webnovel

MSL - BAB 11

Aku masuk ke kelas dan menyadari kelas sedang ramai membahas ringkasan yang dikirim dosen untuk mereka. Itu benar-benar tulisanku yang sudah ada beberapa perbaikan di sana-sini. Kurasa Mr. Hudson benar-benar memakai tulisanku untuk dibagikan sebagai bahan ajar mahasiswanya.

Aku duduk dibangkuku dengan tidak sabar, menunggunya datang ke kelas dan mengajar kami sepeti biasa. Em . . . tidak biasa, karena ini minggu ketigaku kuliah dan kami baru bertemu dengannya sekali di awal kami kuliah. Minggu kemarin dia tidak datang dan memberikan kami tugas yang harus kami selesaikan secara online.

"Oh, how sweet." Stef benar-benar terkesima ketika membaca bahan ajar dari Mr. Hudson yang dikirim melalui email seluruh siswanya. "Sudah kubilang, dosen ini memang lain dari yang lain." Ujarnya sementara aku hanya tersenyum.

"Kau menerima emailnya?" Tanya Stef padaku.

"Ya, sama seperti yang kalian terima." Ujarku singkat.

"Dia benar-benar berbaik hati setelah menyiksaku dengan tugas berat minggu kemarin." Ujar Stef dan itu membuatku tersenyum dalam hati. Tugas online yang dia berikan memang sangat berat, karena seluruh siswa harus membaca buku yang kuringkas dan merangkum dua bab pertamanya. Tapi saat tugas itu diberikan pada kami, aku sudah menyelesaikan lima bab, jadi itu bukan masalah bagiku.

"Morning class." Suaranya terdengar begitu dia memasuki ruangan. Kali ini dia datang dengan setelan berwarna biru tua dan dasi yang terikat rapi di kerah kemeja putihnya. Dia terlihat sangat elegan dalam balutan busana formal sepeti itu. Bahkan rambutnya ditata sedemikian rupa, kurasa aku tidak pernah melihat fashion stylist di rumahnya, tapi dia selalu terlihat fashionable.

"Morning Sir." Jawab seluruh kelas.

"Ok, kalian sudah menerima rangkuman hingga bab lima bukan, sementara kalian baru selesai mengumpulkan tugas hingga bab dua." Ujarnya deras, kami semua berfokus padanya dan tidak ada satupun yang berkomentar.

"Aku ingin kalian memakai sistem seperti itu, mempelajari sesuatu jangan hanya karena seseorang menuntutmu untuk sampai ke batas minimal, tetapi kalian harus mencapai batas maksimal kalian masing-masing." Katanya sekali lagi.

Tidak ada basa-basi, dia langsung membahas tentang materi perkuliahan. Tatapannya ketika mata kami tak sengaja bertemu juga terasa sangat wajar, seolah kami tidak tidur dalam satu atap setiap weekend. Seolah dia tidak pernah mencium bibirku, dan seolah aku tidak pernah memimpikannya dalam setiap tidur malamku.

Aku mencatat hal-hal penting yang dikatakan olehnya di atas buku catatanku, dan mencatat satu hal penting dalam kepalaku "Aku adalah mahasiswi yang tersihir dan jatuh hati pada dosenku yang mungkin menganggapku gadis ingusan. Itu saja."

Aku sudah menyelesaikan separuh bab lebih, dan akan mencicilnya setiap malam tanpa harus kerumahnya, dan saat akhirpekan tiba aku akan selesai hingga bab ke enampuluh, setelah itu aku akan mengembalikan semua yang dia pinjamkan dan kembali ke hidup normal. Mungkin itu lebih baik, karena seperti ini membuatku tersiksa, aku menyukai apa yang tidak mungkin bisa ku raih.

***

Perkuliahan dua jam berakhir dan saat melihat dia meninggalkan kelas, selalu membuat hatiku hancur. Seperti seorang kekasih yang ditinggalkan begitu saja rasanya, padahal aku hanya mahasisiwi dan dia dosenku. Tapi hari ini, kuliah seninku menjadi tidak menarik karena ditutup dengan Lolita yang mengejar Mr. Hudson hingga ke pintu dan menanyakan sesuatu entah apa itu tapi tubuhnya mendekat kea rah Mr. Hudson dengan sagat manja kurasa. Bahkan dia terkikik dan Mr. Hudson tersenyum melihat tingkah gadis itu, sementara aku, rasanya tenggorokanku terbakar melihat semua kejadian itu di depan mataku.

***

Bab berikutnya