Alan menatap hampa pada dinding penjara yang dingin. Begitu menusuk sekali setelah dua hari ia mendekam di balik jeruji besi ini. Tak pernah terbayangkan semuanya akan menjadi seperti sekarang. Coba saja waktu itu ia mendengarkan perkataan sang istri, mengindahkan permintaan Nada untuk jangan pergi hari itu.
Ah, memang saja, berandai-andai hanya akan melemahkan iman. Tidak, semua yang terjadi hari ini sudah menjadi ketetapan dari Tuhan. Pasti ada hikmah di balik ini semua.
"Hei, Mas ganteng. Mau sampai kapan menatap dinding tak bermulut itu? Memangnya dengan melihatnya duniamu akan kembali seperti sedia kala. Salah besar, Bos."
Nama Yudi, teman satu sel tahanan, yang sejak Alan masuk ke dalam sana, selalu saja berusaha untuk mengajak pria itu bicara. Sayangnya, ia belum menemukan momen untuk bisa bercakap-cakap dengan Alan, yang menjadi sangat pendiam sekali selama berada di dalam penjara.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com