"Takahiro-samaaa, aku bisa sesak nafas kalau terus di peluk begini!" rengek Kanae. Awalnya ia pikir bahwa moment bersama Takahiro hanya tentang melepas rindu sejenak lalu kembali ke kamarnya.
Pemikiran polos itu ternyata salah.
Takahiro sama sekali tak melepaskan Kanae. Ia tak membiarkan Kanae pergi dari kamarnya.
Meski ogah-ogahan Takahiro akhirnya melepaskan pelukannya dari tubuh Kanae.
"Ada apa denganmu Takahiro-sama?" ekspresi khawatir tergambar jelas di wajah Kanae. Mata coklat terangnya menatap lekat Mata gelap milik Takahiro.
"Apa kau tak merindukan aku, Kanae?" suaranya pelan. Tapi Kanae bisa mendengarnya.
"Aku.. rindu." wajah putih Kanae kembali bersemu, "tapi tak baik jika malam-malam begini aku masih berada di kamar Takahiro-sama. Ini sudah hampir tengah malam." Ucap Kanae dengan polosnya.
Takahiro tersenyum dan meraih bagian belakang kepala Kanae, mendekatkannya pada wajahnya. Kanae terkejut matanya membola jantungnya kambali berisik.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com