webnovel

Iridescent

BRUK!

Minju menabrak seorang pria dan tersungkur. Ia kini merasakan sedikit sakit di bagian lututnya. Minju mendongak, berusaha melihat siapa yang ia tabrak.

Karena sinar matahari yang jatuh tepat di papan mukanya, ia tidak bisa melihat wajah orang itu dengan jelas. Lama kelaman sinar itu terhalang oleh orang itu dan kini penglihatannya semakin jelas.

Ia melihat seseorang yang mempunyai paras yang sangat tampan dan dingin. Ia kini berdecak mengagumi pahatan Tuhan yang sangat sempurna berada di depannya.

Minju bahkan seketika lupa, bahwa ia baru saja menubruk seseorang dan malah terpaku diam menikmati setiap detiknya ia melihat wajah itu yang sangat mempesona.

Detik kemudian ia mulai sadar dan bangkit. Dengan wajah yang bingung dan gugup, Minju berusaha meminta maaf dan membuka mulutnya, tapi entah mengapa lidahnya kini menjadi kelu.

Ia menemukan dirinya yang bungkam dengan tatapan yang sangat konyol.

"Ck!"

"Aku yakin kedua bola matamu itu masih berfungsi!"

Mendengar itu, Minju kini mengerutkan keningnya. Bibirnya mengerucut.

Memang benar, Tuhan adil. Setidaknya wajah itu hanya selimut halus dari perlakuaan Pria itu. Dia bahkan bisa menilik bagaimana sifat Pria yang berdiri di depannya hanya dengan sebuah perkataan yang keluar dari mulutnya.

"Maaf"ujarnya pelan sembari menunduk,

"Minggir!"Minju kembali tersungkur karena Pria tadi mendorong tubuhnya cepat. Rasa sakit yang tadi berubah menjadi denyutan yang sangat menganggu di lututnya.

"Sombong sekali dia!"

Minju sesekali meracau dan terus berjalan dengan satu kakinya yang di geret.

Rekaman di kepalanya terus mengulang kejadian tadi. Dia menemukan pria itu sangat-sangat berkarisma. Tatapan tajamnya, suaranya yang berat juga lembut di waktu bersamaan, kulit putih porselennya, dan garis tegas rahangnya. Itu semua sudah merupakan deskripsi dari lingkup sempurna yang pernah ia temui dalam kesempurnaan sampul fisik seseorang.

**

"Hmm"

"Rasanya aku tidak melihat luka di lenganmu kemarin,"

Minju tertawa pelan lalu menghela nafasnya dalam.

"Aku baru saja mendapatkannya"jawabnya ringan. Sementara Ryujin hanya heran dengan luka itu dan bertanya apa yang terjadi.

Minju kembali menarik nafasnya dan mengingat kejadian tadi

"Tidak ada yang terjadi aku hanya terjatuh."

Mendengar jawaban Minju, Ryujin mengangguk saja.

"Oh ya? Bagaimana kalau pulang sekolah nanti kita ke toko rotimu? Aku ingin sekali mencobanya."Ryujin hanya menjawabnya dengan anggukan dan tersenyum hangat kepada teman barunya itu.

Saat itu juga dia menyadari sesuatu. Ia sudah menemukan sesosok figur teman yang bisa menerimanya dalam kondisi apapun.

Tidak lama kemudian seorang murid laki-laki memasuki area kantin.

"Ryujin, siapa nama cowok itu?" Minju menunjuk seseorang di depan sana, Ryujin mengikuti arah yang dituju temannya.

"Ha? Kamu gatau dia?"

Minju menggeleng dan tertawa pelan, "gatau lah, Apa kamu lupa kalau aku anak baru disini?"

"Minju,dia Hyunjin,putra pertama dari seorang pemegang saham terbesar di sekolah ini. Ku dengar ayahnya adalah pemilik Ltc.co"

"Maksudmu perusahaan minyak terbesar di Asia LTC itu?"

Ryujin mengangguk,

"Oh.."

"Hanya "oh" ?"

"Dia itu keren tapi pendiam, sombong, dan tidak punya perasaan"tambah Ryujin yang hanya di jawab senyuman tipis oleh Minju. Ia sudah tahu itu dari pertama kali ia berhadapan dengannya. Benar-benar dingin dan tidak berperasaan.

"Hyunjin juga punya….."

Belum selesai perkataan Ryujin selanjutnya, Minju langsung memotongnya

"Sudah-sudah. Aku tidak ingin mengetahuinya lebih lanjut. Ayo kembali ke kelas !"

Minju dan Ryujin berjalan menuju kelasnya sembari berbincang. Ketika Ryujin membuka pintu kelas ia melihat sejumlah gadis populer yang sedang berbincang. Seakan tidak peduli dengan apa yang dilihatnya, Ryujin dan Minju melewati segerombolan gadis populer tersebut.

"HEY MISKIN!" ucap salah satu dari mereka yang bernama Nancy.

"Bisa bertahan juga ya. Tidak pantas pedagang roti sekolah disini dan aku masih bingung kenapa kepala sekolah menerima orang lusuh sepertimu" Ucapnya lagi sembari mengambil satu kantong plastik besar disampingnya.

"Hei! Apa menu hari ini?" tanya gadis disebelahnya yang diketahui bernama Jooe. "Lihat saja" Jawab murid sebelah Jooe yang diketahui bernama Minnie.

Minnie mendekati dan mendorong Ryujin hingga terjatuh.

Sekelompok anak muda tersebut tengah membuat lingkaran mengelilingi Ryujin dan Minju. Ryujin telah terjatuh.Ia menunduk dan mengepalkan tangannya sedangkan Minju berusaha melindungi Ryujin dari mereka yang terus melayangkan, telur, terigu,dan air kotor serta mengatakan kata-kata yang kasar.

"KAU BAHKAN HANYA BEASISWA DISINI!"

"TIDAK SEBANDING DENGAN KAMI!"

"ENYAHLAH!"

Hati Minju terus tersayat dengan tipis mendengar semua omongan mereka kepada Ryujin. Ia tidak bisa membendung air matanya lagi. Semuanya jatuh begitu saja. Seragam mereka kini benar-benar kotor. Bau telur yang sangat menyengat juga menyelimutinya.

"TUKANG ROTI TIDAK PANTAS DISINI!"

Salah satu dari mereka langsung mengambil gelas yang ada di meja guru dan melayangkannya juga ke arah Ryujin. Karena permukaan gelas yang sedikit licin, lemparan itu meleset dan mengenai wajah Minju ,sehingga darah yang ada di kepalanya merembes jatuh.

Ia benar-benar tidak bisa mengatasi ini.

Minju yang sudah tidak tahan melayangkan pukulan kepada salah satu dari mereka.

Saat Minju melayangkan pukulannya tepat seorang guru membuka pintu kelas tersebut.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN!?"

"KIM MINJU KE RUANGANKU SEKARANG!"

**

Dilain sisi,

Terdapat seorang laki-laki yang bersandar di tembok pagar Seoul National HighSchool siang itu. Sekilas ia melirik teman-temannya yang sedang sibuk bernegoisasi dengan beberapa guru yang tampak melarang mereka untuk masuk.

Laki-laki itu berseragam Hanlim Art School dengan nametag bertuliskan Choi Yeonjun.

Sudah hampir setengah jam Yeonjun dan teman-temanya dari Hanlim Art School menunggu didepan sekolah megah itu untuk kunjungan klub basket. Akan tetapi, mereka mengalami kendala di pintu masuk. Seharusnya mereka melakukan latih tanding tetapi dikarenakan miss komunikasi diantara guru, mereka harus tertahan disana.

Yeonjun melihat salah satu temannya kembali yang menandakan ia sudah selesai bernegosiasi dengan guru olahraga di sekolah tersebut.

"Bagaimana keputusannya?" tanya Yeonjun kepada temannya yang diketahui bernama Soobin.

"Mereka menyetujuinya, tetapi pertandingan akan dimulai sore nanti setelah jam pulang sekolah" jawab Soobin.

"Kita menunggu disini atau kembali ke sekolah?" tanya salah satu temannya yang bernama Beomgyu.

"Ya! Ini kesempatan kita untuk tidak mengikuti pelajaran terakhir dan kau ingin kembali ke sekolah?!" ucap Yeojun sedikit berteriak.

"Hei tenanglah! Kita diizinkan untuk memakai lapangan basket sekolah ini selagi menunggu pertandingan sore nanti" Jawab Soobin

"Wahh kau memang sangat pintar dalam bernegosiasi Soobinie"ucap Yeonjun bersemangat sambil merangkul pundak Soobin.

"Ayo teman-teman!"

Tujuh laki-laki yang terdiri dari Yeonjun, Soobin, Beomgyu, Kai, Jeongin, Seungmin, dan Junkyu segera menuju ke lapangan basket sekolah tersebut.

Setelah 15 menit mereka menyusuri sekolah itu,

"Ya! Aku benar-benar capek. Hei Soobinie jalan yang kita lalui benar kan?!" Ucap Yeonjun yang sudah terlihat kelelahan.

"Hyung ini tahun terakhirmu jadi murid SMA.Tidak salah lagi, kau memang sudah tua" ucap Kai sambil tertawa membuat yang lainnya tertawa mengejek Yeonjun.

Diantara mereka memang Yeonjun yang paling tua. Sebenarnya di tahun terakhirnya ia tidak dianjurkan sekolahnya mengikuti kegiatan non akademis apapun. Akan tetapi, Yeonjun merasa kesempatannya untuk mendapatkan uang dan melanjutkan ke jenjang selanjutnya adalah dengan basket. Karena nilai akademisnya di bawah rata-rata, sudah tidak mungkin lagi mengikuti jalur beasiswa.

"YA!YA!YA! Awas kau ya jika ada apa-apa jangan datang kepadaku!" ucap Yeonjun dengan menghentakan kedua kakinya.

"Hyung kita hanya bercanda jangan terlalu pemarah jika kau tidak ingin jadi kakek tua" ucap Junkyu yang membuat teman-temannya tertawa lagi.

"YA! Kalian benar-benar ya! Sudahlah aku mau ke toilet di depan sana daripada harus bersama kalian. Jalan duluan saja!"

"Hyung kau tau jalan ke lapangan?" tanya Soobin

"Tenang Soobinie"

"Aku tidak tahu, tapi aku sudah tidak bisa menahannya" ucap Yeonjun

"Kau dengan yang lainnya duluan saja nanti aku bisa bertanya murid atau satpam sekitar sini" lanjut Yeonjun

"Baiklah. Ayo teman-teman!" ajak Soobin.

***

"Wahh aku benar-benar lega" Ucap Yeonjun setelah keluar dari toilet.

"Baru pertama kali aku merasakan toilet bintang lima. Sekolah ini benar-benar keren"

Setelah keluar dari toilet Yeonjun hanya diam berdiri di depan toilet tersebut. Ia benar benar bingung jalan mana yang harus dilewati.

"Ke kanan atau kiri ya?" gumam Yeonjun.

Yeonjun pov

Setelah berjalan kesana-kemari aku benar benar tidak menemukan dimana lapangan basket berada. Saat ini jam pelajaran sedang berlangsung memang tidak ada murid atau guru yang berada di luar kelas. Bodohnya aku menyuruh yang lainnya duluan.

"benar-benar bodoh Yeonjun-ah"

"Soobinie selamatkan aku"

Aku terus berjalan menyusuri sekolah ini. Tidak lama kemudian, setelah melihat hal yang berada dihadapanku, aku benar-benar ingin menangis saja.

"Ibu...."

Aku merasa mataku ingin copot. Di hadapanku kali ini adalah lapangan golf. Aku tidak berbohong INI LAPANGAN GOLF. Sekali lagi, LAPANGAN GOLF!!. Sekolah ini benar-benar gila. Aku tahu orang kaya memang bisa melakukan apa saja, tapi…. Ah sudahlah aku tidak ingin memikirkannya.

Aku Kembali ke tempat tadi saja.

"Tunggu…."

"Sebentar…"

"hmm…."

"AKU TIDAK INGAT JALAN YANG KULALUI"

"Ibu selamatkan aku huaaaa!!" Aku benar-benar putus asa sekarang.

PUK

"hmm, nak kau kenapa?"

Aku merasa ada yang memegang pundakku dan segera membalikan badanku.

Benar-benar rezeki anak sholeh aku melihat satpam dihadapnku sekarang. Aku benar-benar ingin menangis bahagia.

"Kau tidak apa-apa kan?Kau bukan murid sekolah ini? Aku tidak pernah melihatmu" tanya satpam itu kepadaku.

"Aku dari Hanlim. Tadi aku ingin ke lapangan basket untuk mengikuti pertandingan, tapi aku tersesat" jawabku.

Satpam itu mengangguk "Baiklah Ayo kuantar"

Author POV

Kali ini Yeonjun berjalan menuju lapangan basket. Ia berjalan dengan seorang satpam di depannya. Sambil berjalan, ia melihat-lihat keadaan sekolah ini.

"Wow" Kata itu selalu keluar dari mulutnya saat mengamati koridor sekolah tersebut.

Akan tetapi, tidak lama kemudian

"Eh dia kenapa?" Langkah Yeonjun terhenti dan melihat ke arah jendela yang berhadapan dengan tempat parkir sekolah tersebut. Yeonjun melihat seorang murid perempuan yang ditarik oleh pria berjas. Pandangannya tidak lepas dari murid perempuan tersebut. Ia terus mengamatinya hingga..

"Hei! Kau mau kutinggal?!" Kata satpam itu setengah berteriak.

"Maaf pak" Ucap Yeonjun setengah berlari menyusul satpam itu. Kakinya terus berjalan tetapi otaknya benar-benar memikirkan apa yang terjadi dengan perempuan tadi.

Saat melihat matanya, ia merasa..

Hanya ada rasa takut, putus asa, dan amarah disana.

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

aurelllrcreators' thoughts
Bab berikutnya