"Kenapa?" tanya Mike terheran-heran.
"Tidak."
"Hei, aneh sekali kamu ini. Kasih lihat—"
"Tidak. Saya masih ingin foto-foto. Anda diam," kataku sambil menjauhkan kamera.
Mike mengalah dan meladeni keusilanku. Sepanjang jalan aku mendapat ratusan fotonya atas hasil tanganku sendiri.
"Ha ha ha ha ha! Ha ha ha ha ha! Tidak kenaaaaaaa!"
"Hei, Acie. HAPUS!"
"Tidak mau! Ha ha ha ha ha ha!"
Sebelum masuk resto, dia mengejar karena aku dapat aib-nya pas meler, kami lupa betapa dinginnya suhu di luar (padahal napas sudah mengepul diantara salju-salju).
"ASTAGA, ACIE! HATI-HATI!"
Ya, walau segalanya tak semulus bayanganmu. Aku tersandung ketika mencoba kabur. Tubuhku tercebur dalam retakan danau es hingga kameraku terlempar ke tumpukan salju. Byur! Kratakh!
"ARRRGHHH PHIIIII!"
Kulihat, Mike berlari kencang demi menolongku yang tak bisa berenang.
***
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com