webnovel

Bodyguard

Kim Namjoon POV,

7 Januari 2020,

"Aku akan berangkat sekarang hyung. Aku akan menemui kalian di tempat latihan nanti malam", kataku kepada Jin

"Arasso. Hati-hati RM", jawab Jin tersenyum ke arahku

Aku berjalan cepat menuju mobil yang telah disiapkan untukku. Kami baru saja menyelesaikan syuting untuk sebuah iklan. Dan saat ini kami memiliki jadwal kosong hingga nanti malam.

Aku berencana menemui Sora siang ini. Sudah lebih dari tiga minggu sejak terakhir kami bertemu. Jadwal kegiatan kami memang sangat padat sejak akhir tahun, namun aku selalu berusaha untuk menemuinya disetiap ada kesempatan, walaupun itu hanya 2 atau 3 jam saja.

"Yeoboseyo jagiya~...kau ada di Minerva? Aku sedang dalam perjalanan untuk bertemu denganmu. Ye, syuting kami selesai lebih awal. Ye. Sampai bertemu nanti", kataku mengakhiri telponku

Tanpa kusadari aku tersenyum-senyum sendiri. Aku sangat merindukannya. Pertemuan kami terakhir kali sungguh luar biasa. Bahkan hampir setiap malam aku teringat akan peristiwa malam itu.

Kurasakan wajahku panas ketika mengingat kembali malam yang telah kami habiskan bersama. Aku tak pernah merasakan ini pada gadis manapun. Wanita ini sangat luar biasa, aku tak dapat mengendalikan diriku bila sedang bersamanya.

"Kita telah sampai, RM nim", suara supirku mengembalikannku pada kenyataan

"Huh? Aah ... terima kasih banyak", kataku melihat ke arah jendela dan menyadari bahwa kami telah tiba di Minerva

Aku memakai masker ku dan berjalan keluar dari mobil. Udara musim dingin seketika menyambutku, aku merapatkan mantelku dan berjalan perlahan menuju Minerva.

"Annyeong, selamat datang di Minerva", sapa seorang pria muda dengan senyum ramah di wajahnya

"Annyeong. Aku ingin mengembalikan buku-buku yang aku pinjam", kataku sambil menyerahkan beberapa buku kepadanya

"Ne. Silakan scan kartu anda", jawab pria muda itu

"Baik. Sudah selesai. Ada lagi yang bisa saya bantu?", lanjutnya

"Dimana aku bisa menemui Kim Sora ssi?", tanyaku padanya

"Kim Sora ssi? Kim Sora ssi ada di lantai dua, silakan gunakan tangga ini untuk menuju lantai dua", katanya dengan tatapan ingin tau

"Ye, arasso. Gomawo", kataku mengangguk dan menuju tangga

Aku merasakan pria muda tadi terus menatapku ketika aku menaiki tangga hingga tiba di lantai dua. Aku membetulkan kaca mataku dan melihat berkeliling. Kulihat Sora sedang duduk di kursi kecil di sudut sambil memijat dahinya, sedangkan 2 orang pegawai berseragam Minerva sedang membereskan meja-meja dan kursi kecil ketempatnya semula.

Aku menghampiri Sora dan membungkuk dihadapannya.

"Annyeong, jagiya~", kataku pelan

"Omo!", kata Sora terkejut dan mengangkat kepalanya

"Kau sakit?", tanyaku sambil berlutut dihadapannya hingga wajah kami sejajar

"Jagiya~?", jawabnya sambil menatapku. "Ani. Aku tak apa. Aku hanya sedikit pusing", jawabnya sambil menggelengkan kepalanya

"Pusing? Kau sudah makan siang? Aku akan memesankan sesuatu untukmu. Sebaiknya kau beristirahat. Apa kau mau aku antar pulang?", tanya ku cemas sambil membelai salah satu pipinya

"Tidak, aku sudah makan, tapi perutku terasa tidak nyaman", jawabnya tersenyum kecil

"Jinjja?", tanyaku masih merasa cemas sambil memegang perutnya

"Ye. Mmm ... kapan kau tiba, oppa?", tanyanya tersenyum canggung sambil menjauhkan tanganku dari perutnya

Aku melihat ke belakangku dan menemukan dua orang pegawainya sedang mencuri pandang kearah kami.

"Bisa kita ke ruanganmu? banyak yang ingin ku bicarakan denganmu", kata ku berdiri dihadapannya sambil merapikan mantelku

"Ye", ia lalu berdiri dan berkata kepada kedua pegawainya, "Aku akan ada diruanganku bila kalian memerlukanku".

"Ye, oenni", jawab mereka bersamaan

Aku menganggukkan kepalaku kepada mereka dan berjalan dibelakang Sora. Aku menyisir rambutku dengan tanganku. Sial! Apa mereka mengenaliku? Aku lupa bahwa ada mereka di belakang kami tadi, kataku dalam hati.

Setelah tiba di ruangan Sora, aku melepas maskerku dan memeluknya dari belakang.

"Aku sangat merindukanmu, jagiya~", bisikku sambil membenamkan wajahku pada lehernya

Aku menarik nafas dalam memenuhi semua indraku dengan harum jeruk yang manis dari tubuh dan rambutnya.

"Oppa, apa yang tadi kau lakukan. Pasti mereka bertanya-tanya saat ini siapa dirimu", kata Sora cemberut dan mencoba melepaskan pelukanku

"Mianhae, aku mengkhawatirkanmu tadi, kau terlihat tidak sehat", kataku sambil mendekap tubuhnya lebih erat

Kami berpelukan selama beberapa saat. Tangannya membelai-belai tanganku yang melingkari pinggangnya.

"Aku juga merindukanmu", katanya pelan

Kulepaskan dekapanku dan memutar tubuhnya ke arahku, sehingga kami berdiri berhadapan. Wajah kami hanya berjarak beberapa centimeter, aku dapat merasakan hembusan hangat nafasnya. Kusapukan bibirku dengan bibirnya dengan perlahan dan lembut. Kurasakan tangan Sora mencengkram mantelku.

Salah satu tanganku memeluk pinggangnya sedangkan tangan yang satu lagi menopang belakang lehernya. Kurasakan pembuluh darah di lehernya berdenyut dengan cepat pada ibu jariku. Ciumanku berubah menjadi lebih bergairah, aku merapatkan tubuhku padanya. Kurasakan tubuh Sora melemah, ku lepaskan ciumanku dan menatapnya.

"Ada apa?", tanyaku bingung

"Maaf jagi, perutku mual", katanya lemah sambil membenamkan wajahnya di dadaku

"Duduklah. Aku akan membawakanmu air", kataku melepaskan pelukanku dan mendudukannya di sofa

Aku membawakan air untuknya dan duduk disampingnya. Sora meminum air tersebut dalam beberapa tegukan. Lalu menghela napas perlahan.

"Apa kau ingin ke dokter?", tanya ku memandangnya cemas

"Ani. Aku tak apa, aku hanya mual dan sedikit pusing. Mungkin dalam beberapa jam aku akan lebih baik", jawabannya

"Mmmm apa kau yakin? Sejak kapan kau merasa seperti ini, jagi?", tanyaku gugup

"Baru pagi ini. Aku melewatkan sarapanku dan hanya minum kopi dan sebuah kue dari Aeri", jawabnya menyenderkan kepalanya di bahuku

Ia terlihat lemas dan sedikit pucat. Jantungku berdebar kencang, memikirkan apa yang mungkin terjadi padanya. Mungkinkah?

"Jagiya~, apa kau yakin ini, ini ... tidak ada hubungannya ... eh, mmm ... tidak ada hubungannya dengan, uh, dengan kejadian malam itu?", tanyaku gugup sekaligus bersemangat

"Huh? Apa maksudmu, jagi? Kejadian apa?", tanya Sora mengernyitkan dahinya

"Maksudku, kalaupun memang iya, aku ... aku pasti akan bertanggung jawab eh, aku berjanji akan mengurus kalian dengan baik", kataku tersenyum kecil padanya

"Bertanggung jawab? Apa maksudmu, jagi?Tunggu, apa kau pikir aku hamil??", tanyanya terduduk tegak sambil membelalakkan matanya kepadaku

"Mungkin?", jawabku tersenyum malu sambil menundukkan wajahku

"Jinjja? Kau pikir aku hamil? Whoaah ... ani, ani jagiya~ ... aku tidak hamil", jawabnya tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya

"Huh? Bagaimana kau tau?", tanyaku

"Aku tidak hamil ... dan aku tau pasti bahwa aku tidak hamil, karena baru dua hari yang lalu aku selesai menstruasi", jawabnya lantang sambil menggenggam tanganku

"Jinjja? benarkah ... jadi kau tidak hamil?", tanyaku memastikan, kurasakan ada sedikit perasaan sedih di dadaku

"Ye. Aku tidak hamil, jagiya~ ... hei, mengapa kau terlihat kecewa?", tanyanya menaikkan alisnya sambil membelai lenganku

"Ah, ani. Aku tak apa-apa", jawabku sambil meremas tangannya. "Mungkin lain kali kita harus memakai pengaman saat melakukannya", kataku sambil mengaitkan jari-jari kami

Sora tidak menjawab, ia hanya tersenyum dengan wajah bersemu merah dan menundukkan wajah. Aku baru menyadari kata-kataku dan kurasakan diriku menjadi canggung dihadapannya.

"Ah, maafkan aku Sora", kataku mengalihkan wajahku ke arah lain

Kurasakan atmosfer diantara kami menjadi panas dan canggung.

"Mmm ... bagaimana dengan malam tahun baru mu di New York? Aku menonton pertunjukanmu saat itu. Kalian sangat luar biasa", kata Sora memecah keheningan

"Kau sudah menontonnya? Ye, kami sangat beruntung sambutan yang kami terima sangat luar biasa. Banyak ARMY yang sudah rela menunggu hingga berjam-jam dan bahkan berhari-hari di cuaca yang lumayan dingin untuk dapat bertemu kami. Aku merasa sangat beruntung sekaligus bersyukur", jawabku bersemangat

"Kalian pantas menerimanya, cinta kalian untuk ARMY sangat besar, oleh karena itu mereka pun ingin membalasnya dengan cara memberi banyak dukungan pada kalian", kata Sora menepuk-nepuk tanganku

"Ye, mereka sangat luar biasa. Oya, bagaimana liburanmu di Gwangju?", tanyaku padanya

"Liburanku sangat menyenangkan. Aku berkeliling kota dan pergi menemui teman-teman sekolahku disana. Dan Aku banyak makan karena ibuku selalu memasakkan makanan kesukaanku setiap hari. Pasti kau lihat ada tambahan lemak di pinggang dan pipiku saat ini", katanya tertawa dengan mata berbinar-binar

"Jinjja? Aku tak melihat ada perbedaan, kau tetap cantik seperti biasanya", kataku sambil mencubit kedua pipinya

"Jagiyaa~ .... hentikan itu", katanya cemberut

Kami tertawa bersama. Aku lihat wajahnya sudah sedikit lebih cerah dari sebelumnya.

*pipipip

Pembicaraan kami disela oleh dering ponsel Sora. Ia berjalan menuju meja kerjanya untuk menerima telpon tersebut. Aku menyandarkan kepalaku pada punggung sofa, sambil memandang sekeliling ruangan.

"Ye. Ah pak polisi, ye. Dari jalan shinheung? Aah, ye. Sampai sejauh ini tidak ada. Ye. Arasso", terdengar suara Sora berbicara dengan serius

Aku menoleh ke arahnya dan menegakkan tubuhku. Sora mengernyitkan dahinya selama berbicara. Ia terlihat gugup, tangannya sibuk memainkan liontin bulan sabit di lehernya. Aku merasa ada sesuatu yang salah.

"Ye, terima kasih pak Polisi", ia mengakhiri percakapannya

Ia duduk kembali sambil memijat dahinya. Aku mengarahkan posisi dudukku menghadapnya.

"Ada apa jagiya~?apa itu telpon dari polisi?", tanyaku sambil mengenggam kedua tangannya

"Ne. Kau benar, tadi adalah telpon dari polisi. Ia memberitau perkembangan terbaru kasus surat-surat ancaman kemarin. Mereka mengatakan bahwa pelaku tertangkap kamera CCTV di jalan shinheung-ro 11 menuju shinheung-ro 14 pada malam itu. Menurut mereka seperti ada yang aneh dengan cara berlari pelaku", katanya mengernyitkan dahi

"Malam itu? Bukankah pelaku menaruh kotak hadiah pada pagi hari??", tanyaku bingung

Kim Sora terlihat kaget mendengar perkataanku. Ia menggigit bibirnya, seperti ragu untuk mengatakan sesuatu.

"Jagiya~ ... maafkan aku, aku tidak memberitau apa yang telah terjadi pada malam natal", katanya memandangku dengan gugup

"Ada apa? Apa telah terjadi sesuatu?", tanyaku meremas tangannya

"Ye. Maafkan aku jagi. Aku tidak bermaksud menutupi kejadian ini. Aku hanya ingin kau tidak khawatir, karena aku tau saat itu kau sedang sangat sibuk", katanya dengan mata berkaca-kaca

"Ceritakanlah, jagi", kataku dengan serius, perasaanku mengatakan bahwa telah terjadi sesuatu padanya

Kemudian Sora mulai menceritakan apa yang telah terjadi pada malam natal. Ia menceritakan tentang kaca ruangannya yang pecah, dan surat ancaman yang ia terima. Ia cemas bila ternyata ada seseorang yang mengetahui hubungan kami. Aku merasakan amarah dalam diriku.

"Lalu tadi polisi mengabarkan mengenai kemajuan kasus tersebut. Menurut mereka, bila dilihat dari gambar CCTV si pelaku adalah seorang pria dengan tinggi sekitar 165 hingga 175 cm. Untuk warna kulit, rambut dan ciri-ciri fisik lainnya tidak dapat teridentifikasi karena pelaku memakai pakaian yg sangat tertutup dan gelap. Namun menurut polisi, ada yang aneh dari cara berjalan dan cara berlari si pelaku, karena terlihat sedikit feminim. Hanya itu saja yang baru mereka ketahui sejauh ini. Mereka masih mencari keterangan dari warga sekitar daerah yang dilewati oleh pelaku", lanjutnya dengan suara bergetar

"'Kau tak pantas bersamanya'?Apa kau yakin yang dimaksud adalah aku?", tanyaku berpikir dalam

"Siapa lagi menurutmu, jagi? hanya dirimu saat ini pria yang dekat denganku", katanya sambil mengusap wajahnya

"Kau menceritakan mengenai hubungan kita pada siapa saja, jagi?", tanya ku lagi

"Hanya Sunmi. Dan aku baru memberitau kedua orangtuaku saat liburan kemarin", katanya

"Aku juga hanya memberitau member yang lain, managerku, Bang PD dan kedua orangtuaku", kataku lagi. "Apa ada pegawaimu yang tau?", tanyaku sambil menepuk-nepuk tangannya

"Mereka sepertinya tau bahwa aku memiliki kekasih, namun mereka tak tau siapa dirimu", jawabnya yakin

"Ah! Kita lupa seseorang, Park Minwoo tau bahwa aku adalah kekasihmu. Dan ia tau bahwa aku seorang idol", kataku mengingat-ingat percakapan kami sebelumnya

"Jinjja? Ia tau bahwa kau seorang idol?", tanya Sora terkejut

"Ye. Saat pertama berbicara dengannya, ia mengatakan bahwa pernah melihat wajahku di suatu tempat, dan ia bertanya apa aku seorang idol? Lalu aku jawab ya", kataku

"Apa menurutmu, ia akan mengatakan ini pada orang lain?", tanyanya gugup

"Entahlah", jawabku sambil meremas tangannya

"Aku takut bila hal ini diketahui oleh publik, jagi. Aku tak ingin kau terseret skandal atau semacamnya", kata Sora dengan suara bergetar

"Tenanglah, jagi. Saat ini yang harus kita khawatirkan adalah pelakunya. Apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Terus terang, aku tak terlalu khawatir bila publik mengetahui hubungan kita. Aku yakin ARMY pasti akan menerima keputusanku. Dan mendukung hubungan kita", jawabku berusaha menenangkannya

"Jinjja?", tanyanya ragu

"Ye. Aku lebih takut si pelaku melakukan sesuatu padamu, jagi", kataku membelai rambutnya

"Aku sangat ingin ini segera berakhir, jagiya~", kata Sora lemah

"Ye. Aku juga berharap demikian", kataku sambil mengecup dahinya dan memeluknya

Hatiku sakit melihat Sora harus mengalami semua ini. Haruskah aku melakukan sesuatu? Aku tak bisa meninggalkannya seorang diri, aku takut sesuatu akan terjadi padanya.

Ya. Aku harus melakukan sesuatu! Aku harus melindungi wanita yang kucintai, kataku penuh tekad.

——————————————— 6 jam kemudian

"Oke, latihan hari ini sudah selesai. Besok kita akan mulai berlatih tarian ON setelah jadwal photoshoot kalian selesai," ujar Son Sungdeuk, pelatih koreografi kami

"Ye hyung. Gomawo. Terima kasih untuk hari ini", kataku padanya

"Ya, terima kasih sudah bekerja keras juga", jawabnya. "Jiminnie, aku ingin membicarakan tentang part-mu di Blackswan", lanjutnya sambil berjalan ke arah Jimin

Aku berbaring di lantai studio, terengah-engah. Kami baru saja menyelesaikan hampir 5 jam latihan menari. Saat ini sudah jam 11 malam. Setelah kami bersih-bersih, kami akan kembali ke dorm dan istirahat, karena besok pagi kami akan ada sesi foto untuk album baru kami. Aku mengambil sebotol air dan berjalan menuju kursi.

"Aku sangat lelah", Suga menghampiri dan duduk di sampingku

"Nado", jawabku, menghabiskan botol air di tanganku

"Yoongi~aah, apa kau punya air?", Tanya Jin sambil duduk di antara kami

"Ini", kata Suga memberikan sebotol air untuk Jin

"Bagaimana kabar pacarmu, Namjoon~aah?", Tanya Jin setelah mengembalikan botol ke suga

"Dia baik-baik saja", jawabku

"Jadi kau baru saja bertemu dengannya? Tadi aku mencarimu untuk membicarakan sesuatu. Kukira kau ada di RKive, tapi Jin hyung bilang kau sedang keluar", katanya sambil meneguk minumannya

"Apa yang ingin kau bicarakan, hyung?", Tanyaku sambil menatap Suga

"Aku hanya ingin bilang bahwa aku mencantumkan namamu sebagai penulis lagu karena kau membantu

ku menulis lirik dalam bahasa Inggris untuk lagu tersebut", katanya sambil tersenyum kepada ku

"Kau tak perlu melakukan itu, hyung. Aku hanya membantu sedikit", kataku sambil menggelengkan kepala

"Tidak. Aku sangat menghargai usahamu Namjoon", jawabnya

"Jadi, bagaimana hubunganmu dengan Sora? Kapan kau akan memperkenalkannya pada kami?", Tanya Jin mengalihkan pembicaraan

"Aku masih belum tau kapan, mungkin setelah album kita rilis", jawabku sambil mengangkat bahu

"Apa saja yang telah kalian lakukan? Apa kalian sudah berciuman? atau tidur bersama?", Tanya Jin sambil tertawa terbahak-bahak mengeluarkan tawa yang terdengar seperti kaca berdecit

"Heeyy!! Pertanyaan macam apa itu? Kau tidak perlu menjawab itu, Namjoon~aah!", Ucap Suga tertawa sambil menepuk lengan Jin

"Aahh .. Apa maksudmu hyung?!", jawabku tertawa sambil menundukkan wajah, malu

"Wae? Wae? Wae? Aku hanya penasaran!", ucap Jin masih tertawa

"Jika hyung ingin tahu apa yang dilakukan oleh pasangan, sebaiknya cari pacar saja sendiri", kata Suga

"Aaah, aku menginginkannya, tapi aku belum menemukan wanita yang tepat", kata Jin menggeleng

"Namjoon~aah, apa kau baik-baik saja? Sepertinya kau memikirkan sesuatu selama latihan tadi", tanya Suga sambil menatapku

"Yah, sebenarnya ada sesuatu yang terjadi pada Sora, yang membuatku sangat khawatir", kataku sambil mendesah

"Apa yang terjadi?", Tanya Jin penasaran

Awalnya aku ragu untuk menceritakan hal ini kepada seseorang, tetapi Suga pernah membantu ku memberikan beberapa nasihat tentang hubungan ku dengan Sora, aku pikir mungkin dia dan Jin juga bisa memberi nasihat tentang masalah ini. Jadi, aku ceritakan semua yang terjadi pada Sora, dan juga tentang investigasi polisi yang berjalan lambat dan menemui jalan buntu.

Saat menceritakan kisah itu, aku melihat mereka menganggukkan kepala pada setiap perkataanku. Aku memberi tahu mereka semua detail kejadian yang ku tahu.

"Jadi, menurut kalian apa yang harus aku lakukan? Aku khawatir sesuatu akan terjadi pada Sora, hyung kan tahu bahwa kita akan pergi ke Amerika dalam waktu yang lama. Dia pasti tidak akan memberitahuku hal-hal yang telah terjadi padanya, kalau menurutnya itu akan membuatku cemas dan tidak fokus ", kataku jengkel

"Dia tidak menginginkan pengawal kan? Tapi bagaimana jika kau tidak memberitahunya tentang ini? Maksudku, kau bisa menyewa pengawal untuknya yang akan menjaga dari kejauhan tanpa dia sadari", kata Suga dengan wajah serius

"Selama dia tidak tahu, kurasa itu tidak akan jadi masalah. Mereka dapat memberimu laporan berkala tentang situasinya. Dan mungkin jika mereka melihat atau mendengar sesuatu yang mencurigakan, mereka akan bisa langsung memeriksanya", lanjut Suga

Aku menganggukkan kepalaku pada kata-katanya.

"Setidaknya kamu tidak akan terlalu khawatir tentang Sora jika seseorang akan menjaganya untukmu", kata Jin

"Ya. Aku juga memikirkannya, hyung. Mungkin akan berhasil. Aku akan bicara dengan Kang Yeonso, mungkin dia punya teman yang bisa melakukan pekerjaan ini", kataku

"Ya. Kang Yeonso orang yang tepat. Dia pasti punya banyak teman yang pandai bela diri", ucap Suga sambil mengangguk

"Tapi namjoon~aah, aku penasaran siapa orang yang melakukan teror ini?Dia cukup berani melakukan ini," ucap Jin sambil melihat ke arah Jimin dan V yang sedang tertawa di seberang ruangan

"Aku tidak tau hyung, seperti yang kubilang tadi, Sora punya mantan pacar yang dulu pernah melakukan hal ini kepadanya. Tapi dari beberapa kejadian saat ini, dia selalu punya alibi", kataku sambil memandang ke seberang ruangan

"Apa motifnya? Apakah dia masih memiliki perasaan untuk Sora? Atau adakah orang lain? Aku tidak yakin ARMY akan melakukan hal seperti ini", kata Suga sibuk dengan pikirannya

"sasaeng* ??", tanya Jin tiba-tiba

* Sasaeng adalah penggemar obsesif yang menguntit, atau terlibat dalam perilaku/kegiatan lain yang melanggar privasi idola Korea atau tokoh publik lainnya

Aku menatapnya dengan mulut terbuka, otakku mencoba berpikir cepat. Sasaeng? Apakah ada sasaeng di sekitar kami? Diriku tiba-tiba dilanda kecemasan.

"Mungkin ..", kata Suga, matanya melebar ke arah kami

"Kita harus memikirkan semua kemungkinannya kan?", Kata Jin dengan wajah serius

"Ye hyung", jawabku, masih sibuk memikirkan apa yang dikatakan Jin tadi

"Aku yakin kau pasti bisa menyelesaikan masalah ini Namjoon~aah. Biar polisi menyelidiki kasus ini, tapi kau juga perlu melakukan sesuatu yang kau bisa", ucap Suga sambil menepuk punggungku

"Jika masalah ini menjadi besar, sebaiknya kau meminta bantuan perusahaan. Kau tak ingin sesuatu terjadi di luar kendalimu, bukan? Ingatlah, mungkin karir dan kerja keras kita selama 10 tahun akan terancam jika hal ini menjadi besar ", kata Jin memberi nasehat

"Ye hyung, terima kasih atas nasehatmu", kataku sambil menganggukkan kepala

"Baiklah. Aku akan mandi dulu. Kalian sudah mandi?", Tanya Jin sambil bangkit dari kursi

"Aku mau mandi di rumah. Aku ganti pakaianku saja", kata Suga pergi ke kamar mandi

Aku termenung di kursiku, meremas botol plastik di tanganku. Ya, lebih baik mencegah dan melindungi Sora sebelum yang terburuk terjadi.

Aku meninggalkan ruangan menuju ruang tunggu di dekat lift. Ada sofa dan kursi tempat penjaga dan supir kami beristirahat. Aku melihat Kang Yeonso, salah satu pengawal kami, sedang duduk menatap layar ponselnya. Sementara para supir kami berkerumun sambil mengobrol seru di sudut.

Aku membungkukkan badanku ketika melewati mereka, mereka langsung berdiri dan juga membungkuk ke arah ku. Kang Yeonso memperhatikan kedatanganku, lalu berdiri dan membungkuk juga.

"hyung, aku ingin berbicara denganmu tentang sesuatu", kataku saat aku tiba di hadapannya

"Ya, RM ssi. Ada yang bisa kubantu?", Tanyanya secara formal

Kami menuju ke ruang latihan kosong di samping lift.

"Maaf mengganggumu, hyung. Aku ingin meminta bantuanmu", kataku saat kami sudah duduk di ruang latihan

"Ya, katakanlah", jawabnya

"Apakah kau punya teman yang bisa melakukan tugas pengawalan sekaligus menyamar?", Tanyaku gugup

"Apakah ini untuk kalian?", Tanya Yeonso sambil mengerutkan dahi

"Tidak. Bukan untuk kami. Sebenarnya ini permintaan pribadi. Aku butuh bodyguard untuk temanku, dia mengalami teror beberapa bulan ini, dan Aku ingin membantunya, tapi tanpa sepengetahuannya", jelasku sedikit gugup

Kemudian aku memberi tau nya apa yang terjadi dan meminta bantuannya untuk memperkenalkan seseorang yang dapat melakukan pekerjaan itu.

Yeonso berkata bahwa dia mengenal seseorang yang bisa melakukannya. Aku meminta Yeonso untuk segera mengabariku bila temannya setuju dengan pekerjaan ini.

Dalam perjalanan ke dorm, aku memikirkannya lagi. Aku harap telah melakukan hal yang benar. Aku hanya ingin melindungi Sora dan menangkap pelakunya. Aku yakin dia akan mengerti.

Bab berikutnya