webnovel

4

....

Wong Yukhei tampak sibuk di depan meja kerjanya. Sebentar dia menyerngitkan dahi, sebentar terbelalak dan sebentar kemudian memencet kening. Tumpukan dokumen di atas mejanya benar-benar mempengaruhi ekspresinya.

"Akh...." Wong Yukhei meregangkan ototnya. Semenjak di pulang dari membunuh bandit tadi malam, dia tidak ada meninggalkan kursinya. Dia sibuk dengan masalah di kerajaannya. Biasanya, dia bisa memakan waktu dua hari untuk mengerjakan itu dan selama itu, dia tidak pergi ke manapun selain duduk dan membaca kemudian mencatat berbagai solusi yang dia temukan.

"Tok Tok."

Tiba-tiba pintu diketuk. Dengan cepat tatapan Wong Yukhei beralih ke pintu.

"Iya." Dia menyahut.

"Jenderal Kun hendak bertemu."

"Biarkan masuk." Dia menjawab.

Tak lama, pintu dibuka. Seorang pria berpakaian putih muncul dari balik pintu.

"Kau sepertinya sibuk." Qian Kun berjalan mendekat.

"Seperti yang terlihat."

"Kalau begitu, aku langsung ke intinya saja. Di desa Jihan ternyata memang sarang penculik dan perampok. Mereka menyamar menjadi pedagang teh dan pergi ke desa-desa dan juga kota. Sebagian dari mereka sudah ditangkap dan sedang diintrogasi. Tapi sebagian lagi melarikan diri ke negara Hanju. Aku tidak sempat menangkap mereka dan lagipula, memasuki negara lain tidak bisa seenaknya saja."

Wong Yukhei mengangguk mendengar penjelasan Qian Kun. Ternyata tebakannya tidak salah. Desa  Jihan memang dipenuhi para penjahat. Sialnya, kenapa dia baru tahu sekarang?

"Terus lakukan penyelidikan. Aku curiga ini ada kaitannya dengan negara Hanju."

"Aku juga merasa begitu.  Aku sudah menempatkan Dong Sicheng dan Huang Guanheng di perbatasan untuk melihat kemungkinan ada pergerakan dari mereka."

"Baguslah." Wong Yukhei suka dengan sikap Qian Kun yang selalu sedia payung sebelum hujan.

"Karena sudah tidak ada yang ingin aku katakan, aku pergi sekarang. Silakan lanjutkan lagi pekerjaanmu."

"Iya. Silakan." Wong Yukhei mempersilahkan. Qian Kun tersenyum kemudian berbalik.

"Eh, sebentar." Baru beberapa langkah Qian Kun berjalan, dia berhenti dan berbalik. "Bukankah besok adalah hari persembahan? Apa kau sudah tahu siapa gadis yang akan datang?" tanyanya.

Wong Yukhei sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu. Pasalnya, dia lupa besok adalah hari persembahan. Dimana salah satu gadis vampir dari rakyatnya menyerahkan diri untuk dia hisap darahnya. Sebenarnya dia tidak menyukai acara persembahan itu, tapi karena itu adalah usulan ibunya dan sebagai cara mencari jodoh, dia tidak bisa menolaknya. Lagi pula, dengan begitu dia bisa meminum darah vampir kesukaannya.

"Aku belum tahu." Wong Yukhei menggeleng. Lagipula, sebenarnya dia tidak tahu. "Ada apa?" Dia balik bertanya karena tidak biasanya Qian Kun bertanya hal seperti itu.

"Tidak. Aku hanya penasaran saja. Aku harap kau menemukan jodohmu."

Wong Yukhei hanya tersenyum. Dia tidak yakin bisa menemukan jodohnya di acara persembahan, karena gadis yang dia yakini sebagai jodohnya, bukahlah vampir, jadi mustahil dia bisa menemukannya.

....

Setiap sebulan sekali, istana dihias untuk menyambut kedatangan gadis yang dipersembahkan untuk Kaisar. Dekorasi ruangan dan tempat di sekitar istana, Ibu Wong Yukhei sendiri yang memandunya. Dia selalu berharap, gadis vampir yang datang akan menjadi menantunya. Selama ini, sudah lebih dari seribu gadis yang datang setiap bulannya, tapi tak ada satupun yang menarik hati anaknya. Dia bingung, sebenarnya wanita seperti apa yang anaknya itu cari? Apa yang cantik? Setahunya, banyak sekali gadis cantik yang datang. Apa yang kaya? Tak jarang anak menteri juga terpilih dalam persembahan. tapi tetap saja anaknya tidak tertarik dengan jenis gadis seperti itu. Jadi sebenarnya, bagaimana tipe idaman anaknya.

"Yukhei, ibu harap kali ini kamu memilih salah satu gadis."

"Ibu, kenapa ibu membuat pencarian jodoh seperti ini? Semua gadis yang datang ke sini, tidak pernah menginginkannya. Bahkan mereka tidak pernah ingin menikah denganku, jadi kenapa ibu memaksa mereka?" Bukannya menjawab, Wong Yukhei malah bertanya.

"Ini semua demi kebaikanmu, Yukhei. Ibu ingin mencarikanmu gadis yang tulus. Tidak memandang apa statusmu, bagaimana sifatmu, dia mencintaimu karena itu adalah kamu."

"Tapi bagaimana seseorang bisa mencintai jika mereka mengenalku sebagai monster. Vampir kanibal. Mendengar namaku saja mereka takut, apalagi mencintaiku."

"Ibu yakin akan ada seseorang yang mencintaimu dengan tulus."

"Aku tidak yakin. Sekalipun ada, mungkin aku tidak mencintainya."

"Cinta akan datang karena terbiasa. Ibu harap kau segera memilih."

"Bukankah itu namanya pemaksaan? Jika aku memilih seorang gadis yang tidak mencintaiku begitupun sebaliknya, bukankah itu sama saja menyiksa diri?"

"Pilih saja salah satu. Atau ibu yang akan memilihkan." Selesai bicara, Ibu Suri meninggal Wong Yukhei.

"Kalau begitu, tidak akan ada yang tulus mencintaiku. Itu namanya pemaksaan!" Wong Yukhei melempar gulungan ke lantai. Dia muak dengan sikap ibunya. Bagaimana bisa ada yang mencintainya dengan tulus jika dia yang harus memilih.

"Akh!" Wong Yukhei menjatuhkan semua dokumen di atas mejanya. Dia kesal. Ibunya selalu mengatur hidupnya. Bahkan untuk memilih pasangan hidup, ibunya juga mengaturnya.

....

"Apa kau yakin? Sebaiknya kau pikirkan lagi keputusanmu itu."

"Aku yakin ayah." Li Shu berucap mantap. Dia sudah memutuskan akan menggantikan kakaknya dalam persembahan.

"Bagaimana jika Kaisar marah? Seharusnya yang datang ke sana adalah vampir, bukan manusia." Nyonya Yuan terlihat cemas.

"Iya. Kaisar akan marah padamu karena merasa dibohongi." Tuan Yuan juga tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya.

"Aku akan menjelaskan kalau kakak sakit. Dia pasti akan mengerti."

"Kaisar adalah vampir yang kejam, ibu takut terjadi apa-apa padamu."

"Sebaiknya, biarkan ayah saja yang pergi dan menjelaskan pada Kaisar."

"Tidak perlu, ayah. Biar aku saja. Ayah harus mengurus bisnis restoran."

"Kau lebih penting dari restoran." Tuan Yuan memegang tangan anaknya.

"Aku sudah mengambil keputusan jadi mana mungkin aku merubahnya." Li Shu berusaha meyakinkan meskipun sebenarnya dia merasa khawatir.

"Baiklah. Kau sebaiknya hati-hati." Nyonya Yuan dengan berat hati menyetujui keputusan anaknya.

....

Keesokan harinya, Li Shu dijemput oleh utusan kerajaan. Dia dibawa menggunakan kereta kuda yang dipenuhi hiasan manik-manik. Hampir seperti kereta pengantin.

Selama meninggalkan rumah, Li Shu tidak bisa berhenti merasa cemas. Dia takut terjadi hal yang tidak diinginkan di istana nanti. Bagaimana jika rumor itu benar. Bahwa Kaisar adalah vampir yang kejam? Tapi setahunya, Kaisar tidak pernah melakukan hal yang tidak adil. Dia selalu menghukum orang yang bersalah. Dia bahkan secara cepat menangani bawah penyakit di kotanya beberapa bulan yang lalu. Berbagai pembangunan bahkan berjalan dengan lancar. Kehidupan vampir dan manusia saling berdampingan dan terjalin dengan baik. Jika dipikir-pikir, bagian mana dari Kaisar Huang yang bisa dibilang kejam? Mungkin persembahanlah bagian yang bisa disebut kejam. Mengirim gadis vampir ke istana untuk dihisap darahnya, itu memang kejam.

Memikirkan mungkin saja Kaisar Huang akan menggigitnya, tubuh Li Shu mendadak tegang. Dia mengusap lehernya kemudian menggeleng cepat. Kaisar mana mungkin menggigitnya. Bukankah Kaisar lebih menyukai darah vampir daripada darah manusia. Tapi bagaimana jika Kaisar marah kemudian menggitnya? Memikirkannya, Li Shu benar-benar takut sekarang. Dia menyesal telah mengambil keputusan ini. Seharusnya dia tidak bersedia menggantikan kakaknya.

Ingin lari, tapi rasanya tidak mungkin. Dia tengah berada di dalam kereta sekarang. Dia akan terluka jika nekad melompat keluar. Sepertinya dia hanya bisa pasrah sekarang. Menyesal kemudian memang tidak ada gunanya.

....

Wong Yukhei masih sibuk di depan meja kerjanya. Dia sudah dua hari berkutat dengan dokumen-dokumen itu. Matanya yang berwarna merah, semakin merah saja karena dipaksa terus terbuka.

Matahari sudah hampir tenggelam, tapi dia masih setia membaca, hingga akhirnya sebuah suara menghancurkan fokusnya.

"Tok tok tok."

"Yang Mulia...."

"Ada apa?!" Wong Yukhei sedikit kesal karena ada yang mengganggunya.

"Gadis yang akan dipersembahkan untuk Anda telah datang. Anda sebaiknya bersiap-siap sekarang." ucap suara dari luar.

"Baiklah!" Wong Yukhei merapihkan tumpukan dokumen. Dia kemudian berdiri. Melihat ke luar, ternyata hari sudah hampir malam. Warna jingga tampak terang memasuki celah-celah jendela.

Meregangkan ototnya, Wong Yukhei kemudian pergi meninggalkan ruang kerjanya. Dia bersiap untuk persembahan. Kira-kira gadis seperti apa yang datang kali ini? Dia sedikit penasaran, tapi sepertinya kali ini akan sama seperti bulan lalu, di mana semua gadis ketakutan melihatnya dan berniat melarikan diri. Kalau sudah begitu, dia akan menangkap gadis itu dan langsung menggigitnya. Dengan begitu, semuanya akan selesai dengan cepat.

....

Hari sudah malam. Li Shu sudah sampai di istana sejak dua jam yang lalu. Saat baru saja sampai, dia langsung dibawa ke sebuah ruangan dan di suruh mandi. Dia kemudian didandani dengan begitu cantik oleh dua orang gadis.

"Kenapa harus berdandan?" Li Shu penasaran. Dia merasa seperti mau menikah alih-alih dipersembahkan.

"Kau akan bertemu Kaisar, jadi kau harus rapih."

"Dan yang paling penting cantik. Mungkin saja Kaisar akan mengasihanimu setelah melihat wajahmu."

Mendengar jawaban dari dua orang gadis, Li Shu hanya mengangguk paham. Tapi dia kemudian bertanya lagi. Dia penasaran dengan kepribadian Kaisar Huang.

"Apakah Kaisar Huang sangat kejam?" Li Shu berbicara sedikit pelan.

"Iya. Dia sangat menakutkan saat sedang marah. Matanya seperti hendak keluar. Kau sebaiknya tidak membuatnya marah."

"Turuti saja apa yang dia mau. Kau mungkin tidak akan kehilangan darahmu jika mendengar perkataannya."

"Biasanya, apa yang dia inginkan?" Li Shu penasaran, mungkin saja dia bisa menyiapkannya terlebih dahulu.

"Kami tidak tahu. Itu menjadi rahasia."

Mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, Li Shu menghela napas. Kini dia berada di sebuah ruangan yang cukup terang dengan lilin yang menyala. Di depannnya, banyak sekali hidangan makanan. Meskipun dia pemilik restoran, tapi dia tidak pernah melihat hidangan semewah itu. Dia sebenarnya belum makan. Melihat makanan yang begitu banyak, dia merasa sangat lapar.

Li Shu berpikir, apakah makanan itu untuknya atau untuk Kaisar Huang. Jika untuk dia, itu akan lebih baik karena dia sangat lapar, tapi jika untuk Kaisar Huang, berarti dia sengaja dibuat tersiksa.

"Kruk...."

Li Shu spontan mengelus perutnya yang bunyi. Dia menggigit bibir bawahnya kemudian melihat sekeliling. Apakah ada yang mengawasinya? Dia rasa tidak ada karena ruangan itu begitu hening. Melihat makanan di depannya, Li Shu menelan air liur. Dia berencana mengambil satu. Begitu banyak makanan, jadi jika hanya hilang satu, itu tidak akan berpengaruh.

Li Shu merasa jantungnya mulai berpacu dengan cepat. Seumur hidup, baru kali ini dia berencana mengambil yang bukan miliknya, tapi dia sangat kelaparan sekarang. Hanya sekali saja, dia tidak akan mengulanginya.

Tangannya mulai terjulur, dia berencana mengambil kue bulan, karena kue itu begitu banyak, jadi dia berpikir jika hilang satu, Kaisar tidak akan mengetahuinya. Tepat saat hendak menyentuh kue, pintu terbuka dengan lebar, seorang bertopeng menatapnya.

"Kau...."

Li Shu merasa tubuhnya kaku. Orang itu menatapnya dengan tajam. Dia benar-benar mendapat masalah sekarang.

Bab berikutnya