Masih seputar pengalaman di masa SMA, kali ini saya ingin membagikan cerita misteri yang saya dan beberapa teman alami sendiri.
Sewaktu SMA selain aktif di klub renang saya juga ikut bergabung ke dalam ekskul perhimpunan bela diri di sekolah, sebutannya Perdisma. Kok bisa? Ya karena diajak gabung oleh sobat baik saya, sebut saja inisialnya B, biarpun saya cuma punya bekal sabuk putih karate, itu juga jaman SMP.
Nah, enaknya ikut ekskul yang ini, setiap kali sekolah mengadakan acara keramaian terutama yang ada acara menginap di sekolah, kemah pramuka misalnya, pasti anak-anak anggota Perdisma ikut ditugaskan jaga malam. Dan saya hampir selalu ikut kalau urusan jaga malam begini. Jiwa muda bin ganjen jaman SMA agar terlihat keren dan macho oleh para kaum hawa adik-adik kelas. Hihihi...
Suatu malam saat ada acara perkemahan pramuka di sekolah dan seperti biasa beberapa anak Perdisma ditugaskan malam itu, termasuk saya (oh pasti). Sebagian berjaga di gerbang depan sekolah sedangkan sebagian lagi berkeliling di dalam area sekolah. Nah, kebetulan saya mendapat bagian keliling bersama teman saya si B dan si AK.
Waktu itu para peserta kemah beristirahat di tenda masing-masing yang terletak di lapangan besar yang berada di tengah sekolah. Lapangan tersebut dikelilingi ruang-ruang kelas dan laboratorium, sedangkan toilet berada di salah satu sudut di belakang deretan ruang kelas.
Malam itu saya melihat banyak peserta bergantian berombongan ke toilet, terutama para siswi karena memang suasana di sekitar area toilet kurang bersahabat disebabkan penerangan yang minim dan lokasinya yang nyempil di sudut sekolah. Bersebelahan dengan gudang penyimpanan kursi meja kalau saya tidak salah ingat.
Kami bertiga berkeliling sampai sekitar jam tiga dini hari sambil merokok dan mengobrol ngalor ngidul. Beberapa saat kemudian kami berhenti beristirahat di dekat area toilet dan duduk di bangku yang ada di situ. Saat kami masih berjalan tadi, dari kejauhan kami melihat bayangan dua atau tiga siswi peserta perkemahan yang berjalan bergandengan ke toilet.
Selagi kami beristirahat ini, lewat lagi tiga orang siswa ke arah yang sama dan mereka sempat menyapa kami sebelum berlalu. Kami pun meneruskan obrolan kami. Namun tidak berapa lama kemudian, siswa-siswa ini berlarian keluar dari toilet. Wajah mereka pucat pasi.
Kami langsung menghampiri mereka, khawatir terjadi sesuatu. Ada pencuri atau ada peserta yang berkelahi, misalnya. Karena lokasi di belakang itu cukup favorit digunakan sebagai arena berantem.
Setelah kami tenangkan, dengan ketakutan mereka bercerita kalau saat mereka melewati ruangan toilet wanita, mereka melihat salah satu ruang terbuka dan terlihat sosok murid wanita berseragam SMA biasa atau putih abu-abu—peserta kemah memakai seragam pramuka—tengah berdiri di lorong menghadap ke arah toilet. Siswi berambut panjang itu kemudian melayang perlahan masuk ke dalam ruang toilet. Antara penasaran dan takut, mereka berbalik dan mengintip ke dalam ruang itu. Ternyata kosong!
Kemudian saat mereka hendak berbalik pergi, mendadak pintu toilet tertutup keras. Spontan saja mereka lari terbirit-birit.
Kami bertiga sebenarnya turut ketakutan mendengar cerita mereka, tetapi demi gengsi kami tidak menunjukkannya di depan mereka. Kami pun memberanikan diri untuk melihat langsung ke toilet tersebut. Lalu kami teringat para siswi yang mengarah ke toilet sebelum para siswa tadi, sampai saat itu mereka belum keluar melewati kami.
Kami bertiga plus para siswa tadi pun beramai-ramai menuju ke TKP. Kami melihat pintu toilet wanita dalam keadaan tertutup semua tetapi tidak terdengar suara air dari dalam seperti kalau toilet sedang digunakan.
Kami memberanikan diri mengetuk satu persatu pintu dan tidak ada jawaban. Kemudian kami mencoba membuka satu demi satu pintu toilet tersebut. Dan memang semua dalam keadaan kosong tidak ada siapapun di dalamnya. Kami ikut pucat saat itu. Karena jelas-jelas kami melihat ada beberapa sosok siswi yang berjalan menuju toilet tadi. Jadi, siapakah mereka..?!
Akhirnya demi keamanan dan ketentraman bersama, mereka kami suruh tutup mulut pada peserta lainnya. Lalu kami memanggil salah satu rekan Perdisma yang cukup mengerti hal-hal semacam ini untuk menemani berjaga di belakang.
Bahkan hingga pagi hari setiap ada siswa atau siswi yang menuju ke toilet pasti kami sorot dan terangi dengan senter dari kepala sampai kaki, khawatir mengambang jalannya. Dan mereka kami kawal sampai di dekat ruang toilet untuk memastikan mereka tidak pingsan ketakutan jika "siswi" tadi muncul kembali.
Memang kami pernah mendengar dari kakak-kakak kelas kami mengenai urban legend di sekolah yaitu sosok cewek berbaju SMA yang terkadang menampakkan diri di area toilet, namun kami juga tidak dapat memastikan kebenarannya.
Duh, saya tidak bisa meneruskan cerita ini. Tiba-tiba bulu kuduk saya merinding tidak karuan, seperti ada yang memperhatikan saya dari sudut ruangan kantor. Hiiiiiii.....