webnovel

Sanjaya Menjadi Raksasa

"Bagus kalau kalian berdua telah masuk ke alam gaib, kita para dedemit tidak perlu lagi repot-repot datang ke alam nyatamu," ujar Demit Begog memulai pembicaraannya dan kemudian langsung disahut oleh demit yang lain.

"Heh Dewa Ndaru! Aku tidak senang ada pendatang baru yang berani berbuat onar di sini, kenapa kau terlihat malah bersahabat dengannya?" tanya Demit Bulgur pada Dewa Ndaru yang memang sebenarnya mereka memang sudah saling mengenal.

"Aku rasa aku tidak perlu lagi repot-repot menjawabnya Bulgur, sebab itu semua sudah dijelaskan oleh Pemimpinmu Demit Begog," jawab Dewa Ndaru yang rupanya sudah mendapatkan bisikan dari Sabrang, dan itu otomatis membuat para dedemit itupun merasa heran.

'Hoh ... rupanya Dewa Ndaru sudah mengetahui dengan apa yang baru saja kami alami,' ucap batin para dedemit itu sambil terbengong-bengong. Dan terbengongnya itu makin bertambah manakala Sabrang menambahi ucapan Dewa Ndaru tadi.

"Heh Begog, Bulgur, Baong dan kau juga Bendo! Bukankah kalian juga sudah diberi tahu oleh Raja kalian? Bukankah kalian juga sudah dilarang bermacam-macam denganku? Hem! Terserah! Kalau kalian mau nekat melawanku, lakukan! Atau kalau tidak menyerah sajalah!" tegas Sabrang.

Melihat penuturan Sabrang seperti itu para dedemit pun nampak merasa jengkel dan juga tertantang untuk melawan, kecuali dengan Demit Begog, meskipun ikut hadir di situ tapi dia tidak bisa memungkiri bahwa perlawanan yang akan dilakukan para sahabatnya itu hanya akan cuma-cuma, namun lagi-lagi karena harga diri sebagai ketua rupanya tetap mengharuskannya untuk ikut melakukan apa yang akan dilakukan oleh ke empat sahabatnya itu meskipun dengan perasaan tidak yakin.

Hingga akhirnya terjadilah apa yang memang seharusnya terjadi, setelah beberapa saat terjadi adu mulut maka Sabrang yang sudah merasa jengkel dengan kehadiran gerombolan para dedemit itu langsung menginisiasi untuk mulai menyerang lebih dulu, yaitu dengan melakukan serangan ajian ragabajrah, yakni dengan merubah bentuk wujud tubuhnya menjadi sesosok manusia dengan perawakan yang tinggi dan besar, tubuh Sabrang benar-benar telah berubah, tingginya menjulang, untuk menggambarkan ukuran tubuhnya saat ini, bahwa pepohonan kelapa yang memiliki tinggi menjulang itu hanya tinggal seukuran pinggangnya saja, belum lagi ditambah dengan otot-ototnya yang besar dan kekar semakin menambah keseraman pemuda jelmaan Sanjaya itu.

Sementara itu para dedemit pun juga tidak mau tinggal diam, mereka terlihat mengambil posisi dengan mengitari tubuh Sabrang dan kemudian langsung melepaskan pukulan jarak jauhnya secara beruntun, adapun pukulan yang dilepaskannya itu terlihat hanya berupa bentuk bayangan tangan yang melesat bagaikan anak panah yang dilepaskan dari busurnya.

Whuus ...!

Whuus ...!

Whuus ...!

Ketiga pukulan itu berhasil Sabrang hindari dengan mudah namun begitu pukulan yang ke empat agaknya dia sedikit terlambat untuk menarik tubuhnya dan akhirnya ...

Buks ...!

Pukulan yang sangat keras itupun berhasil menghantam dan tepat mengenai muka Sabrang.

"Uuah ...!" Dan ternyata itu adalah pukulan yang dilesakkan oleh Demit Begog, satu-satunya Demit yang sebenarnya merasa kurang yakin dalam melakukan serangannya.

Lalu begitu melihat serangannya berhasil mengenai sasaran maka Demit Begog pun berseru dengan keras karena kegirangan.

"Hah!!! Rupanya hanya segitu kemampuanmu Sanjaya!"

Lalu ketua dedemit itupun bermaksud kembali mengulangi serangan jarak jauhnya itu, dan selagi Demit Begog ingin kembali mengulang dan tengah mempersiapkan serangan keduanya itu rupanya Sabrang juga tengah bangkit dan juga sudah menyiapkan serangan untuk membalas dan kemudian ...

"Heyyaak ...!!"

Sungguh diluar dugaan Demit Begog, karena ternyata Sabrang sudah lebih dulu menyiapkan serangan balasan dengan mengeluarkan sebuah cambuk api yang dia sabetkan ke arah tetua demit itu, dan rupanya sabetan cambuk api itupun berhasil mengenai kedua kaki Demit Begog dan terus melilitnya, lalu kemudian Sabrang pun langsung menarik cambuknya itu dengan sangat kuat hingga membuat Demit Begog jatuh terjengkang ke belakang.

Berhasil membuat sang ketua demit itu terjatuh tidak membuat Sabrang merasa puas dan menghentikan serangannya, bahkan pemuda yang kini telah berubah wujud menjadi sesosok raksasa itu malah menarik tubuh Demit Begog dan kemudian langsung memutar-mutarnya hingga terangkat ke atas, semakin lama semakin cepat pula Sabrang memutar tubuh Demit Begog, hingga akhirnya tubuh ketua demit itu nampak mulai terbakar, hawa panas pun langsung terasa menyengat disekitaran tempat itu, bahkan meskipun pertarungan itu berlangsung di dalam alam gaib akan tetapi imbasnya juga terasa sampai di alam nyata tepatnya di bukit yang berada di dekat Perguruan Padangkarautan tersebut, banyak sekali pepohonan yang ikut tumbang dan bahkan juga sampai terbakar.

Sungguh sebuah pemandangan yang menakjubkan namun sekaligus juga mengerikan, bagaimana tidak dengan tubuh Demit Begog yang sangat besar itu bisa diombang-ambingkan Sabrang dengan begitu mudah laksana anak kecil memainkan permainannya.

Sementara itu para dedemit yang lain terlihat masih berdiri dengan saling berdekatan satu sama lain, dan sepertinya mereka sedang bersiap untuk menggabungkan kekuatan mereka bertiga untuk melawan Sabrang.

Entah apa yang ada di benak para dedemit itu sehingga mereka tidak menyadari kalau dengan mereka bergerombol seperti itu malah akan membuat Sabrang makin mudah untuk menghajar mereka semua secara bersamaan, karena setelah berhasil membuat tubuh Demit Begog terbakar lalu kemudian Sabrang terlihat melirik kawanan dedemit itu dan kemudian langsung menghantamkan tubuh Demit Begog itu ke arah mereka.

Mendapat serangan yang tidak mereka duga-duga membuat para dedemit itu tidak lagi sempat untuk menangkal apalagi menghindar, dan tak ayal lagi tubuh Demit Begog pun langsung menghantam gerombolan demit itu hingga semua pada terjatuh dan terseret lalu menabrak sebuah bongkahan batu yang menyerupai sebuah gunung kecil hingga membuatnya hancur berkeping-keping. Suara benturan itu terdengar bergemuruh seperti suara halilintar, bahkan itu tidak terdengar di alam gaib saja, di alam nyata pun juga mendengar dan merasakan hal yang sama.

Tahu kalau lawan-lawannya itu belum kalah maka Sabrang pun terlihat kembali memutar-mutar cambuk apinya itu dan bersiap untuk kembali menghantamkannya. Dan memang benar, dengan segera selagi para dedemit itu masih jatuh bergelimpangan dan belum sempat berdiri Sabrang pun langsung menghantamkan cambuk apinya kembali, suara menggelegar pun langsung menyeruak memecah keheningan malam, tubuh para dedemit itu pun langsung terbakar, kobaran api dari ke empat tubuh dedemit itu terlihat sangat besar, bahkan karena saking besarnya hawa panasnya pun tidak hanya terasa di alam gaib saja akan tetapi di alam nyata pun hawa tersebut juga ikut terasa, bahkan tetumbuhan yang ada di alam nyata yang bertepatan di sekitar Perguruan Padangkarautan pun juga ikutan hangus terbakar.

Ada yang unik dari pemandangan kebakaran itu ditengah kobaran api yang menyala dan membumbung tinggi tiba-tiba saja muncul empat burung api, burung tersebut terlihat seperti burung hantu yang terus terbang melayang di atas kobaran api dan kemudian tiba-tiba saja hilang dan lenyap begitu saja. Melihat kejadian itu Dewa Ndaru yang sedari tadi hanya duduk menjauh dari tempat pertarungan itu nampak tertegun dan terheran-heran.

'Hoh ... nampaknya para dedemit itu kini telah musnah, yah .. aku tahu meskipun secara raga mereka telah sirna namun itu tidak untuk sukma dan roh mereka, karena seperti yang aku lihat itu tadi, kini sukma dan roh mereka telah berpindah ke tempat yang lain. Yah ... meskipun selama ini aku tidak pernah bermusuhan dengan para dedemit itu, namun sebenarnya kehadiran mereka di Padangkarautan ini juga bukan atas kemauanku,' begitulah bunyi dari ucapan hati Dewa Ndaru.

Bab berikutnya