Kini Reisya dan Refan sudah berada di ruang santai, mereka merasa lebih baik setelah saling bercanda tadi. Kini keduanya sedang asik bersandar pada sofa, merasa ada kesempatan Refan langsung memberikan dua bingkisan yang tadi di bawanya kepada Reisya.
"Oh ya ini, gw ada hadiah buat lo. Gak seberapa si, tapi lumayan lah siapa tau lo merasa lebih nyaman nantinya." Ucap Refan sambil memberi dua bingkisan itu.
"Tapi gw kan gak ulang tahun, kenapa di kasih hadiah?" keluh Reisya heran.
"Udah si ambil aja, banyak nanya deh." jawab Refan memaksa Reisya.
Reisya yang memang merasa penasaran akhirnya mengambil hadiah itu, entah apa yang sebenarnya Refan berikan untuknya. Reisya pun membuka hadiah itu perlahan, sampai akhirnya ia sedikit tersenyum melihat isi dari hadiah yang Refan berikan. Ada sebuah boneka beruang berukuran sedang yang terlihat lucu dengan love di tangannya, Reisya merasa senang dan ia pun langsung memeluk boneka itu.
"Kok lo tau gw suka sama boneka? Tau darimana dah?" Tanya Reisya curiga.
"Jelas tau donk, apa si yang gak gw tau tentang lo." Jawab Refan dengan sombong.
"Cih, dasar sombong." Cibir Reisya pada Refan.
Lalu Reisya membuka satu bingkisan lainnya, yang ternyata isinya adalah coklat dan kue kesukaan Reisya. Dulu, biasanya ia makan kue itu dengan sang ibu. Tapi semenjak sang ibu tiada, Reisya tidak pernah lagi melihat coklat dan kue itu. Tiba-tiba air mata Reisya menetes begitu saja saat ia teringat pada sang ibu, ia benar-benar merindukan ibunya sekarang.
"Loh kok malah menangis sih, duh cup cup cup." Keluh Refan bingung.
"Gw tiba-tiba keinget sama ibu kandung gw, dulu gw suka makan coklat dan kue ini sama ibu." Ungkap Reisya dengan jujur.
Refan terdiam, ia tidak menyangka jika rencana ingin membuat Reisya senang malah berbalik menjadi kesedihan wanita itu.
"Kalo lo kangen sama ibu lo, makan aja coklat itu. Setidaknya kenangan tentang coklat itu akan membuat rasa rindu lo sedikit terangkat, jadi lo bisa lebih tenang." Saran Refan pada Reisya.
Reisya menatap Refan dengan ragu, lalu ia pun mencoba memakan coklat itu sambil mengingat kenangan masa lalunya bersama sang ibu. Ternyata ada banyak sekali memori indah tentang sang ibu yang masih ia ingat sampai saat ini, dan semua itu kini berputar bagai sebuah film dalam otaknya.
Tanpa terasa akhirnya coklat itu pun habis, lalu Reisya kembali membuka matanya yang tadi terpejam erat. Benar saja yang Refan katakan tadi, hatinya terasa lebih tenang dan nyaman. Reisya langsung tersenyum pada Refan, lalu ia mengucapkan terima kasih pada pria itu.
"Lo bener, gw jadi merasa jauh lebih tenang sekarang. Terima kasih ya, lo emang yang terbaik deh." Ungkap Reisya dengan senyumnya.
Refan ikut tersenyum melihat senyuman Reisya, lalu ia pun mengangguk pelan dan menerima ungkapan terima kasih yang Reisya ungkapkan.
"Nah, kalau senyum gitu kan enak di lihatnya. Lo jangan sedih-sedih lagi deh, ntar gw ikutan sedih liatnya. Soalnya suasana jadi gak enak, gara-gara lo nangis kayak tadi." Balas Refan dengan ejekkan bercandanya.
Reisya memutar bola matanya malas, lalu ia pun menatap mengalihkan pandangannya dari Refan dan menghapus air mata yang tersisa di pipinya.
"Mulai deh, bisa gak si sehari aja gitu tenang tuh mulut? Gatel ya kalau gak julit?" Balas Reisya dengan tajam.
Refan menatap Reisya dengan seringainya, mendengar perkataan Reisya Refan jadi memiliki ide untuk menggoda wanita itu.
"Bisa kok, tapi harus lo yang bikin diem." Jawab Refan dengan senyum miringnya.
Mendengar perkataan Refan, tiba-tiba Reisya merasa ada sesuatu yang tidak mengenakan di sana.
"Maksudnya?" Tanya Reisya curiga.
Refan menatap Reisya dengan binar nakalnya, lalu ia menunjuk pada bibirnya sendiri dan juga bibir Reisya. Seketika Reisya bersemu, ia mulai paham dengan maksud Refan membuatnya diam itu dengan menciumnya.
"Dih itu si maunya lo, dasar playboy." Tukas Reisya sambil memukul Refan dengan boneka barunya.
"Gak usah pura-pura gak suka, padahal suka juga tuh." Balas Refan sambil menggoda Reisya.
"Kepedean parah lo, kata siapa gw suka sama lo? Ngarang aja." Balas Reisya mengelak.
"Lah itu, lo sendiri yang bilang." Jawab Refan sambil tersenyum puas.
Reisya menatap bingung, sesaat kemudian ia baru menyadari maksud tuduhan Refan.
"Ih bukan itu maksud gw, intinya gak gitu pokoknya." balas Reisya mulai kesal.
"Iya iya gw tau, tunggu aja" tukas Refan dengan seringainya.
Reisya mengernyit mendengar ucapan Refan, ia bertanya-tanya apa maksud perkataan Refan itu? Di sisi lain ia merasa malu karna hampir ketahuan oleh Refan, tapi ia tetap bersikap tidak peduli walau hatinya mulai memberontak.
"Apaan si, gak jelas lo." Jawab Reisya asal.
Refan terkekeh melihat Reisya salah tingkah, ia merasa puas karna berhasil menggoda Reisya. Baginya momen seperti ini lah yang berharga, dan Refan akan selalu membuat momen yang sama agar Reisya bisa merasa senang dan bahagia.
"Hari ini lo ada acara gak?" Tanya Refan mulai serius.
"Gak ada, emang kenapa?" Jawab Reisya ingin tau.
"Mau gak nginep di mansion? Tadi ibu nyuruh gw bawa lo ke sana, lo tau sendiri kan kalo ibu udah kasih perintah harus iya jawabannya. Apalagi ini tentang lo, gak ada alesan deh buat nolak." Ajak Refan pada Reisya.
Reisya tampak berpikir sesaat, lalu akhirnya ia menyetujui ajakan Refan. Lagipula di apartement ini ia hanya sendirian, jadi terkadang ia merasa bosan harus melakukan apa.
"Boleh, ya udah gw siap-siap dulu bentar." Jawab Reisya setuju, lalu melangkah menuju kamarnya dan bersiap-siap.
Sedangkan di ruang tengah Refan tersenyum puas karna Reisya mau menerima ajakannya, ia pun menunggu dengan sabar di sana. Di dalam kamar Reisya mengambil tas sekolah, dan memasukkan beberapa baju ganti juga buku pelajaran ke dalamnya. Setelah semuanya siap, Reisya mematikan lampu dan keluar dari kamarnya. Lalu ia melangkah kembali ke ruang tengah, di sana Refan menunggunya dengan senyum tipis.
"Ok gw udah siap, yuk!" Ucap Reisya semangat.
"Dih semangat banget lo, kayak dapet lotre aja." Celetuk Refan asal.
"Oh gitu, ya udah gw gak jadi ikut." Balas Reisya malas, ia pun berbalik akan kembali ke kamarnya tapi Refan dengan cepat menggenggam tangan Reisya agar gadis itu tidak masuk lagi ke kamarnya.
"Yeuh baper dah, ya udah ayo jalan. Ibu udah nunggu dari tadi, nanti dia marah lagi karna kita lambat datang." Tukas Refan lalu mematikan semua lampu dan menarik Reisya keluar dari apartement itu.