webnovel

Yang Sebenarnya

Kim SoRa POV

27 September 2019,

Aku duduk sambil memandangi hujan yang turun dari jendela kantorku di Minerva. Aku sedang mengerjakan laporan bulanan ketika Sunmi menelponku tadi. Ia mengatakan masih akan tinggal di Gwangju selama beberapa hari. Sudah satu minggu Sunmi berada di rumah orangtuanya, karena ibu nya sedang sakit dan menginginkannya untuk datang.

Mendengar hal itu aku jadi teringat ayah dan ibuku di Gwangju. Walaupun kami sering berkirim pesan dan menelpon untuk menanyakan kabar, terkadang aku masih sangat merindukan mereka dan merasakan khawatir akan kesehatan mereka.

*toktok

"Noona..semua sudah rapi. Kami akan pulang sekarang", kata Yunsu berpamitan dari ambang pintu

"Ye. Kalian pulang saja lebih dulu. Aku akan mengunci pintu lantai dasar", jawabku

Saat ini sudah pukul 11 malam, Minerva baru saja tutup. Aku enggan untuk pulang ke apartemen karena beberapa hari ini aku merasa kesepian disana. Biasanya setiap beberapa hari Sunmi akan datang ke Minerva atau apartemenku hanya untuk mengobrol atau makan malam bersama.

Aku merindukan Sunmi dan Namjoon. Ya Namjoon. Kami tidak pernah bertemu sejak hari terakhir kami di Copenhagen. Kami berpisah di bandara Copenhagen. Penerbanganku ke Korea berangkat 3 jam lebih awal daripada penerbangan Namjoon dan kedua temannya. Walaupun kami masih saling bertukar pesan, aku tetap merindukan kehadirannya didekatku.

Sebenarnya, Namjoon sudah berada di Korea sejak tiga hari yang lalu. Ia dan anggota BTS yang lain baru saja pulang kembali ke Korea setelah syuting Bon Voyage di New Zealand. Namjoon menceritakan bahwa mereka menghabiskan waktu yang sangat menyenangkan selama berada disana.

Kembalinya mereka ke Korea menandakan bahwa BTS telah menyelesaikan masa liburan mereka dan telah kembali kepada jadwal mereka semula. Hal ini membuatku senang sekaligus sedih. Aku senang karena BTS akan kembali aktif dan muncul kembali di media. Dan juga sedih karena waktuku untuk bertemu dengan Namjoon menjadi sangat sulit.

Aku mematikan layar komputerku dan membereskan kertas-kertas yang berserakan di meja kerjaku. Aku lapar sekali, mungkin aku akan mampir ke suatu tempat untuk membeli makanan, aku sedang tidak bersemangat untuk masak.

Aku mengunci pintu kantorku dan tidak lupa mengunci pintu lantai dasar Minerva. Suasana diluar sangat sepi karena sudah hampir tengah malam dan hujan masih sedikit turun. Aku mengendarai mobilku menuju sebuah convenience store tak jauh dari apartemenku berada. Aku membeli sebuah roti isi dan sekotak jus.

"Kim Sora ssi?", kudengar suara pria memanggilku

Aku menolehkan wajahku dan melihat Park Minwoo sedang berdiri di belakangku sambil membawa keranjang belanja.

"Minwoo ssi? sedang apa kau disini?", tanyaku terkejut melihatnya

"Aku sedang membeli makanan, apartemenku berada di sebrang jalan. Kau sedang apa Sora? Apa kau tinggal di dekat sini juga?", tanyanya

"Ne..", jawabku sambil mengangguk

"Kau belum makan malam?", tanya Minwoo ketika melihat roti isi dan jus ditanganku

"Ye..aku mampir untuk membeli ini sebelum aku pulang", kataku canggung

"Kau mau makan denganku? Aku juga belum sempat makan malam", katanya sambil menunjukkan keranjang belanjanya

"Eh?", kataku bingung

"Kita bisa makan ini sambil duduk di sana", kata Minwoo sambil menunjuk barisan kursi yang ada di dekat pintu toko

"Mmm baiklah", kataku karena merasa tidak enak

Kami membayar makanan kami dan menuju kursi pengunjung untuk makan malam.

"Apa kau baru pulang dari Minerva, Sora?", tanya Minwoo sambil membuka plastik gimbab yang baru saja ia beli

"Ne.. kau juga baru pulang?", tanyaku sambil meminum jusku

"Ye ... aku sangat sibuk ketika akhir bulan. Aku harus memastikan majalah kami terbit tepat waktu", katanya lagi setelah menelan makanannya

"Wah pasti merepotkan sekali ya", kataku

"Begitulah..terkadang aku harus menginap di kantor bila ada artikel atau iklan yang tertunda", jawabnya tersenyum sambil makan dengan lahap

Aku mengangguk-anggkukkan kepalaku sambil memakan roti isiku.

"Oya, bagaimana kabar orangtuamu?", tanya Minwoo menatapku

"Mereka baik-baik saja", jawabku

"Apa orangtuamu masih marah kepadaku?", tanyanya lagi

"Eh?..mmm entahlah", jawabku canggung

"Aku bisa mengerti bila memang seperti itu", jawabnya sambil tersenyum

"Mmm apa pada saat kau di jepang kau juga bekerja sebagai editor fashion?", tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan

Minwoo tersenyum menatapku. Pasti ia tau bahwa aku sedang mengalihkan pembicaraan sebelumnya. Ia memang mengenalku dengan baik. Ia menghela nafas dan mulai berbicara lagi.

"Sejujurnya, ketika ayahku mengajakku untuk pergi ke Jepang, aku tidak langsung bekerja disana", katanya serius sambil menatapku tajam

"Eh?apa maksudmu?", tanyaku sambil mengernyitkan dahi

"Ayahku mengajakku untuk bertemu psikiater disana. Aku menjalani terapi dan pengobatan selama beberapa bulan. Setelah kondisiku stabil, baru kemudian aku mulai bekerja di perusahaan milik teman ayahku", jawabnya sambil menatapku dengan tatapan terluka

"Jjinja?psikiater?", tanyaku tak percaya

"Ne, kau sudah melihat seperti apa kondisiku saat insiden itu terjadi kan? Aku sangat depresi, aku merasa duniaku sudah hancur", kata Minwoo tersenyum getir

Aku tak dapat berkata apa-apa, aku tau dari tatapan matanya bahwa ia sedang berbicara jujur padaku.

"Minwoo-ah..aku tak tau bahwa kau mengalami hal seperti itu. Aku..aku..", kataku terbata-bata

"Gwaenchana yo Kim Sora! Memang aku yang salah, kau tidak berbuat kesalahan apapun padaku, jadi jangan pernah merasa seperti itu. Aku menceritakan hal ini karena kau bilang kita bisa menjadi teman lagi. Dan mulai saat ini aku akan selalu berusaha jujur pada mu. Aku akan membuktikan bahwa aku telah berubah", jelasnya kembali bersemangat

"Ne, gomawo yo", kataku

"Omong-omong apa kau selalu pulang selarut ini Sora?", tanya nya lagi sambil melahap gimbab terakhirnya

"Ani..seperti kau bilang, akhir bulan adalah saat-saat yang sibuk. Aku juga harus menyelesaikan beberapa laporan", jawabku setelah menghabiskan makan malamku

"Kau tetap sama seperti dulu Sora, selalu bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu", kata Minwoo tertawa kecil

"Apa?aku rasa semua orangpun begitu", jawabku ikut tertawa mendengar komentarnya

"Sudah tengah malam Sora, sebaiknya kita pulang. Apa perlu kuantar kau pulang?", tanya Minwoo terlihat khawatir

"Ani. Aku membawa mobil sendiri. Kau tidak perlu repot-repot mengantarku", kataku menggelengkan kepala seraya beranjak dari tempat duduk

"Baiklah. Sampai bertemu lain waktu kalau begitu. Hati-hati dijalan ya", kata Minwoo ketika kami sudah berada di depan mobilku

"Ye. Kau juga berhati-hatilah", kataku sambil menutup pintu mobilku

Aku menjalankan mobilku perlahan dan menatap Minwoo dari kaca spionku. Kulihat ia masih berdiri ditempat yang sama sambil melambaikan tangannya.

Perkataan Minwoo tadi mengenai kondisinya sangat membuatku terpukul. Aku tau, aku sudah tidak menyukainya lagi. Tapi mendengar ia harus menemui psikiater setelah insiden itu membuatku sedikit merasa bersalah. Apa aku sudah melukai perasaannya dengan sangat dalam? hingga ia harus seperti itu?.

Kugelengkan kepalaku ... sudahlah Sora, hal itu sudah berlalu, semua itu bukan salahmu. Kataku dalam hati. Aku melanjutkan perjalananku sambil berusaha tidak memikirkan hal itu lagi.

Bab berikutnya