Perempuan itu kini tengah duduk di sebuah pemandangan samping restoran tersebut. Gibran berjalan cepat untuk mempertipis jarak di antara mereka, laki laki melihat punggung perempuan itu bergetar, bukan sepertinya tapi Kanaya sedang menangis, ia menyembunyikan dirinya dari Gibran dan orang orang yang yang ad di tempat itu.
"Nay," panggil Gibran. Laki-laki itu tentu saja merasa ikut sedih, merasa telah bersalah membuat Kanaya terluka karena perbuatannya.
Perempuan itu tidak menjawab, ia justru sibuk menikah air mata yang terus saja menetes di kedua pipinya.
Gibran menarik nafas panjang lalu ia berjalan untuk ikut duduk bersama Kanaya di tempat itu. Ada banyak orang di sekelilingnya akan tetapi jaraknya cukup jauh, sepertinya tempat itu cukuplah untuk menyembunyikan keadaan yang tengah kini Kanaya rasakan.
"Aku minta maaf Nay. Tolong dengarkan penjelasanku terlebih dahulu," pinta Gibran sungguh sungguh.
Bukan jawaban tapi yang Gibran dengar masih saja sebuah isakan tangisan.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com