"Dek, dengar ya."
Kuremas bahu kanannya.
"Cium ...."
"Dek Natta, bisa serius sedikit?"
"...."
Bola matanya berkaca-kaca.
"Aku tidak bisa dengan lelaki."
Natta langsung terkesiap.
"Mas harus pulang ke Ponorogo, oke? Cepat atau lambat pasti kembali karena banyak yang kutinggal di sana," tegasku. "Murid-murid bela diriku, rekan-rekan sanggarku, belum lagi Bapak-Ibu dan Adek-adek. Kak Agus tidak bisa kuserahi semuanya sendirian. Apalagi mereka masih sekolah. Dia tidak masuk silat sejak kecil, yang ditekuni ilmu logika dan rasional."
"...."
"Makanya dia lulus kuliah, akunya tidak."
"...."
"Kami punya prioritas masing-masing."
Natta segera melepas tanganku. "Kalau begitu sejak awal tidak usah pedulikan aku saja. Bodo," protesnya kesal. "Sudahlah, malas. Mas Alex tidak ada bedanya dengan mereka, hiks ...."
"Natta!"
Dia meninju perutku sekuat tenaga.
"Brengsek ya, minggir! Aku mau pulang saja!"
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com