webnovel

CH. 9 - Lembah Kehidupan

"Berapa lama kita sampai ke tempat itu, Hideyoshi?" tanya Jiro yang hendak memulai menunggangi kudanya.

"Sekitar lima sampai sepuluh menit. Tidak terlalu jauh. Tetapi kalau kita bergerak cepat, seharusnya lima menit saja sudah cukup," jawab Hideyoshi yang juga hendak naik ke atas pelana kuda.

"Baiklah, aku tak ingin kehilangan jejak orang itu. Kita harus cepat."

Hideyoshi bergerak lebih dulu, diikuti Jiro dan lima pengawalnya. Mereka bergerak menuju timur, membelakangi matahari yang mulai tergelincir ke barat. Arah yang dituju adalah Bukit Akaishi.

Bukit Akaishi tak memiliki hutan yang lebat, hanya beberapa pohon menjulang dan perkebunan teh milik penduduk Totsukawa. Bukit Akaishi memiliki dua lembah terkenal yang salah satunya diapit dua dinding alam yang kokoh dan tinggi. Penduduk Totsukawa menyebutnya sebagai Lembah Keberanian.

Lembah ini biasa digunakan sebagai lokasi latihan ninja – ninja Totsukawa untuk menajamkan teknik angin mereka.

Keuntungan lokasi dan dukungan alam yang menakjubkan membuat ninja – ninja Totsukawa memiliki banyak variasi serangan maupun pertahanan menggunakan elemen angin. Hal itulah yang membuatnya sangat disegani oleh lawan – lawan yang sedang berhadapan dengan mereka.

Sementara lembah satunya dikenal dengan Lembah Akhir. Lembah ini menjadi tempat ninja – ninja dari Totsukawa dimakamkan. Salah satu mayat yang dikebumikan di Lembah Akhir adalah Takeda.

Lembah Akhir adalah salah satu tempat dengan pemandangan paling eksotis di kawasan Bukit Akaishi. Sepanjang mata memandang, beberapa tumpukan tanah menjulang berkerumun membentuk kelompok yang terkenal dengan Pegunungan Akaishi.

Setelah lima menit perjalanan, Hideyoshi yang memandu Jiro bersama lima pengawalnya sampai di Lembah Akhir. Mereka turun dari kudanya dan mengikat pada sebuah besi yang tertancap di dekat gerbang masuk Lembah Akhir.

Suasana tak berubah sama sekali seperti terakhir kali Hideyoshi melihatnya beberapa jam yang lalu. Sepi dan hanya asap tipis disertai cahaya remang matahari sore yang menyusup dari sela – sela pohon tinggi.

Penamaan Lembah Akhir sendiri karena tempat itu menjadi tempat peristirahatan terakhir. Dengan konotasi yang lebih mudah dipahami, tempat ini adalah pemakaman. Sebelum terkenal dengan sebutan Lembah Akhir, tempat ini lebih dulu dikenal sebagai Lembah Kehidupan.

Dalam catatan pada batu yang terdapat di lokasi tersebut tertulis bahwa Lembah Akhir awalnya sebagai tempat santai bagi para ninja – ninja yang sedang tidak memiliki tugas atau misi dari desa maupun tugas dari pusat Fujiwara.

Tempat itu berganti menjadi tempat yang berdarah setelah sekelompok ninja yang berasal dari klan Toyotomi menyerang lokasi itu. Tanpa persiapan yang matang, ninja – ninja Totsukawa kelimpungan dan banyak yang terbunuh. Kabar yang beredar, hampir seratus ninja Totsukawa tewas.

Ninja – ninja yang mati dalam penyergapan itu lalu dikuburkan di tempat terakhir mereka. Peristiwa itu sendiri kemudian diperingati sebagai Peristiwa Akaishi. Sampai sekarang, lembah itu dikenal Lembah Akhir.

Lembah yang awalnya sangat hijau dan menakjubkan, kini tak lebih seperti sebuah lahan mati. Tanahnya gersang dengan beberapa pohon menjulang mengelilinginya.

"Bukankah ini Lembah Akhir?" tanya Jiro yang mengenal lokasi itu meski belum pernah melihat secara langsung. Itu adalah pertama kalinya Jiro datang ke Lembah Akhir.

"Benar, Tuan. Ini adalah Lembah Akhir di mana terjadi peristiwa berdarah di awal – awal kepemimpinan Hiroshi. Klan Toyotomi yang tak sejalan dengan pengangkatan Hiroshi memahami bahwa Totsukawa adalah sekutu dekat Hiroshi."

Hideyoshi berkata lagi, "Padahal klan Toyotomi ketika itu dipimpin Ishida Mitsunari adalah salah satu sekutu terkuat Fujiwara pada Perang Sekigahara dua abad lalu. Perang itu sendiri dikenal sebagai Perang Perubahan untuk menggulingkan Kekaisaran Fushimi yang didukung daimyo dengan Fukushima Masanori menjadi pemimpin Fushimi terakhir. Sebab, setelah perang itu, Fujiwara menguasai dua per tiga wilayah Honshu. Dan sejak itu pula Fujiwara berkuasa. Zaman berubah total."

"Dendam masa lalu?" tanya Jiro lagi.

"Ya. Hidenaga yang menjadi pemimpin klan Toyotomi tak begitu menyukai Hiroshi. Ketimbang Yoshimitsu, Hidenaga menganggap Hiroshi mengucilkan Toyotomi dengan membuat perkampungan bagi klan Toyotomi di pinggiran wilayah sebelah selatan. Lokasi yang sering terjadi bentrok dengan klan Minamoto. Setelah penyerangan di Lembah Akhir, hubungan Fujiwara dan Toyotomi menjadi renggang."

"Mengapa kau banyak tahu soal hubungan Toyotomi dan Fujiwara?" Jiro bertanya dengan harapan jawaban yang memuaskan.

"Untuk itulah aku berada di sini, Tuan. Itu bukanlah sebuah kebetulan," jawab Hideyoshi dengan mantap.

"Maksudmu bukan kebetulan?"

"Aku adalah putra tunggal dari Hidenaga, dan merupakan keturunan terakhir klan itu. Dalam tubuhku mengalir darah murni Toyotomi. Ketika umurku baru dua belas tahun, Ayah mengirimku untuk bisa bergabung dengan klan Oda. Ayahku tahu betul klan Oda sangat membenci Fujiwara. Sebab itulah saya berada di sini sekarang, Tuan."

"Kau putra Hidenaga?"

Jiro mengingat – ingat tentang ucapan ayahnya yang pernah bercerita tentang Hidenaga. Tapi dia tak menyangka putra Hidenaga yang dimaksud ayahnya adalah Hideyoshi yang sekarang menjadi anggota Divisi Informasi dan Pengintai Pemerintahan Oda yang baru dibentuk belum lama ini.

"Ya, begitulah, Tuan," Hideyoshi menjawab singkat.

"Pantas saja kau sangat bersemangat ketika berbicara tentang kehancuran desa Totsukawa. Seharusnya aku bisa sudah menduganya sejak awal."

"Cita – cita Ayahku adalah melenyapkan Hiroshi bersama Totsukawa. Dia sebenarnya sangat mengagumi Yoshimitsu. Tetapi Hiroshi mengubah semuanya."

"Bukankah klan Oda adalah salah satu musuh Yoshimitsu?" Jiro bertanya ingin mengupas tentang alasan Hideyoshi menerima perintah Hidenaga.

"Memang," jawab Hideyoshi pelan, "Tapi ada pengecualian. Sebenarnya Toyotomi tak memiliki urusan dengan Oda. Karena kedekatanya dengan Fujiwara, banyak orang menganggap setiap musuh Fujiwara berarti musuh Toyotomi juga. Padahal tidak seperti itu."

Perbincangan itu bermuara pada sebuah makam yang baru saja dibuat. Hideyoshi memastikan makam tersebut adalah makam yang sempat didatangi Akira ketika dia mengikutinya.

***

"Tidak salah lagi, orang itu duduk di sebelah makam ini, Tuan."

Hideyoshi mendekati sebuah gundukan tanah yang masih baru. Dia yakin beberapa jam lalu melihat Akira di tempat itu.

"Sepertinya kau benar, Hideyoshi. Makam ini baru saja dibuat belum lama. Seharusnya Akira belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini."

Jiro mengambil sedikit tanah makam yang masih basah. Dia sangat ingin menggali makam itu untuk melihat mayat siapa yang ada di dalamnya. Tetapi urung dilakukannya karena tanpa menggalinya, Jiro sudah menjawab sendiri pertanyaan di kepalanya.

"Katana ini," kata Jiro mengambil katana yang tertancap. "Tidak salah lagi, ini adalah katana milik Takeda, seorang master pedang yang terkenal dengan teknik tebasan anginnya. Kita beruntung berhasil membunuh orang ini."

"Ya, aku pernah mendengar kisah orang ini dari Ayahku. Dia adalah adik dari Arata. Keduanya adalah keturunan murni Arnius. Sebab, dalam tubuh ayah dan ibu Arata dan Takeda mengalir darah yang sama. Menurut informasi yang sering ku dengar, Arnius adalah pendiri Desa Totsukawa di masa – masa awal perkembangan Fujiwara."

"Ya, kau benar, Hideyoshi."

Jiro mengambil katana itu dan melihat – lihat ketajamannya. Saat diangkat, pedang itu berkilauan. Dia tak mengira katana tebal dengan ketajaman yang luar biasa itu sangat ringan digenggam.

"Auranya sangat kuat sekali. Pantas saja Takeda sangat gesit dan lihai ketika bersama katana ini. Berapa orang yang sudah direnggut oleh katana ini?" Jiro bertanya seolah – olah berbicara dengan katana itu.

Hideyoshi yang melihat katana itu pun ikut takjub. Dia tak habis pikir mengapa Akira meninggalkan katana itu di sini. Meski dia sendiri menyadari bahwa sudah menjadi adat bagi para ahli katana yang meninggal dunia, katana miliknya akan ditancapkan di sisi makam orang itu.

Jiro menancapkan kembali katana itu. Meski terkenal kejam, angkuh, dan sadis, Jiro masih memiliki rasa hormat terhadap adat dan budaya di tengah masyarakat.

Setelah memeriksa makam Takeda, Hideyoshi mengajak Jiro untuk melihat monumen tentang sejarah Lembah Akhir.

Monumen itu berada tepat di tengah area dan tertulis pada sebuah batu hitam besar serupa Yupa peninggalan dari Kerajaan Kutai Martapura di Kalimantan Timur pada abad keempat masehi. Tempatnya yang terhampar membuat batu itu sangat mudah terlihat.

Dalam sejarah Kerajaan Kutai Martapura, Yupa berfungsi sebagai sumber informasi karena di dalamnya berisi tulisan atau ukiran tangan seputar kejadian di masa itu.

"Ini adalah Monumen Batu Air Mata," kata Hideyoshi sambil mengusap salah satu sisi batu yang berdebu. Setelah beberapa usapan tangan, tampaklah ukiran yang membentuk sebuah tulisan.

"Ya, aku sudah pernah mendengar informasi tentang monumen itu," Jiro ikut menyaksikan tulisan yang tertera pada batu hitam itu. Dia mendengarnya dari para panasehat klan Oda seperti Jashin dan beberapa lainnya.

Hideyoshi mulai membaca tulisan Kanji. Tulisan itu terukir jelas pada sisi batu tersebut.

===

Lembah Akhir

Dengarkanlah oleh kalian semua bakat – bakat alami Totsukawa. Pada mulanya, tempat ini adalah tempat bersantai, hingga kemudian terjadi serangan tak terduga dari ninja – ninja Toyotomi. Sepertinya serangan itu dimaksudkan untuk membuat Hiroshi tak menerima jabatan sebagai penguasa Fujiwara.

Serangan orang – orang Toyotomi membuat seratus tiga pahlawan Totsukawa meninggal dunia. Ini adalah sebuah kejahatan yang tidak bisa diterima akal sehat.

Dendam akan selalu membuat kerusakan. Tetapi ingatlah bahwa tragedi di Lembah ini tidak bisa diterima hanya dengan permintaan maaf. Sebab itulah monumen ini didirakan untuk mengenang para pahlawan yang gugur.

===

"Serangan itu menjadi pukulan telak bagi Totsukawa," kata Jiro setelah selesai mendengar Hideyoshi mengeja tulisan pada batu monumen itu.

"Ya, benar, Tuan. Kehilangan seratus tiga ninja bukanlah kehilangan yang murah. Itu sangat mahal dan sangat merugikan."

"Sepertinya aku tahu tujuan Akira selanjutnya. Dia pasti menuju Kuil Yamaguchi."

"Kuil Yamaguchi?" Hideyoshi menjadi terkejut ketika mendengar nama itu disebut oleh Jiro, "Bukankah itu hanya mitos dari penduduk Totsukawa. Tidak ada seorang pun yang pernah melihat secara langsung kuil itu."

"Aku juga mendengar kabar itu. Tetapi Penasehat Jashin pernah mengatakannya padaku bahwa Kuil Yamaguchi benar – benar ada dalam dunia nyata, bukan mitos. Jika Penasehat Jashin benar, Kuil itu seharusnya tepat berada di bawah yang sekarang menjadi reruntuhan Totsukawa."

"Dengan kata lain..." Hideyoshi masih dengan wajah terkejut.

"Ya, mungkin saja. Aku juga tak terlalu tahu secara pasti. Kita akan segera mengetahui sebentar lagi. Aku yakin, Akira ingin tahu tentang kebenaran desanya di masa lalu. Juga tentang sejarah kelam Fujiwara. Dia pasti sudah membaca tulisan di monumen ini."

Jiro langsung meninggalkan tempat itu menuju kudanya yang diikat di gerbang masuk Lembah Akhir. Bersama Hideyoshi, dia bergerak cepat agar tak semakin jauh tertinggal dari Akira.

Sebenarnya, tidak banyak orang yang mengetahui kebenaran tentang Kuil Yamaguchi, sebuah bangunan yang didirikan oleh Arnius sesaat setelah membangun Totsukawa. Arnius menyimpan seluruh informasi dan sejarah berdirinya Totsukawa di kuil tersebut.

Dia ingin suatu saat ada salah satu dari keturunannya yang membaca catatan yang ditinggalkan di dalam Kuil Yamaguchi. Harapan itu tentu saja agar ninja – ninja penerus Totsukawa memiliki semangat seperti Arnius. Kabar yang berembus di tengah penduduk bahkan di kalangan ninja sekalipun, cerita tentang Kuil Yamaguchi hanyalah sebatas mitos belaka. (RS)

Bab berikutnya