Nada menundukkan wajahnya. Ia ingin menyembunyikan air mata, nanti ayah bisa melihat. Setelah kering, ia mencoba tersenyum dan ingin berkata lagi, tapi, sudah tak bisa. Perempuan itu tak bisa berpura-pura kuat terus.
"Nada kangen." Ia beringsut mendekati bagian wajah. Lalu membuka kain penutup. "Bismillahirahmanirahim, Subhanal Hayyil Ladzi La Yamuutu Allohumagfir Lihadzal Mayyiti Warhamhu. Allahumma Anis Fil Qobri Wahdatahu Waghurbatahu Wannawwir Qobrohu." Setelah melafazkan doa tersebut, Nada pun mengecup dahi sang ayah. Wajah pria itu benar-benar tenang, bahkan tampak tersenyum. Tak bisa dibedakan, antara tidur atau sudah meninggal.
Satu usapan di pundak membuat Nada kian kuat. Tanpa menengok pun, ia bisa merasakan kalau yang menyentuhnya adalah Alan. "Ayah pergi dengan sangat tenang." Ia berkata lirih. Suara pun sedikit sengau, menandakan lelaki yang menjadi menantu idaman Pak Lurah sempat menangis barusan.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com