Kim Namjoon POV,
26 Februari 2020,
"Namjoon~aaah, ayo mulai", terdengar suara Suga memanggilku
"Ye, aku datang", jawabku, keluar dari toilet dan berjalan menuju ruang latihan
Aku baru saja selesai video call dengan Sora di dalam toilet, karena sebelumnya Jhope dan Jin selalu mengangguku ketika berbicara dengannya.
Ketika memasuki ruang latihan, aku menemukan semua member berkumpul di tengah ruangan mengelilingi pelatih tari kami.
"Besok kita akan tampil di Mnet tanpa adanya penonton. Pasti akan terasa sepi karena tak ada sorakan langsung dari ARMY, tapi ku harap kita tetap menampilkan yang terbaik, mengerti?", kata Son Seungduk
"Ye, hyung", jawab Jimin dan Jungkook
"Arasso", kata Jin
"Kita akan berlatih 'ON' bersama para penari setelah ini. Jadi bersiaplah", kata pelatih kami lagi
"Yee!", jawab kami bersamaan
Kami kemudian berjalan menuju sudut, tempat dimana kami menyimpan tas dan barang bawaan kami.
"Tak ada ARMY? Aah, pasti akan sepi sekali", kata V muram
"Ye. Pasti akan terasa berbeda", kata Jungkook duduk di sebuah kursi
"Mau bagaimana lagi, saat ini pemerintah melarang orang-orang hadir di acara konser dan pertunjukkan musik lainnya. Tapi aku yakin ARMY akan mendukung kita dirumah", kata Jimin menepuk bahu V
"Ye. Arasso", jawab V menghela nafas
"Ayo bersemangatlah semua!", kataku kepada mereka
Aku tau keadaan saat ini diluar kendali kami. Keadaan tidak seperti ini ketika kami berangkat ke Amerika beberapa minggu lalu, semua masih berjalan seperti biasa. Namun ketika kami kembali ke Korea satu minggu yang lalu, semua langsung berubah. Penyebaran virus ini sudah dalam status berbahaya, bahkan sudah ribuan orang yang terinfeksi.
Aku mulai menyadari keadaan ini ketika kami melakukan konfrensi pers peluncuran album kami. Di dalam ruangan pertemuan yang besar, tidak ada satupun wartawan yang hadir secara langsung. Konferensi pers kali ini dilakukan melalui online dan disiarkan ke seluruh dunia.
Aku merasakan perasaan hampa di hatiku ketika menatap kursi-kursi kosong dihadapan kami. Hal ini sekaligus menyadarkanku betapa virus ini dapat dengan mudahnya mengubah keadaan dunia.
Dan saat ini, perasaan sedih dan hampa datang lagi padaku ketika ku dengar perkataan pelatih kami. Tidak akan ada ARMY yang bersorak pada saat comeback kami besok. Aku menghela napas berat dan mengusap wajahku.
*tring
Ada satu pesan yang masuk.
"Saat ini Kim Sora ssi masih berada di Minerva. Semuanya baik-baik saja. Tidak ada yang mencurigakan", isi pesannya
Tanganku bergerak cepat menulis balasan pesan tersebut.
"Arasso. Gomawo", tulisku singkat
Aku mematikan ponselku dan memasukkannya ke dalam tas. Latihan akan berlangsung selama 3 jam sore ini. Aku harus fokus pada latihan ini, paling tidak saat ini ada seseorang yang menjaga Sora disana, pikirku. Aku berjalan menuju tengah ruangan, dimana koreografer kami sedang memberikan pengarahan pada para penari latar.
Well, Sudah satu bulan lebih aku mempekerjakan bodyguard untuk Sora, Ia tidak mengetahuinya tentu saja. Setiap hari bodyguard ini selalu memberikan laporan secara berkala melalui pesan maupun telpon kepadaku. Sejauh ini tidak ada kejadian aneh atau mencurigakan yang terjadi. Namun menurut nya, Sora sepertinya mulai menyadari keberadaannya.
———————————— 4 jam kemudian
"Makan malam kalian ada di ruangan sebelah. Makanlah...kita harus berada di kantor pukul 8 untuk mengepas pakaian yang akan kalian pakai besok", kata Sejin, manager kami
"Gomawo hyung. Yorobun, ayo kita makan, aku lapar sekali", kata Jin sambil berdiri
"Ye hyung", jawab Jimin dan V yang segera beranjak meninggalkan ruang latihan mengikuti Jin
"Aku akan mandi dulu", jawabku sambil mengelap keringat yang menetes di leherku
"Aku juga akan mandi", kata Suga berjalan ke arah kamar mandi
Kami baru saja menyelesaikan latihan untuk pertunjukkan besok. Tarian comeback kali ini sangat melelahkan, namun kami merasa senang karena akhirnya dapat menunjukkan kerja keras kami selama ini dihadapan ARMY.
Setelah mandi dan berganti pakaian aku langsung menuju ruangan tempat makan. Semua member duduk berkeliling di sebuah meja besar yang penuh dengan kotak-kotak berisi makanan.
"Namjoon~aah, yeogi (sini)", kata Jhope menepuk kursi kosong di sebelah kirinya
"Hoba! Makan apa kita malam ini?", tanyaku sambil melihat kotak makanan di atas meja
"Ada ayam goreng, mandu (pangsit goreng), Jajangmyeon dan dosirak (bento box) dengan galbi (iga sapi). Kau mau makan apa?", tanya Jhope
"Woaahh..banyak sekali", kataku menatap takjub ke arah makanan yang ada di atas meja
"Kalian sudah selesai makan?", tanyaku pada member yang lain
"Aku baru mulai makan", kata Suga sambil mengunyah mandu
"Baiklah..aku akan makan, terima kasih untuk makanannya", kataku sambil mengambil sumpit dan membuka kotak berisi Jajangmyeon di hadapanku
Jin, V dan Jungkook pergi mandi tak lama setelah aku mulai makan, sedangkan yang lainnya masih mengobrol satu sama lain.
Aku baru menghabiskan sepertiga makanan ku ketika Sejin dan Kang Yeonso datang menghampiriku dengan wajah serius.
"Hyung, ada apa?", tanyaku setelah menelan makananku
"Wae?", Kata Jhope diikuti tatapan ingin tau dari Suga dan Jimin
"RM ssi kau belum membaca pesan di ponselmu?", tanya Seijin
"Belum. Aku mematikan ponselku ketika latihan. Ada apa?", kataku sambil mencari-cari ponselku di dalam tas
"Sesuatu telah terjadi pada Kim Sora. Raynold baru saja menghubungiku karena ia tak bisa menghubungimu dari tadi", kata Yeonso dengan wajah cemas
"Sora? Ada apa?", tanyaku kaget sambil berdiri dengan tiba-tiba
"Kim Sora ssi?", tanya Jhope mengernyitkan dahi
"Ada apa? Apa ia terluka?", tanya Suga sambil menaruh sumpitnya di atas meja
"Ye. Ia diserang oleh seseorang saat akan pulang dan tidak sadarkan diri. Saat ini ia dalam perjalanan menuju rumah sakit", kata Sejin menatapku dengan cemas
"Apa?!", kataku hampir berteriak. "Ottoke? Bagaimana keadaannya? Apa ia terluka parah? Aku harus menemui nya, aku..bagaimana mungkin?! Siapa yang melakukannya?", kataku kalut
"Namjoon~aah, Namjoon~aah, tenanglah..tenangkan dirimu", kata Suga menghampiriku
"Astaga!", kata Jimin memegang dahinya
"Aku harus menemuinya sekarang, hyung tolong antarkan aku kesana", kataku memohon pada Sejin
"Namjoon hyung, tenangkan dirimu. Tarik nafas, tenanglah", pinta Jimin memandangku dengan prihatin
"Apa bisa Namjoon tak ikut jadwal berikutnya? Kami hanya akan melakukan pengepasan kostum kan? Kurasa tak ada masalah bila ia tak ikut", kata Jhope pada Sejin
"Apa kau yakin akan menemuinya sekarang RM?", tanya Sejin memandangku
"Ye hyung. Aku akan berhati-hati. Aku sangat ingin melihatnya dan memastikan keadaannya", jawabku sambil menggerak-gerakkan kaki ku dengan gugup
"Arasso. Aku akan menemanimu", jawab Sejin
"Pergilah Namjoon...tenangkan dirimu", kata Suga menepuk punggungku
"Aku akan meminta Soobin hyung untuk mengantar kalian ke kantor", kata Sejin lagi kepada Suga, Jhope dan Jimin
"Ye", jawab Jhope
Aku, Sejin dan Yeonso berjalan cepat meninggalkan ruangan. Ketika berada di dalam mobil, aku menyalakan ponselku dan melihat 3 pesan serta 5 panggilan tak terjawab dari Raynold, bodyguard yang ku pekerjakan untuk menjaga Sora selama satu bulan terakhir ini.
"Baru saja Kim Sora ssi terlibat adu mulut dengan seorang pria bernama Park Minwoo. Pria itu terlihat marah dan berteriak padanya", isi pesan pertama
"Aku melerai mereka, dan saat ini pria itu sudah pergi meninggalkan Minerva. Sepertinya Kim Sora ssi juga akan pulang. Aku akan mengabari mu lagi nanti", isi pesan kedua
"Sora terluka! Aku sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Aku mengikuti Sora meninggalkan Minerva, namun ia sudah tergeletak di dekat mobilnya dan Park Minwoo ada disana", isi pesan ketiga
Astaga, mengapa ini terjadi?!. Aku memijat dahi ku dan menempelkan kepala ku di jendela.
"Tenanglah Namjoon~aah", kata Sejin menatapku dengan simpati
"Aku tak bisa, hyung. Hal yang ku takutkan telah terjadi", kataku menundukkan wajahku
Perutku terasa mual, telapak tanganku basah oleh keringat dan aku terus menggerakkan kaki ku karena gugup.
Ketika mobil yang kutumpangi tiba di rumah sakit, aku bergegas turun dan berjalan memasuki ruang gawat darurat.
"Kami mencari seorang pasien wanita bernama Kim Sora", kata Sejin kepada seorang petugas yang berjaga
"Mohon tunggu sebentar", kata petugas tersebut sambil melihat layar komputer di hadapannya
"Kim Sora ssi saat ini sedang berada di ruang observasi. Ruangannya ada di ujung sebelah kanan. Tapi mohon maaf, kalian tak bisa mengunjunginya secara bersamaan, kami memiliki protokol, mengingat virus yang sedang menyebar saat ini", kata petugas wanita itu dengan ramah
"Arasso. Terima kasih", kata Sejin
"Aku akan menunggu di luar", kata Yeonso menunjuk pintu keluar
"Ye. Apa kau bisa menemuinya seorang diri Namjoon~ah?", tanya Sejin kepadaku
"Ye. Terima kasih hyung", jawabku
"Ne. Aku akan menunggumu di sana. Kabari aku bila kau butuh sesuatu", kata Sejin menunjuk pintu yang mengarah ke lobi
Aku menganggukkan kepalaku dan pergi meninggalkannya. Aku mempercepat langkahku menelusuri lorong unit gawat darurat. Aku tak dapat berpikir dengan jernih, aku sangat mengkhawatirkan Sora hingga dadaku terasa sesak.
Kulihat laki-laki berseragam Minerva berdiri di depan sebuah pintu di ujung ruangan. Aku segera berlari menghampirinya.
"Bagaimana keadaan Sora??", tanyaku pada pria muda tersebut
"Huh? Kau siapa?", tanya pemuda itu
"Aku? Aku kekasih Sora ssi, bagaimana keadaannya saat ini?", jawabku dengan cepat sambil berusaha mengintip melalui jendela kecil di pintu tersebut
"Aah..Sora noona ada di dalam, dokter masih memeriksa keadaannya. Kepalanya terluka karena dipukul sesuatu. Pendarahannya sudah teratasi dan ia baru saja sadar. Dokter saat ini sedang memeriksanya lagi", jelasnya
"Ia baru saja sadar?", aku bernapas lega dan berjalan hilir mudik di depan pintu
"Ye", jawabnya sambil memandangku
Ku lirik nama yang tertera pada seragam pemuda itu.
"Bagaimana ini terjadi Park Yunsu ssi?", tanyaku
"Eh?Terus terang akupun tak tau dengan jelas. Noona berpamitan akan pulang, lalu tak lama setelah itu, Ray Lim ssi berlari ke dalam Minerva sambil mengatakan bahwa Sora noona diserang dan tak sadarkan diri. Ketika aku tiba di tempat noona pingsan, aku melihat Park Minwoo, pelanggan kami, sedang berkelahi dengan Ray Lim. Kemudian aku memanggil ambulans dan polisi", jawabnya dengan mata berkaca-kaca
"Park Minwoo menyerang Sora?", tanyaku membelalakkan mata
"Aku tidak tau, Saat itu Park Minwoo terus mengatakan 'bukan aku yang melakukannya. Aku melihat seseorang berpakaian hitam berlari ke arah jalan raya', hanya itu yang kulihat. Aku sangat cemas pada Sora noona saat itu, jadi aku tak memperhatikan keadaan sekitarku dengan baik", jawabnya dengan suara tercekat
Aku berjongkok di depan ruang observasi, mencoba menenangkan diriku. Kemudian pintu disampingku terbuka, seorang dokter dan seorang perawat wanita keluar dari ruangan tersebut.
"Bagaimana keadaannya, dokter?", tanyaku menghampiri mereka
"Kau kerabatnya?", tanya dokter itu
"Ye. Aku tunangannya", jawabku cepat
"Arasso. Saat ini Kim Sora ssi sudah sadarkan diri dan keadaannya cukup stabil sejauh ini. Kepalanya mengalami cedera karena benturan benda tumpul, saat ini kami sudah menghentikan pendarahannya dan menjahit luka tersebut. Namun Kim Sora ssi masih harus menjalani observasi lebih lanjut, untuk mengetahui apakah ia mengalami gegar otak atau tidak", jelas dokter tadi
"Arasso. Apa aku bisa menemuinya sekarang?", tanyaku lagi
"Ne, silakan. Tapi hanya satu orang yang boleh masuk, kalian bisa menemuinya secara bergantian. Kami akan mengabari anda lagi bila kamar perawatan untuk Kim Sora ssi sudah siap", kata dokter
"Kamsahamnida dokter", kataku membungkukkan badan
Ketika dokter dan perawat itu sudah pergi meninggalkan kami, aku menoleh ke arah Yunsu.
"Aku akan menemui Sora sekarang. Terima kasih atas bantuanmu Yunsu~aah", kataku menganggukkan kepalaku padanya
"Ye, hyung. Aku akan menunggu disini dan menghubungi teman-teman di Minerva", jawabnya
Aku membuka pintu ruangan observasi dengan perlahan, jantungku berdegub kencang karena gugup. Kurasakan mataku buram dipenuhi air mata ketika kulihat Sora duduk bersandar sambil memandang langit-langit ruangan. Wajahnya pucat dan kepalanya terbalut perban berwarna putih. Ia terlihat rapuh dan tak berdaya.
Aku merasa dadaku sesak, aku menggelengkan kepalaku dan berusaha menghilangkan air mata. Aku membuka masker ku dan berjalan ke arahnya.
Sora mengalihkan pandangannya kepadaku dan berusaha duduk lebih tegak.
"Jagiya~...", panggilnya pelan
Aku memeluknya erat. Aku sangat ingin melindungi wanita ini, tapi aku gagal. Perasaan bersalah memenuhi diriku saat ini.
"Mianhae. Maafkan aku Jagiya~", kataku dengan suara serak
"Mengapa kau meminta maaf jagi?", tanyanya, kurasakan kedua tangannya memeluk tubuhku
"Pasti sakit kan?aku sangat menyesal kau harus mengalami ini", kataku melepaskan pelukanku dan menangkup wajahnya dengan kedua telapak tanganku
Ia hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum menatapku.
"Apa kau tau siapa yang melakukan ini, Jagi?", tanyaku
"Ani, aku tak tau. Aku hanya mendengar langkah kaki dan ketika akan menoleh kepalaku terasa sakit", katanya mengernyitkan dahi
"Kudengar kau bertengkar dengan Minwoo sebelumnya?", tanyaku sambil membelai pipinya
"Ne, Kami memang bertengkar. Minwoo marah karena polisi terus menemuinya bahkan mengikuti kemanapun ia pergi. Aku mengatakan bahwa aku tak tau mengenai hal itu. Tapi ia marah sekali dan membentakku dihadapan semua orang yang ada di Minerva", jawabnya dengan wajah sedih
"Ia me...apa??ia berani melakukan itu padamu?", aku menggertakkan gigi ku karena marah
"Ya, kami beradu mulut, jagi. Tapi ia tidak melakukan apa-apa, karena ada pelanggan dan pegawaiku yang menegahi kami", lanjutnya lagi
"Lalu?", tanyaku lagi
"Lalu pegawaiku memintanya meninggalkan Minerva. Kemudian tak lama setelah itu aku pun meninggalkan Minerva untuk pulang", katanya sambil memandang ke seberang ruangan
"Ketika tiba di depan mobilku aku mencari kunci mobilku di tas, tapi saat itu gelap dan aku kesulitan mencarinya. Lalu aku mendengar langkah kaki dan tiba-tiba kepalaku menjadi sakit dan aku tak ingat apapun lagi", katanya memegang kepalanya yang terluka
"Apa kau mendengar atau melihat sesuatu yang mencurigakan sebelum itu?", tanyaku lagi
Ia mengerutkan dahinya, mencoba berpikir.
"Ah!", rintih Sora sambil memegang kepalanya
"Maafkan aku Sora, maaf. Aku seharusnya tak banyak bertanya padamu. Lupakan saja", kataku memeluknya
"Mian", jawab Sora terisak
"Ani, kau tak perlu meminta maaf", kataku membelai rambutnya
"Aku takut Jagi", isaknya
Aku melepaskan dekapanku dan menghapus air mata yang jatuh di pipinya. Hatiku sakit melihatnya seperti ini. Aku tak dapat mengatakan apapun, aku hanya dapat memeluknya lagi, membiarkan ia menangis dipelukan ku.
"Sora~aah!!", terdengar suara wanita membuka pintu
Aku melepaskan pelukanku dan melihat ke arah pintu masuk.
"Sunmi~aah!", panggil Sora
"Maaf, aku terlalu khawatir sehingga tidak melihat bahwa...uh..maafkan aku. Aku akan menunggu di luar", kata Sunmi salah tingkah
"Gwaenchana, kau bisa disini", jawabku. "Jagiya~ aku akan mengurus sesuatu sebentar. Sunmi akan menemani mu dulu ya..aku akan kembali secepatnya", kataku meremas tangan Sora
"Ne", jawabnya sambil mengangguk
"Sunmi ssi tolong temani Sora sebentar, ada yang harus kulakukan sebentar", kataku kepada Sunmi sambil berjalan menghampirinya di pintu
"Ye..", jawabnya
Aku menutup pintu ruang observasi dan melihat Sunmi memeluk Sora dengan erat.
Aku berjalan menuju lobi untuk menemui managerku. Ketika tiba di lobi, kurasakan amarah dan kebencian dalam diriku. Aku berjalan cepat menghampiri laki-laki berkaca mata yang sedang duduk di sebuah kursi di sudut.
"Berani sekali ku datang kesini!", kataku marah sambil menarik kemeja bagian depannya
"Namjoon~aah!", teriak Sejin menghampiriku
"Lepaskan aku!", kata Minwoo berusaha melepaskan tanganku dari pakaiannya
"Apa yang kau lakukan disini?! Beraninya kau datang!!", kataku dengan suara rendah yang mengancam
"RM ssi, tolong tenang", kata Raynold. "Bukan dia pelakunya. Park Minwoo ssi baru saja diperiksa pihak kepolisian, ia tiba di tempat kejadian setelah pelaku melarikan diri. Semua terekam di kamera dashboard mobilku", lanjutnya berusaha menjauhkan ku dari Minwoo
Aku melepaskan tanganku dan mendorongnya.
"Aku tak peduli. Kau meneriaki Sora dihadapan orang banyak, lelaki macam apa kau ini!?", kataku sambil menggertakkan gigi ku
"Aku tak bermaksud melakukan itu, aku pun menyesal telah melakukannya. Oleh karena itu aku kembali ke Minerva untuk meminta maaf padanya", jawabnya dengan nada tinggi
"Tolong hentikanlah, kalian harus menjaga sikap. Ini adalah rumah sakit!", kata Sejin tajam kepada kami berdua
Aku menghela nafas dalam dan ku lihat Minwoo menyisir rambut dengan tangannya.
"Aku ingin berbicara dengan mu", kataku pada Minwoo
"Hyung, tolong urus kamar perawatan untuk Sora. Aku akan berbicara dengannya sebentar", kataku pada Sejin
"Tapi Namjoon~aah..", kata Sejin cemas
"Gwaenchana..aku akan berusaha menahan diriku sebaik mungkin. Kau tak perlu khawatir", kataku meyakinkannya
"Aku percaya padamu..tolong jangan gegabah..", katanya, memandang kami berdua dan berlalu pergi menuju ruang gawat darurat
Sedangkan Raynold pergi ke seberang ruangan, mengawasi kami berdua.
"Apa yang ingin kau bicarakan?", tanya Minwoo merapikan bagian depan kemejanya
"Apa kau yang melakukan semua ini? Semua teror dan lainnya?", tanyaku tajam
"Astaga!! Aku sudah muak dengan semua tuduhan ini! Mengapa tak ada yang percaya pada perkataanku? Aku tak ada hubungannya dengan semua yang terjadi pada Sora!", jawab Minwoo menahan emosinya
"Kau pasti tau mengapa tak ada seorang pun yang percaya pada perkataanmu kan? Karena kau pernah melakukan hal seperti ini dulu pada Sora! Apa kau berharap tidak ada seorangpun yang akan curiga padamu ketika hal ini terjadi lagi?", tanyaku sambil bertolak pinggang
"Aku tau itu. Tapi aku memiliki alibi yang kuat pada saat semua teror terjadi pada Sora", katanya sambil menyeringai
"Lalu mengapa kau merengek dan berteriak pada Sora mengenai polisi yang datang menemui mu? Itu bukan kesalahannya bila polisi terus menerus mencarimu. Bersikaplah selayaknya laki-laki dewasa!", kataku tajam sambil maju satu langkah mendekatinya
Ia menyeringai. Mata itu. Ada sesuatu dalam pandangannya yang membuat bulu kudukku berdiri.
"Kau tak tau apa yang mampu aku lakukan. Cih! Idol seperti mu menceramahiku tentang bersikap seperti laki-laki. Haha sungguh menggelikan...", katanya dengan tawa mengejek
"Aku tak ingin melihatmu berada dekat-dekat dengan Sora lagi. Menjauhlah darinya, menjauhlah dari Minerva...", kataku dengan nada mengancam
"Atau kau akan melakukan apa? Menari dan menyanyi di depanku? Hah! Jangan membuatku tertawa! Kau tak pantas menjadi kekasih Sora. Dimana kau saat ia menerima pesan-pesan kasar? Dimana kau saat ia menerima ancaman-ancaman?? Aahh! Ya..ya..kau sedang sibuk menari-nari dan dikagumi anak-anak kecil kan?!", katanya dengan mata menyala-nyala seperti orang gila
Aku mengepalkan kedua tanganku di sisi tubuhku, menahan amarahku.
"Kau tak bisa menjaganya, kau tak bisa melindunginya!! Apa kau tak pernah berpikir bahwa mungkin saja yang melakukan ini semua adalah salah satu penggemar mu yang cemburu mengetahui "oppa" nya memiliki hubungan dengan wanita lain??", katanya dengan suara rendah dan penuh kemarahan
"ARMY tak akan pernah melakukan itu! Kau terlihat sangat menyedihkan Park Minwoo ssi, saat ini kau lah yang terdengar cemburu pada kami. Lanjutkanlah hidupmu, kau tak perlu ikut campur dalam kehidupan kami", kataku menatapnya tajam
"haha bila kau tak bisa menjaganya, orang lain pasti akan merebutnya darimu", kata Minwoo terkekeh geli
"Hati-hati dengan ucapanmu!", aku maju beberapa langkah hingga wajah kami saling berhadap-hadapan
"Sora akan sadar, cepat atau lambat, bahwa kekasihnya adalah lelaki lemah yang tak bisa melindunginya sama sekali", katanya dengan pelan, Ada kebencian di dalam matanya
"Haha..kata-kata mu itu lebih cocok ditujukan untuk dirimu sendiri. Apa yang telah kau lakukan dulu pada Sora sangat menjijikkan! Kaulah yang tidak bisa menjaga dan melindunginya sehingga ia pergi dari mu. Seharusnya kau berkaca! Kau terlihat sangat menyedihkan saat ini, mendekati Sora berharap ia akan kembali padamu? Apa kau tidak malu mendekati kekasih orang lain?", kataku menggertakkan rahangku
"Tutup mulutmu!!", geram Minwoo mendorong tubuhku dengan kuat hingga aku nyaris terjatuh
"Ya! Aku mencintainya, aku masih mencintainya! Aku menyesal dengan semua yang pernah ku lakukan pada nya dulu! Aku berusaha membuatnya menyukaiku lagi, tapi kau! Kau datang dan merebutnya dariku!!", teriak Minwoo dengan wajah merah penuh kemarahan
"Sora milikku sekarang! Sadarlah Minwoo ssi, kau sudah tak memiliki harapan, apa kau pikir Sora akan menerima mu kembali setelah apa yang kau lakukan padanya??sadarlah!!", kataku sambil mencengkram pakaiannya lagi
Wajah kami sangat dekat dan kami sama-sama kehabisan napas karena emosi. Ku lihat matanya berkaca-kaca. Aku melepaskan cengkramanku dan terengah-engah.
Park Minwoo bersandar pada dinding di belakangnya sambil mencekram rambutnya, ia berjongkok dan tubuhnya bergetar, entah karena emosi atau karena menangis.
"RM ssi, kau tak apa?", Raynold menghampiriku dengan wajah cemas
Aku mengangguk dan menelan ludah dan berjalan mendekati Minwoo yang saat ini menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Menjauhlah dari Sora. Aku tak akan membiarkanmu mendekatinya lagi. Lebih baik kau melakukan hal yang berguna, bekerja samalah dengan kepolisian agar kami dapat menemukan pelaku secepatnya", kataku mengakhiri pembicaraan kami
"Ayo, hyung", kataku kepada Raynold dan mengajaknya pergi meninggalkan Minwoo sendirian
"Aku cemas sekali kau akan memukulnya tadi", kata Raynold memandangku
"Aku menahan diriku sekuat tenaga agar tidak memukulnya hyung. Bajingan itu layak mendapatkan pukulan. Tapi aku tak ingin memperkeruh keadaan", jawabku berusaha mengatur napasku
"Apa kepolisian berhasil menemukan sesuatu?", tanyaku padanya
"Mereka masih mengejar pelaku. Maafkan aku RM ssi, aku lengah. Kejadiannya cepat sekali, Sora baru keluar beberapa menit namun ketika aku keluar untuk mengikutinya, ia telah tergeletak di sana dan Minwoo memanggil-manggil namanya untuk menyadarkannya. Aku langsung berlari kembali ke Minerva dan berusaha meminta keterangan dari Minwoo, tapi ia menolak dan melakukan perlawanan", jelasnya
"Gwaenchana hyung, untunglah Sora cepat ditemukan karena dirimu. Terima kasih", kata ku padanya
Aku memutuskan untuk menemani Sora sedikit lebih lama, hingga akhirnya ia memaksaku untuk pulang dan mempersiapkan diri untuk comeback kami besok.
"Pulanglah jagiya~, kumohon....aku akan baik-baik saja. Sunmi akan menemaniku malam ini. Kau harus mempersiapkan dirimu. Besok adalah hari yang penting. Kami semua sangat menunggu comeback kalian", kata Sora mengenggam tanganku
"Tapi..", kataku ragu
"Tidak ada tapi..kau bisa mengunjungiku setelah aku kembali dari rumah sakit", katanya
"Baiklah..aku akan meminta Raynold berjaga di depan ruanganmu. Cepatlah pulih jagiya~", kataku
Aku mengecup kedua pipinya dan kudaratkan ciumanku di bibirnya, lembut dan dalam.
"Ehemmm", terdengar suara Sunmi dari ruang duduk di seberang tempat tidur pasien
"Mian", kami langsung melepaskan ciuman kami dan tertunduk malu
"Sunmi~aah aku pulang dulu. Tolong temani Kim Sora. Aku mohon bantuanku", kataku menundukkan badanku di depannya
"Ye. Oppa. Jangan khawatir. Aku akan menjaganya dengan baik. Fighting!", katanya tersenyum-senyum menggodaku
Selama dalam perjalanan pulang, aku termenung memandangi kaca jendela mobil. Pikiran dan perasaanku campur aduk. Aku sangat berharap polisi bisa menangkap pelakunya. Ini sudah sangat mengkhawatirkan. Aku mengusap wajahku dan berusaha mengalihkan pikiranku pada pertunjukkan comeback kami besok...