"Hei," panggilnya, karena aku terus menunduk, tidak tahan dengan tatapan tajam dari aksanya itu. Dia seolah tampak masih marah.
"Hei, Sayang." Wajahku langsung terangkat. Rasanya tidak percaya dengan apa yang baru saja didengar.
"Jangan nakal lagi, ya. Saya tahu kamu itu perempuan yang baik. Maafkan saya juga, telah membuat kamu jadi kepikiran." Ia merundukkan tubuh sedikit, lalu menyolek ujung hidungku dengan telunjuknya.
Aku seketika tersenyum, dan bereaksi hendak memeluk kembali, tapi ia tahan bahuku agar tak mendekat.
"Saya mau mandi dulu," katanya kemudian.
Sebuah sentuhan lembut dari bibirnya mendarat di keningku. Manis. So sweet.
***
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com