Kehampaan hati dengan taring yang tak berfungsi, menjadikan pemikirannya terombang-ambing perasaan sendiri. Sebuah lelucon yang menjorok ke pemukiman emosional, berbaur menjadi petaka bulan-bulanan.
Sejauh jari tangan berjarak, belum ditemukan penyelesaian atas perseteruan yang terlaksana.
Menjadi TERMINATOR pada satu lantai yang penuh dengan kejutan, tak se-instan memakan cabai. Menyatukan tiap pendapat pada satu bagan tak seperti mengguyur rambut. Dan mempersatukan tiap-tiap gerak, jadi hal yang langka seperti peliharaan di suaka marga satwa.
Tak sengaja dipelihara, didominasi dan dipelopori oleh kemampuan yang ada, menjadi kenyamanan kursi bagi tiap-tiap individunya. Namun, realitanya ada seekor singa dalam kehampaan hati. Singa itu mempunyai taring yang cukup untuk merobek pergerakan siapa saja.
Namun, singa itu kamuflase menjadi seekor anjing peliharaan yang jinak.
Tentu, aku yang jadi penyelinap, juga kambing hitam. Sampai detik itulah firasatku terwujud. Sebab Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan hati dan pikiran khusus untuk manusia, maka sepantasnya ku pergunakan itu semua.
*Bersambung.
Masih pada tema "DALAM KECEWA" aku di hadirkan pada peperangan alot, dari beberapa meter sebelum pintu gerbang, mataku memandang