webnovel

[1] Diskusi liburan

"Yeeyyy!!" Suara imut milik seorang perempuan menggema di sebuah kamar.

Sia Arikuma, seorang perempuan berambut sebahu yang memiliki kulit putih bersih. Sia adalah seorang siswi kelas sepuluh di SMA ASMARA, sebuah sekolah menengah atas yang cukup terkenal. Sia termasuk mahasiswi teladan di sekolahnya. Ia adalah siswi yang terkenal di kalangan para guru karena otaknya yang pintar.

Setelah melakukan ujian akhir semester di sekolah selama seminggu, sekarang semua murid diliburkan selama sebulan. Sia tidak ingin menyia-nyiakan waktu liburannya hanya di rumah saja. Oleh sebab itu, ia mengajak temannya, Irma Atanasya, untuk pergi berlibur ke sebuah desa. Dan Sia senang karena jawaban yang Irma berikan.

Irma Atanasya adalah seorang siswi pemalu di sekolah. Irma memiliki rambut panjang sepinggang dan berwarna agak kecoklatan. Gadis ini menduduki peringkat pertama di kelasnya. Irma dan Sia berbeda kelas. Mereka berdua sama-sama terkenal di kalangan para guru karena pintar.

"Kapan kita akan pergi?" Irma mendudukkan dirinya di samping Sia yang sedang terduduk di kasur. Sekarang, mereka berada di kamar Irma.

"Bagaimana kalau lusa? Aku sudah tidak sabar ingin pergi, " Balas Sia. Ia sangat ingin pergi sekarang juga. Tapi tentu saja tidak bisa. Karena mereka harus mempersiapkan semua kebutuhan yang mereka perlukan.

"Kau terlihat senang sekali, Sia." Irma terkekeh melihat tingkah lucu Sia yang sangat tidak sabar ingin pergi berlibur.

"Tentu saja!" Kata Sia sangat bersemangat. "Oh iya, aku masih belum tahu kita akan pergi berlibur kemana. Irma, kau ada ide?".

Irma mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di dagu. Beberapa detik kemudian, ia menjentikan jarinya.

"Aku ingat! Kak Zayyan, kakakku pernah ke sebuah desa beberapa bulan lalu. Kalau tidak salah nama desanya adalah desa Krati. Katanya, desa itu masih sangat asri dan bersih. Sangat cocok untuk mengistirahatkan diri setelah belajar untuk ujian." Jawab Irma semangat.

Mata Sia berbinar-binar mendengar cerita Irma. "Benarkah ada tempat seperti itu?" Irma mengangguk untuk menanggapi pertanyaan Sia.

"Aku tidak menyangka di jaman sekarang masih ada desa yang seperti itu. Apalagi kalau mengingat polusi udara yang ada dimana-mana," kata Sia.

Sia merasa sedih, karena kota tempatnya tinggal sekarang tidak sebersih cerita neneknya dulu ketika sang nenek masih kecil. Dimana pada saat itu, pinggiran jalan dihiasi pohon-pohon yang rindang dan banyak lahan kosong yang berwarna hijau karena rumput memenuhi permukaan tanah. Sangat disayangkan, padahal kotanya itu termasuk kota yang indah. Tapi Udaranya kurang sehat dan tidak sedikit sampah berserakan di pinggir jalan. Bahkan tak jarang, walaupun ada baliho yang bertuliskan "JANGAN BUANG SAMPAH DI SINI!", tetap saja disekitar baliho itu terdapat sangat banyak sampah yang berserakan.

"Ya, aku pun tidak menyangka. Tapi, tidak banyak wisatawan yang ke sana. Padahal kalau didengar dari cerita kakakku, desa Krati termasuk destinasi tempat yang sangat bagus untuk berlibur," kata Irma mengingat-ingat kembali cerita kakaknya mengenai desa Krati.

"Benarkah? Mungkin karena desa Krati tidak terkenal?"

Sia termasuk orang-orang yang berpikiran rasional. Desa Krati sangat indah dan bersih. Tempat yang seperti itu tidak mungkin sepi wisatawan jika bukan karena tempat itu tidak terkenal.

"Sepertinya bukan." Kata Irma sambil mengingat-ingat kembali cerita kakaknya. "Oh, aku ingat sekarang!"

Sia mendekat pada Irma. Ia penasaran dengan apa yang akan Irma katakan selanjutnya.

"Kakakku pernah bilang bahwa desa itu terlihat sedikit aneh. Hawanya pun sedikit tidak enak. Selain itu, kabut selalu menutupi desa Krati kalau matahari tidak menampakkan diri. Bukan hanya pada malam hari atau pagi hari sebelum matahari terbit, tapi juga ketika matahari tertutup awan sedikit saja, kabut langsung menutupi desa." Irma bercerita panjang lebar. Ia menceritakan apa yang kakaknya ceritakan padanya secara detail.

"Hm, benar juga. Aku yakin kakakmu tidak hanya berlibur ketika berada di desa itu. Dia juga pasti membuat vlog. Kakakmu itu termasuk Youtuber terkenal, bukan? Kalau kakakmu membuat vlog di sana, pasti setelah itu akan ada banyak pengikutnya atau wisatawan yang berkunjung ke sana karena tertarik. Tapi desa Krati tetap sepi wisatawan setelah itu. Bisa jadi itu karena kakakmu menjelaskan keanehan desa tersebut lewat vlog yang ia buat. Sehingga orang yang menonton pasti akan merasa takut." Sia berpendapat. "Eh, tapi pasti ada juga yang tidak akan percaya sebelum membuktikannya sendiri."

Irma menganggukkan kepala mengerti dengan penjelasan Sia. Irma setuju dengan kalimat terakhir yang Sia katakan. Karena ia sudah melihat langsung orang yang tidak akan percaya sebelum membuktikannya sendiri itu, siapa lagi kalau bukan gadis pintar pemberani bernama Sia Arikuma?

"Hm, Benar. Aku jadi merasa takut, kita pergi berlibur ke tempat lain saja," saran Irma.

"Tidak boleh begitu, dong! Kan kita sudah setuju untuk ke desa itu." Sia tidak terima jika harus berlibur ke tempat lain. "Sudahlah, tidak perlu dipikirkan, kejadian yang kakakmu ceritakan itu pasti hanya sebuah fenomena langka yang kebetulan saja terjadi di saat kakakmu berlibur ke sana. Pokoknya, desa Krati tetap akan menjadi tujuan kita." ujar Sia sedikit egois.

Sia berusaha membujuk dan menghasut Irma supaya tetap mau berlibur ke tempat yang merupakan tujuan awal mereka. Entah kenapa Sia yakin, ia akan mendapatkan hal menarik jika pergi ke desa Krati.

"Ah, sudah jam segini. Aku harus pulang," kata Sia saat matanya menatap jam dinding di kamar Irma sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

"Kau akan dijemput atau pulang sendiri?" tanya Irma saat mereka sudah sampai di depan rumahnya.

"Rumahku dekat, Irma. Aku akan berjalan kaki saja," balas Sia. Ia mulai melangkahkan kakinya menjauhi rumah Irma sambil melambaikan tangannya.

(×.×)

"Hm... hm... hm..." Sia bersenandung kecil dengan irama nada lagu "Imajination..." untuk menghilangkan sepi di sekitarnya. Biasanya di jam segini, orang-orang masih banyak yang berlalu lalang di jalanan. Tapi malam ini berbeda.

Tap, tap!

Sia berhenti berjalan. Sepertinya tadi ia mendengar langkah pelan di belakangnya. Untuk menghilangkan rasa penasarannya, Sia menoleh ke belakang. Namun ia tidak melihat apa pun. Padahal Sia yakin tadi seperti ada yang mengikutinya. Sia hanya mengendikkan bahu tidak peduli. Ia melanjutkan langkahnya. Sebentar lagi ia akan sampai di rumah.

(×.×)

Brak!

Sia menutup pintu rumahnya dengan keras setelah berlari sejauh seratus meter. Napasnya tersengal-sengal. Sia bersandar pada pintu, lalu memerosotkan tubuhnya sendiri hingga terduduk di lantai.

"Sia, ada apa? Kenapa menutup pintu sekeras itu?" Sinta, ibu Sia bertanya.

Wanita itu berada di dapur tadi. Wanita yang sudah berusia empat puluh lima tahun ini langsung berlari ke ruang tamu ketika mendengar suara pintu yang ditutup dengan begitu keras.

Sia menatap ibunya dengan mata yang sedikit membesar. "Sia melihat kuntilanak, Bu! Kuntilanak asli!"

"Benar?" Sinta bertanya memastikan, matanya memicing tajam. "Jangan bercanda, Sia. Jangan melakukan hal yang aneh-aneh. Ayah sedang tidak berada di rumah malam ini."

Sia ingin menjawab. Tapi ia merasa lebih baik diam saja. Sia bangun dari duduknya. Ia berjalan pelan menuju dapur sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.

"Ayah kemana?" Tanyanya.

"Ayahmu pergi bekerja. Ada panggilan darurat dari bosnya. hah..." Sinta menghela napas diakhir kalimatnya. "Padahal sudah malam begini." sangat nampak betapa khawatirnya wanita itu terhadap suaminya.

"Ooh. Lalu kemana adik pergi? Apa dia menginap lagi dirumah temannya?" Sia kembali bertanya. dan mendapat anggukan dari sang ibu.

"Wah, dasar anak itu! Dia menginap bukan untuk menyelesaikan tugas sekolah. Tapi bermain game semalaman." Sia berujar sembari mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang terdapat di meja makan.

"Malam ini udaranya cukup dingin. Ingin ibu buatkan coklat panas?" Tawar Sinta.

Udara malam ini memang cukup dingin dibanding malam-malam sebelumnya. Padahal sekarang masih musim panas dan masih sekitar tiga bulan lagi baru memasuki musim hujan.

(×.×)

"Tidak, Ibu. Aku sudah sangat mengantuk. Aku akan langsung tidur saja."

Itulah yang Sia katakan kepada ibunya ketika di dapur dua jam yang lalu. Sekarang Sia terbaring telentang di atas kasur. Selimut menutupi tubuhnya sampai dada. Sia hanya menatap langit-langit kamar tanpa tujuan yang jelas.

Gadis ini sudah sangat mengantuk dan ingin segera tidur seperti yang ia katakan kepada ibunya tadi. Namun matanya tak kunjung menutup. Tidak ada beban pikiran juga. Toh, ujian telah selesai dan libur panjang menanti. Tapi Sia tidak bisa tidur sama sekali. Dua jam hanya ia lewatkan dengan menatap langit-langit kamar.

Sia menggaruk kepalanya sedikit frustasi. Ngantuk! Sangat mengantuk! Sia memiringkan tubuhnya dan menarik selimut sampai menutupi hingga kepala.

Lima detik setelah Sia melakukan itu, ia mendengar suara ketukan di jendela. Sia membelalakkan mata terkejut. Tidak mungkin, kan, kuntilanak yang ia lihat tadi mengikutinya sampai ke rumah? pikirnya. Sia meremas kuat ujung selimut. Jujur saja Sia merasa takut. Tapi ia harus mengetahui apa yang mengetuk jendelanya itu.

Sia memberanikan diri. Gadis cantik itu menghempaskan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya dengan tiba-tiba. Lalu bangkit dari posisi tidurnya dengan cepat dan berlari menuju jendela. sesampainya di depan jendela, Ia langsung mengibas gorden dan membuka jendela dengan kuat.

Sia merasakan seperti ada sesuatu di luar yang tertabrak jendela. Sia mengintip ke luar jendela. Disana terlihat ada seseorang dengan ukuran tubuh orang dewasa. Memakai kain berwarna hitam diwajahnya dengan tiga lubang, dua lubang dibagian mata dan satu lubang dibagian hidung.

Satu kata yang muncul di otak Sia. MALING!!

(×.×)

Bab berikutnya