Aku berjalan pelan bersama dengan lautan manusia di penyebrangan Shibuya, mereka sibuk dengan diri mereka sendiri dan pikiran-pikiran mereka yang mudah sekali di tebak. Lalu Jokerku yang ke 300 muncul dihadapanku, jaraknya 1 meter bersebrangan denganku. Dia ingin menyebrang ke sisi yang berbeda, seorang gadis SMA berkacamata.
Jaraknya denganku makin menipis, lalu saat kami berhadapan matanya yang gelap melihatku terkejut, mengangguk sebentar untuk ganti kata maaf lalu berlalu. Dengan kecepatan yang tidak bisa kau bayangkan, gun sudah ada di tanganku, titik bidikku di kepala bagian belakang. Tanpa menoleh aku menembak tepat di bagian itu.
Akane Mori, Joker ke 300. Sudah!.
Tubuhnya tumbang di tengah-tengah kepadatan manusia yang menyebrang. Semua panik, beberapa laki-laki menariknya ke sisi jalan. Aku? Tentu saja pergi. Tugasku sudah selesai.
Tapi sesaat sebelum aku menghilang peluru dari kejauhan hampir mengenaiku. Aku reflek menghindar, berguling ke depan. Aku belum bangkit, mencoba mencari asal dari bidikan itu. Aku yakin ini ulah Owl. Si sniper yang sama seperti saat itu.
Orang-orang tampak seperti melambat, lalu tiba-tiba seseorang berbadan besar dengan dua pedang besar terjatuh di hadapanku. Kerusakan yang dibuat tidak akan berarti bagi dunia nyata, secara otomatis ini akan ter-recovery. Kembali pada asalnya.
Tapi, jika manusia terkena serangan dari senjata ku atau orang besar itu, mereka akan mati. Aku harus mencari tempat sepi!
Sial! Mau apa para Owl tidak tahu diri itu?! Menyerangku di tempat ramai! Aku tidak tahu apa tujuan mereka, tapi jarang sekali para Owl menyerang Karasu. Mereka biasanya lebih fokus menghentikan masa hidup Joker. Atau bahkan, sibuk menjelma menjadi manusia dan lupa diri.
Aku berlari mencoba memancing, ke arah tempat lapang yang cukup sepi. Taman Ueno! Tapi ternyata kecepatan orang besar itu cukup mengerikan, dengan pedang besar di tangan kanannya, ia hampir menebasku sambil berlari.
Aku menunduk, berhenti lalu melompat ke arah belakang. Baru saja menarik nafas, tembakan beruntun dari jauh memberondong setiap arah di sekitarku, pergerakan ku terkunci. Aku habis akal!! Sial!
"Karasu manja!" Orang besar itu bersuara, badannya penuh otot, kulitnya sedikit gelap dan berkilat terkena cahaya. Dia bertelanjang dada, hanya menggunakan celana oversize, yang pinggangnya diikat dengan tali besar. Rambutnya diikat kencang kebelakang seperti samurai jaman Heian, Wajahnya benar-benar menampilkan ketidak ramahan.
"Mau apa kalian para Owl?!" Nada suaraku sangat mengancam. Aku memasang kuda-kuda, tangan kananku sudah meraih Gun di dalam mantel "Dimana rekanmu itu?!"
"Aku disini" suara wanita dari arah belakangku membuatku reflek berbalik dan menodongkan senjataku. Dia tersenyum, perlu beberapa detik untukku menyadarinya, bahwa Owl yang menembakan senjata jarak jauh itu adalah Mikicchan?!
Wanita 30 tahun yang terlihat seperti anak SMA, yang bekerja pada bibi penjual ramen. Kenapa aku tidak menyadarinya?!
"Halo pekerja keras" dia menyapa dengan senyum arogan, kedua tangannya ia angkat tanda menyerah padaku. Aku tidak melihat senjatanya. Pasti akan sangat merepotkan membawa senapan besar itu, tapi aku tidak yakin dia adalah petarung jarak jauh. Jadi, aku tidak boleh lengah.
"Apa yang kalian inginkan? Kenapa menggangguku?" Aku berusaha tenang. Tapi, sisi belakangku terbuka dan disana si besar itu memegang senjata mengerikan. Entah ini kata sial yang keberapa aku ucapkan. Tapi sungguh sial memang.
"Aku ingin the Book of Joker milikmu, aku harus mengabulkan sebuah permohonan" enteng sekali!! Dia bicara seakan meminta minuman kaleng.
Apa yang harus aku lakukan ya? Aku terdesak. Jujur saja aku punya dua gun di saku mantelku, tapi.. kemampuan bertarung orang besar itu kurasa jauh diatasku. Lalu si Mikkcchan ini, mungkin juga sangat merepotkan. Dia terlihat percaya diri. Dan aku tidak suka itu!
Tiba-tiba si besar itu melempar salah satu pedang besarnya ke arahku, aku menunduk serendah mungkin. Sialan! Ternyata dia mengecoh ku, pedang itu ditangkap dengan sempurna oleh Mikicchan dan orang besar itu mulai berlari ke arahku.
Aku mengumpulkan tenaga pada lututku dan berlari secepat mungkin, mereka berada di belakangku. Tepatnya disisiku, mereka ingin menyerang bersamaan. Aku berputar, dan menangkis pedang besar si besar dengan Gunku, bersamaan dengan itu aku menendang pedang si mikicchan dengan kaki kananku.
Mikicchan sedikit terkecoh dan diam sejenak. Si besar berlari kesisinya, ia bersiap kalau-kalau aku menembakan Gunku kearah Mikicchan. aku masih dengan kuda-kudaku yang tidak sempurna. Jujur saja kakiku sedikit terluka, pedang itu tajam dan tebal. herannya si mungil mikicchan itu bisa dengan mudahnya mengayunkan pedang sialan itu.
Dari sini aku tahu, akuransi kemenangan milikku hanya 45%. mereka berdua terbiasa bertarung. sial! sial!!
"Menyerah saja, Karasu" Si besar yang tampak seperti beruang Grizzly itu bersuara, gemeretak giginya terdengar sampai ke telingaku. aku bergidik ngeri. berpikir mungkin saja, dia bisa menghancurkan kacang kenari hanya dengan giginya.
"Aku punya senjata yang menguntungkanku dengan jarak jauh, kalian harusnya sadar" dua gun yang sudah siap aku lepaskan pelurunya kapan saja aku arahkan kepada mereka berdua.
titik bidikku tepat di dahi Mikicchan, dan dada si besar.
Sekali lagi, si besar melemparkan pedangnya kearahku. Aku menghindar, dan terus menembakinya yang berlari memutar. Dia cepat sekali! peluruku tidak ada yang mengenainya, dia mencoba menjadi umpan. Aku tahu!! dengan cepat aku menoleh ke arah belakang dan menembak mikicchan yang sejengkal lagi menebas kepalaku. Dia tersungkur, lalu pukulan keras menghantam dada sebelah kiriku. aku terpelanting , cukup jauh dari tempat awal.
ini sakit! sakit sekali!
Aku memuntahkan darah, aku tidak suka bertarung!!
Sementara si besar sibuk dengan mikicchan yang masih tersungkur dan mengerang, aku mengusap darah yang masih mengalir di ujung bibirku, aku menitik pusatkan tenagaku. rasa sakitnya benar-benar menggangguku. Karasu dan Owl memang tidak terpengaruh dengan luka fisik saat berhadapan dengan manusia, tapi jika sesamanya? luka itu cukup lumayan untuk menghancurkan satu sama lain. jika titik inti dan vital terkena serangan vatal maka akibatnya kami akan musnah. titik inti Karasu dan Owl sama dengan jantung manusia, begitu pula titik vital.
Dan kalau aku manusia, saat ini kurasa tulang rusukku patah, dan paru-paru kiriku hancur.
selama aku tidak musnah, luka-luka ini akan sembuh esok hari.
Aku tidak mengerti kenapa Mikicchan tidak juga bangun, aku tidak yakin menembak bagian mana tubuhnya. ini kesempatanku! Aku terpejam, mencoba memikirkan tempat aman untuk melarikan diri. Oh iya! Senjata Mikicchan! Dimana dia meletakkan senjata itu?
Radarku mencarinya dan menemukannya hanya hitungan detik. Aku terpejam dan berpindah ke tempat itu. Sebuah atap gedung tinggi tidak jauh dari persimpangan Shibuya. Dengan salah satu gun, aku menembakan beberapa peluru kearah senapan besar itu. Pada bagian-bagian yang menjadi tumpuan untuk bagian yang lain. Senapan itu jatuh dan terlepas satu sama lain. Kalau kau mencobanya di dunia manusia ini takkan terjadi, karena peluruku istimewa aku bisa melakukan apapun.
Tidak lama, mereka sudah ada di atas sini. Menyusulku. Mikicchan tampak marah melihat senjata kesayangannya rusak. Setidaknya untuk beberapa waktu dia takkan mengangguku dengan senapan jarak jauhnya. Itupun kalau aku selamat dari pertarungan ini.
***