan-lahan sambil mengunyah makananku, melawan rasa mual yang kurasakan.
"Oenni, bagaimana keadaanmu?", Tanya Sossa datang menghampiriku
"Sudah lebih baik", jawabku
"Sebaiknya kau beristirahat saja dirumah sampai keadaanmu pulih, oenni. Kami akan mengurus semuanya disini", kata Sossa tersenyum sambil duduk dihadapanku
"Ye..terima kasih atas perhatianmu, Sossa~aah", jawabku tersenyum padanya
"Kim Sossa ssi aku memerlukanmu", panggil Hansol dari coffee shop
"Ah, yeee! Aku datang", jawabnya sambil berdiri dari kursinya
Kulihat sesuatu berwarna merah menggantung keluar dari balik saku celananya.
"Apa itu, Sossa?", tanyaku mengernyitkan dahi sambil menunjuk benda tersebut
"Huh? Apa? Oh, ini?", katanya sambil mengeluarkan benda tersebut. "Ini adalah tali ponsel berbentuk kabel yang sedang digemari saat ini, oenni. Lihat!bagus kan!", kata Sossa menunjukkan tali berwarna merah yang terhubung dengan ponselnya
"Jinjja? Jadi ini sedang trend saat ini?", tanyaku masih memandangi tali tersebut
"Ye, bahkan Aeri oenni, Minhyuk dan Yunsu oppa juga pakai yang seperti ini haha", katanya tersenyum gembira
"Jinjja? Mereka juga pakai?", kataku lagi masih memikirkan sesuatu
"Sossa~aah....", suara Hansol terdengar lagi dari coffee shop
"Ne! Oenni aku harus pergi", kata Sossa kemudian ia berjalan cepat menuju coffee shop
Tali itu...terlihat seperti benda yang menjuntai pada pakaian pelaku yang menyerangku. Bila benda ini sedang populer, artinya siapapun dapat dengan mudah memilikinya. Dan hal ini semakin membuat polisi kesulitan mencari tau siapa pelaku sebenarnya.
Astaga, kepalaku pusing sekali saat ini. Aku merasa seperti mencoba menggenggam air di telapak tanganku, semakin ku coba mencari tau pelaku sebenarnya semakin aku menyadari betapa sulitnya hal tersebut. Sudah berbulan-bulan investigasi ini berjalan namun kepolisian belum menemukan petunjuk yang pasti.
*tring
Aku terlonjak ketika mendengar suara pesan masuk di ponselku.
"Sora~aah..bagaimana keadaanmu? Apa kau masih tidak enak badan? Ibuku baru saja mengirimkan obat herbal dari Gwangju dan ia memintaku untuk memberikan beberapa botol kepadamu juga. Aku akan ke apartemenmu sore ini, sampai nanti jagiyaa~ hahaha", isi pesan Sunmi
Aku tertawa membaca pesan darinya, ia memang selalu menggodaku dengan panggilan 'Jagiya~' sejak mendengar Namjoon memanggilku dengan panggilan itu.
"Keadaanku masih sama seperti kemarin Sunmi...aku akan pulang sebentar lagi, sampai bertemu nanti", jawabku
Aku menghabiskan jus apelku dan membungkus sisa makanan yang tidak habis kumakan. Aku berjalan menuju meja resepsionis untuk berpamitan pada Aeri.
Selama perjalanan pulang, aku bimbang apakah aku harus segera menemui dokter untuk memeriksa kondisiku atau aku hanya mengeceknya lewat tes kehamilan. Ketika melewati lampu lalu lintas, aku memutuskan untuk berbelok ke kiri menuju sebuah klinik keluarga.
Aku memasuki pelataran parkirnya dan memarkir mobilku dekat dengan pintu masuk. Apakah aku berani melakukannya? Bagaimana bila hasilnya positif? Apa yang akan aku lakukan?, pikiran-pikiran ini kembali berkecamuk di kepalaku.
Tapi belum tentu kau hamil! Bisa saja kau hanya kelelahan dan staminamu berkurang..kau bisa minta diresepkan vitamin atau sesuatu untuk mengembalikan kondisi mu, terjadi perdebatan sengit di kepalaku.
Que sera sera! Apa yang akan terjadi, terjadilah!, kubulatkan tekadku. Aku menghembuskan nafas panjang dan berjalan menuju pintu masuk klinik tersebut.
"Annyeong, ada yang bisa ku bantu?", tanya seorang perawat dengan ramah kepadaku
"Annyeong, mmm...aku ingin menemui dokter kandungan, eh apa... apa ada dokter yang sedang praktek saat ini?", tanyaku sedikit gugup
"Ye, saat ini dokter Hong sedang praktek. Anda ingin mendaftar?", tanyanya lagi
"Uh? Ye", jawabku singkat
Aku menyelesaikan proses administrasi dengan lancar, kemudian perawat tersebut mengantarku ke ruang periksa dokter kandungan yang berada di ujung lorong. Saat ini tidak banyak pasien yang datang sehingga aku dapat langsung bertemu dengan dokter tersebut tanpa perlu mengantri.
Kurasakan tenggorokanku kering ketika memasuki ruang praktek Dr. Hong. Aku duduk dengan canggung di kursi pasien sambil berusaha menelan ludahku dengan susah payah.
"Jadi, apa yang perlu kubantu?", tanya wanita paruh baya cantik yang mengenakan jas putih yang duduk dihadapanku
"Aku..eh, aku ingin memeriksa...mmm...ingin memeriksa kondisi ku. Aku tidak enak badan beberapa hari belakangan ini. Aku selalu pusing dan mm...terkadang aku mual dan tidak nafsu makan. Dan..mmm.. dan aku terlambat datang bulan selama satu minggu", kataku terbata-bata
"Arasso. Apa kau melakukan hubungan seksual beberapa waktu belakangan ini?", tanyanya ramah sambil memeriksa ku dengan stetoskop
"Ye", jawabku gugup
Selama beberapa menit dokter Hong memeriksaku dengan seksama sambil menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan kondisiku.
"Baiklah, ini tabungnya. Isilah sampai batas maksimal dan berikan tabung ini pada perawat di depan. Kami akan memeriksa urine mu dan kita akan lihat hasilnya", kata dokter cantik itu sambil memberiku sebuah tabung yang telah diberi label dengan namaku
"Arasso, kamsahamnida Bangsanim (dokter)", kataku membungkuk dan berjalan keluar ruangan sambil menggenggam erat tabung di tangan kananku
Setelah mengisi tabung tersebut, aku langsung memberikan tabung itu kepada perawat yang telah menungguku di depan pintu toilet. Perawat itu kemudian memintaku untuk menunggu di ruang tunggu.
Aku mengambil ponselku dan mulai menonton siaran live Namjoon dan Jhope selama 20 menit sambil menunggu hasil tesku. Aku tersenyum-senyum sendiri melihat tingkah konyol mereka selagi asik menghias ARMY bomb ditangan mereka.
"Kim Sora ssi...hasilnya sudah keluar, dokter Hong ingin bertemu denganmu", panggil perawat
"Ah, ye..", aku melepas earphone dari telingaku dan memasukkannya ke dalam tas sambil berjalan menuju ruang praktek paling ujung
"Permisi Bangsanim", kataku sambil mengetuk pintu dan berjalan masuk
"Ye, silakan duduk", katanya sambil membaca kertas hasil tes ku yang ada ditangannya
"Hasil nya baru saja keluar ... dan selamat, kau akan menjadi seorang ibu", katanya dengan wajah gembira
Aku hanya diam dan membelalakkan mataku padanya, seakan dokter itu baru saja berbicara sesuatu dalam bahasa yang aneh yang tidak dapat kupahami.
"Kim Sora ssi?...", panggil dokter Hong
"Huh?", kataku mengedipkan mata beberapa kali mencoba mencerna perkataannya tadi
"Kau baik-baik saja?", tanya nya lagi sambil mengerutkan dahi
"Jinjja?aku hamil?", tanyaku pelan
"Ye, usia kandunganmu saat ini sekitar 5 minggu dan dalam kondisi baik", kata dokter Hong tersenyum hangat padaku
"Syukurlah...", entah mengapa aku merasa lega dan gembira
Aku menghapus air mataku dan tersenyum sambil mengusap lembut perutku, perasaanku campur aduk saat ini. Aku sangat terkejut dengan hal ini, namun di satu sisi aku merasa bahagia membayangkan ada janin yang sedang berkembang di dalam tubuhku.
"Aku akan meresepkan obat mual dan vitamin untukmu. Selama trimester pertama bayi mu akan sangat membutuhkan vitamin dan gizi yang baik untuk pertumbuhannya. Jadi cobalah untuk makan makanan yang bergizi dan tinggi protein", katanya sambil menuliskan resep
"Ye", jawabku
"Jangan bekerja terlalu berat dan jangan stres karena hal tersebut akan berpengaruh pada janinmu. Banyaklah beristirahat, mintalah pasanganmu untuk membantumu mengerjakan tugas rumah. Kalian masih bisa melakukan sex bila tidak ada keluhan pada janinmu", katanya lagi tersenyum menatapku
"Ah, ye. Arasso..", jawabku menundukkan kepalaku
"Ada yang ingin kau tanyakan?", tanya dokter Hong
"Mmmm ani", jawabku
"Baiklah bila sudah jelas semua, ini adalah resep obat mual dan vitamin untukmu. Minumlah secara teratur. Dan ini adalah nomer ponselku. Kau bisa menghubungiku kapan saja bila ada yang ingin kau tanyakan. Kembalilah periksa bulan depan untuk pemeriksaan lebih lanjut", katanya tersenyum ramah sambil memberikan kertas berisi resep dan sebuah kartu nama miliknya
"Arasso..kamsahamnida Bangsanim", kataku tersenyum padanya
Aku keluar dari ruang praktek dan memberikan resep kepada petugas apotek. Hanya dalam waktu 10 menit aku telah mendapatkan obat mual dan vitamin untukku.
Setelah membayar biaya perawatan dan obat, aku langsung berjalan kembali ke dalam mobilku. Aku terduduk di belakang kemudi, menatap kantong kertas ditanganku. Apa yang harus kulakukan? Apakah Namjoon akan menerima bayi kami? Bagaimana dengan karirnya?? Apa aku bisa mengurus bayi ini sendiri tanpa Namjoon?. Aku menghela napas panjang dan mulai menjalankan mobilku kembali pulang.
Setibanya di apartemenku, aku langsung berjalan masuk ke lobi sambil masih terus memikirkan apa yang seharusnya aku lakukan.
"Sora~aah!", panggil Sunmi, menyadarkanku dari lamunanku
"Huh?", aku menolehkan wajahku ke arah datangnya suara itu
"Kau baru sampai?", tanyanya terengah-engah karena berlari meghampiriku
"Sunmi?apa yang kau lakukan disini?", tanyaku sambil mengerutkan dahiku
"Ya! Ada apa denganmu? Apa kau lupa? tadi aku bilang aku akan menemuimu untuk mengantarkan ini", kata Sunmi sedikit kesal sambil menunjukkan bungkusan plastik di tangannya
"Ah, ye. Mianhae", jawabku menggelengkan kepalaku
"Ada apa? Apa kepalamu sakit?", tanya Sunmi menatapku sambil menekan tombol lift
"Aniyo...", jawabku sambil melangkah masuk ke dalam lift dan menekan tombol angka lima
"Apa terjadi sesuatu? Kau bertengkar dengan Namjoon?", tanyanya penasaran
"Aniyo, ani..", kataku sambil menggelengkan kepalaku dan melangkah keluar dari lift
"Wae? Aku tau pasti telah terjadi sesuatu", kata Sunmi bersikeras
"Aku hanya lelah", jawabku memasuki apartemenku
"Tidak, tidak. Aku sudah lama mengenalmu Sora~aah. Pasti ada sesuatu. Apa penjahat itu melakukan sesuatu pada mu?", tanyanya sambil menutup pintu apartemenku dan berjalan mengikutiku
"Anii...", kataku lagi dan masuk ke dalam kamar mandi
"Oettoke?", kataku sambil memandang cermin dihadapanku
Aku mencuci tangan dan wajahku lalu berganti pakaian.
"Sunmi~aah..", panggilku ketika keluar dari kamar mandi
"Kim Sora ssi...ini apa?kau dari dokter kandungan?", tanya Sunmi menaikkan kedua alisnya
"Huh?", tanyaku bingung
Aku baru akan memberitaunya tapi mengapa Sunmi sudah tau lebih dulu?.
"Apa terjadi sesuatu? Kau sakit? Tunggu! Apa kau hamil??", pekik nya sambil menghampiriku
Baiklah...aku memang tak bisa menyembunyikan sesuatu padanya...
"Ye. Aku hamil..", kataku tersenyum padanya
"Kyaaa!! Jinjja? Kim Sora~aah, jinjja?", teriaknya sambil membelalakkan mata dihadapanku
Aku menganggukkan kepalaku.
Ia langsung memelukku sambil menggoyangkan tubuh kami.
"Bagaimana kau tau?", tanyaku ketika ia telah melepaskan dekapannya
"Itu...aku melihat kantong kertas itu", kata Sunmi menunjuk kantong kertas yang ku dapat dari klinik
"Ah, ne...", kataku tertawa melihat kantong kertas di atas meja makan
"Aku tak percaya ini! Apa yang kau rasakan? Apa ia sudah besar? Ya tuhaan aku ingin menangis saking senangnya", katanya dengan mata berkaca-kaca
"Rasanya aneh mengetahui ada sesuatu yang sedang tumbuh di dalam tubuhku", kataku tertawa
"Apa Namjoon sudah mengetahuinya?", tanya Sunmi sambil menarikku duduk di sofa ruang tamu
"Belum..aku baru saja mengetahuinya juga. Oettoke Sunmi~aah? Aku cemas ia akan menolak kami...", kataku memandang wajah Sunmi
"Aniyo! Tidak mungkin Namjoon melakukan hal itu. Ia sangat ingin menjadi ayah kan?", kata Sunmi bersemangat
"Tapi aku takut hal ini akan membuat karirnya hancur...lagipula kami belum pernah membicarakan akan seperti apa hubungan kami di masa depan. Banyak hal yang aku khawatirkan saat ini Sunmi~aah...", kataku dengan wajah muram
"Aku yakin Namjoon akan bertanggung jawab, ia mencintaimu, aku yakin ia akan mencintai bayi kalian juga. Dan pasti akan ada jalan keluar mengenai karirnya...", kata Sunmi menepuk-nepuk tanganku
"Aku takut ia akan meninggalkan ku Sunmi..bagaimana jika ia memilih karirnya daripada kami?", kataku membenamkan diriku dalam pelukan Sunmi
"Tenanglah..kau tidak pernah tau apa yang akan terjadi. Katakanlah pada Namjoon mengenai bayi kalian, aku yakin ia akan menemukan jalan keluar yang terbaik", kata Sunmi membelai-belai kepalaku
"Aku akan tetap mempertahankannya apapun yang terjadi", kataku pelan
"Tenanglah Sora~aah semua akan baik-baik saja", kata Sunmi menenangkanku
"Jadi, ceritakan padaku mengenai Bayi ini! Apa ia perempuan atau laki-laki? Kapan kau akan melahirkan?", tanya Sunmi bersemangat
"Astaga! Aku tidak tau.. usia nya baru 5 minggu, bahkan tubuhnya pun belum terbentuk sempurna", jawabku terkekeh
"Haha arasso arasso.... ya tuhan aku tak bisa membayangkan akan melihat Sora kecil, ah! Atau Namjoon kecil? Bayi kalian pasti akan sangat menggemaskan", kata Sunmi dengan mata berbinar-binar
"Astaga! Mengapa kau bersemangat sekali...", kataku menggelengkan kepalaku
Kami tertawa-tawa membicarakan akan seperti apa bayiku nanti. Aku sedikit lega karena Sunmi menerima kabar ini dengan baik, bahkan ia mendukung dan memberiku semangat bahwa semuanya akan baik-baik saja.
*dingdong
Aku sedang minum obat mualku ketika bel apartemenku berbunyi.
"Ye...", Sunmi menekan interkom
"Wah, kekasihmu tersayang datang Sora~aah", kata Sunmi tersenyum ke arahku
Aku membereskan kantong kertas berisi obat-obatan tadi dan menaruhnya di laci dapur. Kemudian aku membukakan pintu untuk Namjoon.
"Annyeong Jagiya~...bagaimana keadaanmu?", kata Namjoon sambil mengecup dahi ku
"Jagiya~...", jawabku sambil mendorong tubuhnya menjauh dariku
"Ups! Annyeong.. aku akan pulang dulu kalau begitu", kata Sunmi terkikik melihat kami
"Ah! Sunmi ssi, Annyeong", jawab Namjoon menunduk malu
"Kau akan pulang?", tanyaku
"Ye, gwaenchana. Sepertinya kalian membutuhkan waktu berdua hihi. Aku pergi dulu...jaga kesehatanmu ya! Aku menyanyangimu", kata Sunmi memelukku
"Gomawo", jawabku
"Oppa aku pergi dulu. Omong-omong kau terlihat sangat keren akhir-akhir ini!", kata Sunmi mengangkat salah satu ibu jari tangannya sambil membuka pintu
"Jinjja? Gomawo. Kau yakin akan pulang? Aku membawa samgyetang, ayo kita makan bersama", kata Namjoon
"Terima kasih, oppa. Aku harus pergi, aku masih harus mengerjakan sesuatu di workshop. Aku pergi ya, dah", kata Sumni tersenyum dan melambai pada kami sebelum menutup pintu
"Apa aku mengganggu kalian?", tanya Namjoon menatapku
"Ani, kami hanya mengobrol tadi. Ia membawakan beberapa botol obat herbal yang dikirimkan oleh ibunya", kataku sambil menunjuk botol-botol kecil berwarna coklat
"Arasso.. kau sudah lebih baik?", tanyanya sambil memelukku
"Ye, sudah jauh lebih baik", jawabku mendekapnya lebih erat
"Ayo kita makan selagi masih hangat", kata Namjoon mengecup keningku dan berjalan ke arah meja makan
"Waahh..sepertinya enak!", kataku bersemangat ketika ia membuka bungkusan berisi sup ayam, sayuran dan ginseng
"Duduklah", kata Namjoon sambil menggeser kursi agar aku dapat duduk
"Jankanman (tunggu sebentar)", katanya lagi
Ia mencuci kedua tangannya dan mengambil alat makan dari laci dapur.
"Andweee! Aaahh..", katanya frustasi ketika sumpit dan sendok yang ia bawa tergelincir jatuh ke lantai
Aku tersenyum melihat ia berkutat dengan barang bawaannya.
"Kau butuh bantuan?", tanyaku
"Aniyo..aku bisa..kau duduk saja disana", kata Namjoon terkekeh
"Oke", jawabku
Kami makan samgyetang sambil membicarakan pekerjaan kami masing-masing. Namjoon menceritakan proses pembuatan album bahasa jepangnya yang akan rilis beberapa bulan lagi dan rencana konser online yang akan diadakan pada bulan Juni nanti.
Aku makan dengan perlahan sambil dengan seksama mendengarkan semua perkataan Namjoon. Ia sangat mencintai pekerjaannya dan memiliki mimpi besar yang ingin ia capai bersama BTS. Tiba-tiba aku merasa sangat sedih, bagaimana bila semuanya hancur ketika publik mengetahui mengenai diriku dan bayiku?. Itu sama saja aku menghancurkan mimpi orang yang sangat aku cintai, apa aku akan bisa hidup menanggung rasa bersalah ini?.
Haruskah aku memberitaunya?Apa aku siap bila ia meninggalkan ku dan bayiku?, pikirku.
"Jagi, jagiya~ gwaenchana?", tanya Namjoon menatap ku dengan cemas
"Huh? Ye aku baik-baik saja", jawabku sambil memasukkan sesendok sup ke dalam mulutku
"Jinjja? Kau terlihat sedang memilirkan sesuatu. Wajahmu terlihat sedih. Apa ada yang terjadi?", tanyanya lagi sambil meletakkan sendoknya di atas meja
"Ani..", kataku menggeleng
"Apa kau pusing lagi? Mual?", tanya nya lagi
"Tidak, aku baik-baik saja. Ayo makan lagi", kataku tersenyum padanya
Namun Namjoon masih tidak bergerak dan hanya menatapku dengan wajah serius.
"Wae?", tanyaku
"Ada sesuatu yang kau sembunyikan. Ada apa Jagi? Ceritakanlah padaku", katanya mencondongkan tubuhnya ke arahku
"Aniyo, tidak ada apa-apa..aku hanya lelah", jawabku lagi masih mengunyah makanan ku dengan perlahan
"Aku sangat mengenalmu Jagiya~... katakanlah", kata Namjoon sambil menatap mataku dengan lembut
Aku menurunkan sendok ku dan mengelap mulutku dengan lap. Aku menarik napas perlahan. Haruskah aku memberitaunya sekarang? Ya! Katakanlah saat ini juga, walau bagaimanapun ia berhak mengetahui hal ini, batinku.
"Aku...mm... aku, ada yang ingin kusampaikan", kataku pelan
"Katakanlah jagi...", kata Namjoon lembut
Tangannya menggenggam tanganku di atas meja.
"Aku..aku hamil", kataku dengan mata berkaca-kaca
Namjoon berdiri dengan tiba-tiba hingga kursi yang ia duduki jatuh terjungkal ke belakang.
"Aku minta maaf, jagi. Aku..aku tau ini pasti akan berat untukmu...", Kataku dengan suara bergetar
Aku tak dapat menyelesaikan kalimatku karena tiba-tiba Namjoon menarikku berdiri dan memelukku dengan erat. Aku sangat terkejut dengan reaksi Namjoon sehingga aku hanya bisa terdiam.
"Astaga! Kau hamil? Jinjja? Kau benar-benar hamil??", tanyanya dengan suara parau sambil mendekapku semakin erat
"Ye..", jawabku pelan
Ia melepaskan dekapannya dan menatap wajahku dengan mata berkaca-kaca.
"Astaga! Aku tak mempercayainya! Aku akan menjadi ayah! Aku tak pernah merasa sebahagia ini Jagiya~", katanya
Lalu ia menciumku dengan bergairah. Kami terengah-engah ketika ia mengakhiri ciumannya.
"Gomawo jagi..kau membuat hidupku terasa sempurna. Aku tak percaya aku akan menjadi ayah, aku sangat mencintaimu", katanya tersenyum menunjukkan kedua lesung pipinya
"Kau tak marah?kau tak akan meninggalkanku?", tanyaku
"Aku tak akan pernah meninggalkanmu! Aku adalah laki-laki beruntung bisa memiliki wanita seperti mu", katanya sambil membelai pipi ku
"Aku mencintaimu", kataku dengan suara tersendat
"Apa ia baik-baik saja? Aku sempat berpikir bahwa kau mungkin hamil dengan keluhan yang kau alami selama beberapa hari ini...", katanya bersemangat sambil mengusap lembut perutku
"Menurut dokter, kandunganku berusia 5 minggu dan kondisi nya baik-baik saja", kawabku tersenyum menatapanya,
Semua rasa cemas yang kurasakan telah hilang sepenuhnya, aku sangat bahagia melihat reaksinya terhadap kabar ini.
"Bagaimana dengan karirmu?", tanyaku
"Wae? Aku akan tetap berkarir dan menjadi seorang ayah di saat yang bersamaan. Wah aku merasa sangat luar biasa", katanya dengan mata berbinar
"Apa hal ini tidak akan memberikan pengaruh buruk bagi karir kalian?aku cemas jagi..", kataku mengerutkan dahiku
"Apa kau keberatan bila kita menyembunyikan hal ini dari publik?", tanyanya
"Ani, aniyo", jawabku
"Aku akan membicarakan ini dengan management. Pasti akan ada pro dan kontra bila kabar ini tersebar. Tapi aku yakin kita akan menemukan jalan keluarnya..janganlah terlalu khawatir jagi..aku akan mengurusnya. Lagipula wanita hamil tidak boleh stress karena akan mempengaruhi janin mu, ya kan?", katanya memelukku lagi
"Bagaimana kau tau mengenai hal itu?", tanyaku geli
"Haha hobiku adalah membaca buku, kau ingat kan?", katanya tertawa
"Jadi kau juga membaca buku kehamilan?", kataku melepaskan dekapannya dan membelalakkan mata ke padanya
"Kau bisa mendapatkan banyak ilmu dari berbagai jenis buku, aku tak pernah membatasi diriku pada satu jenis genre, hahaha", katanya tertunduk malu
Aku ikut tertawa bersamanya. Kami menghabiskan malam kami dengan membicarakan berbagai hal yang berhubungan dengan bayi. Aku baru menyadari bahwa Namjoon memiliki lebih banyak pengetahuan mengenai hal ini dari pada aku yang seorang wanita. Aku memutuskan bahwa mulai saat ini aku akan mulai membaca semua buku kehamilan dan parenting yang ada di Minerva untuk mempersiapkan diriku menjadi seorang ibu yang baik di masa depan...