webnovel

KEHIDUPAN JAKA

Pada suatu hari ketika Jaka sedang libur dalam pekerjaannya. Jaka hanya tidur saja di dalam kamar nya. Dia masih tidak menyangka ternyata dalam lingkungan pekerjaan nya ada yang tidak menyukainya dan akhirnya menjadi permusuhan yang seharusnya tidak harus ada. tanpa sadar karena jaka sedang melamun. Ibu nya memanggilnya. Jaka pun menghampiri panggilan ibu nya. Ternyata ibu meminta tolong Jaka untuk meminjamkan uang nya untuk keperluan adik nya membeli buku pelajaran. Jaka dengan nampak wajah sedikit kesal memberikan uang yang mau di pinjam ibu nya. Tetapi di sini tingkah Jaka yang tidak baik untuk di contoh. Karena sambil memberi uang nya Jaka sembari mengatakan.

"jangan lupa di ganti ya bu"

Ibu nya pun terdiam dan tak menyangka ternyata sifat Jaka berubah seperti itu. Ibu nya heran. Karena yang ibu nya tau Jaka itu pekerja keras, ulet, rajin, dan tidak lupa sholat. Ibu nya menahan air mata yang sudah mau jatuh dari mata nya. Karena kesal Jaka keluar rumah untuk membeli minum dan sembari jalan jalan di sekitar rumah. Ibu nya yang sedih menceritakan kejadian tadi kepada kakaknya Jaka yaitu Putra. Putra adalah kakak nya Jaka. Dia lebih tua tiga tahun dari Jaka. Ibu nya dengan sembari menangis menceritakan atas apa yang sudah terjadi. Putra mengepalkan tangan nya dengan sangat keras karena Jaka telah menyakiti hati ibu nya , Putra pun menelfon Jaka untuk menanyakan perihal sikap nya yang menyakiti hati ibu nya dan membuat nya menangis. Putra dengan nada sedikit tinggi menasehati Jaka kalau apa yang di perbuat itu salah dan jangan di ulangi. Di nasehati oleh kakak nya Jaka hanya menjawab.

" hmm iya "

Jaka akhirnya kembali ke rumah dengan hati yg kesal karena tidak terima di nasehati oleh Putra. Setelah sampai di rumah alih alih minta maaf. Jaka justru hanya melihat ibu nya sembari bicara

" ibu kenapa tidak minta uang nya sama Putra aja "

Dan tidak lama berselang setelah Jaka bicara dalam hati. ayah nya pulang dari bekerja. dengan raut wajah yang lelah dan sedikit merah. ayah nya langsung tiduran di sofa ruang tamu. Jaka pun sudah mengetahui kenapa seperti. Jaka berfikir pasti ayah nya sedang mabuk dan ternyata benar ayah nya sedang mabuk. Ayah nya jaka adalah seorang pengusaha kecil di bidang furnitur tetapi ia juga seorang pemabuk. Sering sekali Jaka mendapati ayah nya yang sedang mabuk setiap kali pulang bekerja. setelah melihat ayah nya langsung tertidur di sofa. Jaka langsung pergi ke kamar nya dengan wajah yang kesal atas kelakuan ayah nya yang selalu saja seperti itu.

libur telah berlalu dengan banyak kejadian yang kurang menyenangkan nya saat libur. Jaka pun menjalani pekerjaan nya dengan tidak semangat. Sampai sampai bawahan nya Jaka yang bernama Basir menanyakan kenapa hari ini bekerja tidak seperti biasanya , seperti sehabis putus dari pacar nya. Jaka hanya terdiam dan melihat ke arah Basir sembari memegang pundak nya dan menatap ke arah mata Basir dengan tajam dan berkata.

" saya.. tidak..punya.. pacarrrrrr Basirrr"

Basir pun kaget sembari minta maaf. Tetapi setelah bicara sperti itu Jaka langsung tertawa dan menyuruh Basir melanjutkan pekerjaannya.

Ibu nya masih merasa heran dan bingung saat Jaka bicara seperti itu. Akhirnya ibu nya menceritakan kejadian itu kepada ayah nya Jaka. Ayah nya sembari meminum kopi yang sudah di sediahkan. Dengan sangat kesal karena Jaka sudah berani melawan sama orang tua yang sudah melahirkan dan membesarkannya. Sembari meredam amarah ayah nya. Ibu nya mengatakan bahwa ini ia cerita hanya membuat hati nya lega dan tanpa beban. Ibu nya meminta ayah nya untuk tidak menegur Jaka. Karena ibunya sudah tau kalau Jaka yang sekarang tidak suka di nasehati. Ayah nya hanya terdiam sembari berdiri dan langsung berangkat kerja.

jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam. sudah waktu nya pulang. Setelah sampai di rumah Jaka kaget ternyata sudah ada ayah nya yang duduk di sofa dengan wajah yang kesal. Di samping nya ada ibu dan Putra. Jaka pun tanpa menghiraukan mereka berjalan masuk ke dalam kamar nya. Tetapi ayah nya memanggil nya dengan nada tidak tinggi tapi lantang keras. Jaka duduk di hadapan ayah nya dengan wajah takut karena ia tau pasti ayah nya akan memarahi nya dan ternyata benar. Kali ini dengan suara tinggi dan keras ayah nya bertanya.

" kenapa Jaka bisa bicara seperti itu kepada ibu nya dan sudah membuat ibu nya menangis?"

Dengan wajah yang takut Jaka beralasan kalau uang nya itu hanya untuk tabungan nya. Tapi tetap ayah nya masih belum bisa menerima alasan nya. Ibu nya di samping ayah nya melerai pembicaraan itu dan sambil berkata bahwa Jaka tidak bersalah. Ibu nya menyalahkan diri nya sendiri karena meminta uang di saat Jaka belum menerima gaji dari hasil kerja nya. Dengan sambil menangis ibu nya menyuruh Jaka untuk masuk ke dalam kamar nya. Setelah tidak lama Jaka masuk di kamar nya. Putra ikut masuk ke kamar Jaka dan menasehati Jaka kembali. Putra memberi tau kalau yang di perbuat itu salah dan jangan sampai di ulangi kembali. Putra sembari menasehati untuk lebih kasihan terhadap ibu nya. Karena selain yang sudah melahirkan dan membesarkan. Ibu nya juga sudah sakit dengan sikap ayah yang selalu mabuk saat pulang kerja. Jadi Jaka di minta jangan menambah pusing atau jangan menambah beban pikiran ibu nya. Di nasehati seperti itu Jaka hanya terdiam dan tidak bisa menjawab.

ke esokan hari nya sebelum Jaka berangkat kerja. Dia bicara kepada ibu nya dan meminta maaf karena sudah mengucapkan hal yang tidak pantas. Tetapi Jaka juga sambil menanyakan kenapa ibu nya diam saja dan tidak marah ketika ayah nya selalu pulang dengan keadaan mabuk. Harus nya sebagai seorang istri. Ibu nya menasehati dan menegur nya kalau yang perbuatan itu salah. Dengan wajah tertunduk sedih ibu nya tidak bisa dan tidak sanggup berkata kata hanya raut wajah sedih saja jawaban yang di terima Jaka dari ibu nya.

Jaka pun berangkat dengan hati bimbang dan bertanya tanya kenapa bisa ibu nya hanya diam saja ketika melihat suami nya selalu mabuk saat pulang kerja. Setelah sampai di tempat kerja. Bahkan saat bekerja Jaka masih terheran heran kenapa ibu nya hanya diam. Tanpa di ketahui dan di sadari karena sedang melamun tentang ibu nya.

Basir yang sedari tadi memperhatikan Jaka. langsung memegang sambil menyadarkan Jaka dari kelamunan nya. Jaka pun kaget dan sembari memperagakan mau memukul Basir. dengan wajah ketakutan Basir bertanya kepada Jaka.

"kenapa sedari tadi melamun kerja nya?"

Dengan wajah senyum senyum kecil.

"Tidak ada apa apa basir."

Tapi Basir masih tidak percaya. Karena sudah dua kali dia perhatikan Jaka sedang tidak bersemangat dalam kerjaan nya. Di saat saat sedang heran.

"Ada yang datang tuh! gak tau dari mana."

Odin yang sedang berdiri menatap ke arah Jaka. Jaka pun berjalan ke tempat Odin berdiri. Di sana Odin bicara kepada Jaka.

"Gue mau ambil barang yang di titipin kesini."

"Barang apa? pak Bekti kaga bilang apa apa sama gue."

"Tanya aja sama kasir lu, kata pak Bekti dia uda minta tolong kasir sampaikan ke lu."

Dengan tergesa gesa Rani berlari keluar.

"Pak Jaka, maaf, Rani lupa kasih tau, tadi, sebelum pak Jaka datang, Pak Bekti suruh aku buat memisahkan barang yang rusak untuk di bawa pak Odin."

Jaka pun langsung merasa kesal dan marah kepada Rani.

"Kenapa tidak memberitahukan masalah ini?"

Harus nya sebagai atasannya Jaka tau apapun masalah atau perihal yang ada di supermarket yang di tangani.

"Maaf, Rani lupa pak. Maaf."

Rani pun hanya tertunduk dan diam melihat Jaka memarahi nya. Setelah sudah mengetahui kalau ada barang yang harus di ambil Odin. Jaka pun memanggil Basir dan menyuruh ambilkan barang yang di titip kan pak Bekti. Dengan wajah sinis sperti biasa Odin meledeki Jaka dengan berkata.

"Enak sekali menjadi atasan bisa suruh sana sini"

Dengan wajah lebih sinis Odin berkata dengan kata kata yang membuat amarah Jaka naik.

"Sekarang lu bisa suruh sana sini, tunggu nanti, gue bakal buat lu jadi babu gue."

Dengan wajah merah dan kesal Jaka hanya terdiam. Tak lama kemudian Basir datang dan memberikan barang yang sudah di siap kan. Odin pun pergi dengan wajah yang senang karena berhasil memancing amarah Jaka.

Di sini Jaka merasa pusing dan merasa kesal karena banyak masalah yang terjadi baik di rumah ataupun di tempat kerja.

Bab berikutnya