webnovel

NGGAK PUNYA URAT MALU

Mendengar keributan di ruang depan Calista bergegas meninggalkan dapur dan juga rissotonya. Dia paling tidak suka jika mendengar ribut-ribut, apa lagi ia mendengar suara Arasy sudah melengking tinggi. Dan, saat melihat siapa yang sudah membuat keributan, wajah Calista pun merah padam seketika.

"Heh, kau tidak punya sopan santun membuat keributan di rumah orang lain?!" hardik Calista. Saat melihat Calista yang muncul sambil melotot sang trouble maker langsung menciut seketika.

"Aku hanya mencari Dom, aku ke rumahnya tapi Markonah bilang dia di rumah orangtuanya. Jadi, aku kemari. Tapi, Tante galak ini bilang Dom nggak ada di rumah, bohong banget, kan."

"Heh, tukang onar kau punya jam kan? Percuma merk Chanel jika tidak bisa menunjukkan waktu dengan akurat. Ini jam berapa? Kau pikir kakakku pengangguran yang tidak bekerja sehingga dia harus diam di rumah selama 24 jam?!"

"Tapi, katanya kaki Dom retak."

"Sudah sehat sejak lama, kau terlambat. Jadi, dari pada aku panggil polisi untuk mengusirmu lebih baik kau pergi dari sini!"

"Nggak sopan, aku ini calon kakak iparmu, tau!"

Calista dan Arasy saling pandang, ia melihat Tantenya itu sudah menggepalkan tangan saking emosinya. Perlahan Calista menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan.

"Coba kau katakan sekali lagi. Kakak ipar, katamu?! Siapa yang mau menjadikanmu istri? Dom? Menatapmu saja dia sudah muak, apalagi menjadikanmu istri. Jangan mimpi! Hubungan kalian sudah lama selesai. Dan, kehadiranmu tidak diterima lagi di sini!"

Gadis itu, yang tak lain adalah Kezia menghentakkan kakinya, ia ingin melawan tapi, ia tau bahwa adik Dominic yang satu ini galak luar biasa. Hingga Kezia pun memilih untuk angkat kaki. Tanpa permisi dan mengucapkan salam lagi ia langsung berbalik dan segera masuk ke dalam mobilnya. Kemudian langsung berlalu dari halaman rumah Calista.

"Itu yang namanya Kezia ya, Non?" tanya Laela yang berdiri di belakang Calista.

"Iya, dia itu Kezia Verona, mantan kak Dom."

"Saya nggak nyangka aslinya cantik begitu. Saya kira hanya di layar televisi saja dia cantik. Ternyata aslinya juga cantik. Saya jadi minder, non."

"Minder kok sama 'sampah', sih. Mantan itu buat dibuang ke tempat sampah. Udah jadi sampah, ngapain di pungut lagi. Cantik tapi hasil operasi buat apa, La. Kau pikir dulu dia secantik itu?"

"Saya baru kali ini melihatnya, Non."

"Dia memang tidak pernah Dom bawa kemari, La. Mami mana suka sih sama Kezia. Sejak awal Mami tau kak Dom berhubungan dengan Kezia, Mami sudah melarang. Kak Dom saja yang keras kepala. Udah, ah aku mau makan, ayo kita masuk, Tante."

Calista pun segera mengamit tangan Arasy dan mengajaknya ke ruang makan.

"Aku bikin rissoto, kita makan yuk."

"Wah, mau dong," sahut Arasy.

Tapi, saat tiba di ruang makan, Calista langsung mencebik kesal karena Aruga tanpa rasa bersalah menghabiskan rissoto yang Calista buat tanpa sisa.

"Ya ampun,Om. Kok dihabiskan?" protes Calista.

"Siapa suruh, kok buatnya cuma sedikit. Pas banget hanya dua piring."

"Emang niatnya buat aku sama Tante Arasy. Ish, Om ini ampun deh."

"Saya buatkan lagi saja, ya Non. Bahannya kan masih banyak," kata Laela.

"Bisa kan caranya?" tanya Calista.

"Bisa, kok."

"Ya sudah, tolong ya La. Aku udah malas mau bikin lagi. Om Aruga ni, nyebelin banget deh," rajuk Calista sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ya, maaf Cal. Abis harumnya menggoda sih, jadinya perut Om tiba-tiba laper," kata Aruga membela diri. Calista hanya menggelengkan kepalanya.

Sementara itu Dominic baru saja selesai meeting saat asistennya memberi tau ada seseorang di ruangannya. Merasa penasaran, ia pun cepat-cepat menuju ke ruangannya. Dan, saat ia melihat siapa yang datang ia langsung memasang wajah yang dingin

"Mau apa ke sini?"

"Menemani calon suamiku kerja."

"Apa aku tidak salah dengar? Calon suami dari Hongkong? Sudahlah Key, semua sudah selesai. Selama ini aku sudah banyak mengalah dan mencoba bersabar menghadapi kelakuanmu. Sekarang maaf, aku juga ssbentar lagi akan menikah. Papi dan Mamiku beberapa hari lagi pulang ke Jakarta dan mereka akan melamar calon istriku secara resmi. Dan yang jelas itu bukan dirimu. Lebih baik sekarang kau pulang Key."

"Mana bisa begitu, Dom. Kau mencintai aku kan?"

"Cinta itu sudah lama menguap saat kau mengkhianati aku."

"Itu hanya akting, Dom."

"Akting? Jika memang hanya akting kau akan mengejarku dan langsung menjelaskan. Tapi, selama beberapa bulan kau mana ada datang padaku. Kakiku di gips saja kau tidak tau, kan?"

. Kezia terdiam, tadinya ia memang akan mengikhlaskan hubungannya dengan Dominic kandas begitu saja. Terlebih Erza yang menjadi lawan mainnya tampak serius menjalin hubungan dengannya. Tapi, siapa yang tau lelaki blesteran Jerman itu ternyata hanya ingin bermain-main saja. Hanya ingin mencicipi tubuhnya dan setelah itu dia hinggap di bunga yang lain. Kezia menyesal sudah percaya dan memberikan kehormatannya begitu saja. Dan, kali ini dia mengejar kembali Dominic karena Kezia tau bagaimana keluarga Dominic. Jika ia bisa menikah dengan Dom karirnya pasti akan lebih baik dan yang pasti dia akan kembali memiliki kekasih. Lagipula Dominic lah yang telah mengambil kesuciannya dulu meskipun ia yang sudah menjebak Dom dengan obat.

Kezia perlahan bangkit dan memeluk Dominic dari belakang.

"Apa kau tidak ingat setahun lalu kau yang sudah mengambil kesucianku?" tanya Kezia lirih. Dominic menghela napas, sungguh jika ada hal yang membuatnya menyesal adalah kejadian malam itu. Di mana ia tidak bisa mengontrol emosi dan hasratnya.

"Aku ingat, dan aku menyesal. Tapi, kau juga harus ingat bahwa kejadian itu kau yang menciptakan, Key. Kau yang sengaja memasukkan sesuatu ke dalam minumanku, kan?"

"Iya, aku memang sengaja karena kau terlalu kolot. Padahal melakukan hubungan suami istri begitu di jaman sekarang sudah hal biasa. Tapi kau bersikeras tidak mau, jadi aku terpaksa mencampur minumanmu dengan obat supaya kau mau melakukan itu denganku. Dan, kau tau permainanmu di atas ranjang itu luar biasa Dom. Apa kau tidak mau mengulanginya lagi?"

Dengan sengaja Kezia membuka kancing kemeja yang ia pakai sehingga memperlihatkan sebagian miliknya yang putih mulus. Dominic yang melihat hal itu jelas langsung meradang.

"Key, keluar dari ruanganku sekarang, keluar!' serunya.

"Tapi, sayang..."

"Keluar! Sebelum aku panggilkan security dan besok akan muncul berita di infotainment seorang artis diusir security!" seru Dominic dengan kesal.

"Baik, kali ini aku kalah, tapi aku jamin kau akan kembali ke dalam pelukanku lagi," kata Kezia. Gadis cantik itu pun segera meraih tasnya dan keluar dari ruangan Dominic.

"Sudah tidak waras wanita itu, aarhhg! Kenapa harus terjadi hal naas di malam itu!" geram Dominic dengan kesal.

Ingatannya melayang ke malam tahun baru setahun yang lalu. Ia dan beberapa orang kawan Kezia merayakan pergantian tahun di villa. Dan entah mengapa malam itu tiba-tiba tubuhnya terasa panas. Dan, saat Kezia mengantarkan ke kamar, ia tidak mampu menahan untuk menyentuh kekasihnya itu, bahkan ia mengambil kesucian Kezia. Entah berapa kali meraka melakukannya yang jelas di pagi hari saat ia terbangun Kezia berada dalam pelukannya dan mereka polos tanpa mengenakan apapun. Dan yang membuat Dom syok adalah saat melihat darah di atas sprei yang artinya ia sudah merenggut kehormatan gadis yang menjadi kekasihnya itu. Tapi, bukannya menyesal, Kezia waktu itu mengakui bahwa dia yang mencampur obat ke dalam minumannya.

"Jika Laela tau bahwa aku pernah melakukan hal itu, apa dia akan marah?" gumam Dominic sambil memijit dahinya.

Bab berikutnya