4 Bencana
Tidak ada satupun tentara yang berani mendekat, semuanya terdiam sambil mengarahkan senjata mereka ke para penyusup. Empat orang penyusup yang berhasil membobol keamanan area pengungsian terlihat sangat santai ketika terkepung.
"Lihat anak-anak bau kencur yang memegang senjata di sekeliling kita… bukankah mereka terlihat sangat ketakutan…"
"Jangan begitu… bagaimanapun menurut mereka sekarang ini kita adalah bencana berjalan yang tidak bisa dibunuh…"
Salah satu pemimpin pasukan yang merasakan aura membunuh yang pekat dari 4 penyusup mulai gemetar. Ia hampir mencapai batasnya, lalu salah satu dari 4 pendiri kelompok revolusioner melirik ke arahnya.
"Hiii….!!! TEMBAK….!!!"
Puluhan peluru energi pun menghujani para pendiri pasukan revolusioner hingga sulit untuk melihat mereka dari jarak tembak. Hujan tembakan peluru energi hanya terjadi selama beberapa detik karena senjatanya memiliki batasan tertentu. Setelah senjata energi mengalami overheat, senjatanya akan berhenti menembak secara otomatis.
"Hmmm… cukup mengagumkan… bisa menggores sedikit perisai elektron milikku… sudah jelas senjata mereka sekarang jauh lebih canggih…"
"Ya jelas lah… terakhir kali kau menghadapi pasukan pemerintah itu 13 tahun yang lalu…!"
"Ah benar juga…"
Para prajurit penjaga langsung lemas ketika melihat serangan mereka hanya bisa membuat goresan pada kubah biru milik lawannya. Kemudian seseorang memegang bahu pemimpin pasukan penjaga dari belakang.
"Kerja bagus sudah menahan mereka…"
"Eh…? Anda bukannya…"
"Sisanya serahkan padaku… kalian fokus melakukan evakuasi saja..."
"Siap pak…!! Semuanya… mundur…!"
Pria berambut panjang lurus sebahu dengan warna hitam berkilau saat terkena cahaya membuatnya terlihat seperti pahlawan. Tubuh kekarnya dipadu dengan tinggi badannya membuat ia terlihat gagah di mata pimpinan pasukan penjaga. Anting dengan logo bintang di telinga kirinya menjadi salah satu ciri khasnya sebagai jenderal besar. Setelah melihat seluruh pasukan penjaga pergi pria misterius itu pun mengaktifkan gelang digitalnya.
"Akhirnya datang lawan yang layak… aku selalu ingin melawan pria brengsek ini…"
"Ya… dia memang lawan yang pantas… salah satu dari 4 pahlawan besar Indonesia… Darian Mantera…!"
Darian hanya tersenyum melihat para pendiri kelompok revolusioner yang masih bersantai di tengah wilayah kekuasaan.
"Steven Teralogi… Bagus Mantris… Joan Epiron… dan Juliant Sujaksono… 4 orang pendiri kelompok revolusioner yang juga dijuluki bencana berjalan… salah satu dari kalian pernah mencetak sejarah masing-masing… dimana pertarungan untuk menangkap kalian selalu berakhir dengan hancurnya sebuah kota... atau lingkungan sekitar… kalian juga selalu membantai orang-orang yang ingin menangkap kalian... benar-benar data yang menarik bukan…?"
Darian membaca data dari gelang digital miliknya dengan santai di depan para pendiri tentara revolusioner.
"Hah….!? 💢"
*wush… BOOM...*
Joan yang merasa kesal karena merasa dirinya diremehkan pun maju dan menyerang darian dari arah kiri.
"Waduh ngeri sekali… kalau orang biasa pasti sudah tewas oleh pukulanmu… tuan joan…"
"Maaf ya bro… bisakah aku melawan orang ini…?"
"Hahaha… kau memang tidak sabaran seperti biasa… bisakah kau membunuhnya…?"
"Tentu…"
Steven yang awalnya tersenyum langsung memasang wajah serius ketika bertanya pada joan. Ia tidak ingin ada pertarungan dengan niat yang setengah-setengah dan berakhir dengan kekalahan.
"Bagus… target kita yang sebenarnya adalah presiden dan pejabat penting lainnya…"
"Memangnya aku akan membiarkan kalian berbuat seenaknya…?"
Energi jiwa milik darian meluap bersamaan dengan warna rambutnya yang berubah menjadi putih.
"Semangat yang bagus tapi…
"...!"
[Tangisan Banshee]
*siung… JDOOM…!!*
Saat pertarungan di area pengungsian bawah tanah istana negara semakin memanas. Seluruh unit pasukan khusus penanggulangan etranger pun dikerahkan untuk melakukan evakuasi. Aldiano sendiri yang memimpin pasukan pengaman presiden untuk dievakuasi ke salah satu pesawat induk. Rigma dan teman-temannya hanya bisa melihat proses evakuasi dari atas pesawat induk.
"Woaahhh… benar-benar pergerakan yang cepat… mereka melakukan evakuasi presiden dan pejabat tinggi negara dengan cepat…!"
"Sudah jelas bukan… semua ini untuk menanggulangi 4 bencana berjalan dari kelompok revolusioner…"
"Ketua… memang sekuat apa orang-orang yang dijuluki 4 bencana itu…?"
Rias dengan polos bertanya pada rigma yang menatap ke arah pasukan militer sekitar istana dengan serius.
"Mereka dijuluki bencana berjalan bukan tanpa alasan… pemerintah yang memberikan julukan pada mereka… semua itu berdasarkan pada hasil pertarungan mereka dengan pasukan khusus penanggulangan etranger milik militer satuan khusus… semua pertarungan berakhir dengan kegagalan penangkapan dan kehancuran total pada area pertarungan dalam radius 20 kilometer lebih…"
"Jadi etranger sekuat itu juga ada ya… benar-benar mengerikan…"
Rias lagi-lagi mengungkapkan kekagumannya dengan wajah polos sambil menatap layar monitor.
"Kata mengerikan memang cocok untuk mereka… itu sebabnya seluruh anggota militer panik akibat kedatangan 4 bencana berjalan sekaligus…"
"Kalau kita berhadapan dengan salah satu dari 4 bencana… kira-kira apa yang akan terjadi…?"
"Sudah jelas kita semua akan mati… aku sendiri… mungkin hanya bisa menahan mereka selama 1 menit…"
"Satu menit…!? Eee… jadi mereka sekuat itu…"
Legi dan akbar benar-benar terkesima ketika mendengar kekuatan besar yang dimiliki oleh 4 bencana dari kelompok revolusioner. Rigma dan kawan-kawannya tiba-tiba dikejutkan oleh ledakan dari area belakang istana. Ledakannya sangat kuat hingga membuat tanah dan debu beterbangan di udara.
"Itu…!"
"Salah satu dari 4 Jenderal terkuat…!"
"Darian Mantera…"
"Huaaa…"
Rigma merasa jijik ketika melihat rekan satu timnya sangat bersemangat saat membahas 4 pahlawan dari angkatan militer. Darian yang sedang fokus melawan joan memilih untuk keluar dari area pengungsian bawah tanah. Ia terbang sambil berhadapan dengan joan yang menjadi lawannya.
"Mereka beneran terbang…! Gila…!"
Legi benar-benar terpesona melihat penampilan dua etranger kuat yang sedang berhadapan di atas istana negara. Rigma mengamati dengan seksama melalui monitor dan melihat aura jiwa pekat dari keduanya.
"Jenderal darian memiliki phoenix yang membuatnya dapat terbang… lalu untuk lawannya… dia menggunakan telekinesis yang sangat kuat…"
"Hebat…! Ketua bisa tahu kekuatan keduanya…"
"Tentu… aku melatih mataku untuk melihat energi jiwa….selama energi jiwa berada di luar tubuh… aku bisa melihat kekuatan apa yang digunakan oleh lawanku…"
"Butuh berapa lama untuk untuk melatih kekuatan sehebat itu…?"
"Aku tidak begitu ingat… mungkin sekitar 2 bulan dengan latihan intensif…"
Legi, akbar, rias, amalia, rigma dan vina sibuk berkomentar soal pertarungan di area istana. Anggota lain masih asyik menonton pertarungan barisan depan dimana antonio sedang mengamuk. Antonio sedang bertarung melawan pria bertopeng yang dibantu oleh harun,
"Ketua…! Pertarungan di barisan depan juga semakin memanas…"
"Hooo… kalian masih sibuk mengurusi barisan depan ya…"
"Ya… habis jarang-jarang kami melihat pertarungan skala besar seperti ini… apalagi wanita yang memanggil pohon besar sekarang ikut bertarung..."
"Apa…? Coba aku lihat…"
Rigma tidak percaya melihat harun sudah maju ke barisan depan dengan 4 sayap hijau di punggungnya. Mahkota emas dan jubah kebesaran berwarna hijau juga menghiasi tubuhnya, ditambah para penjaga angin di sekelilingnya. Rigma melihat antonio bersama angel maju untuk menghabisi harun. Tapi kekuatan para penjaga yang terbuat dari angin cukup kuat untuk menahan setiap serangan mereka.
"Uwaaa…. Dia bahkan belum menggunakan [Perwujudan Jiwa]... tapi kekuatannya sudah sangat besar…"
Rigma menatap layar monitor dengan wajah jengkel karena melihat harun bisa menjadi sekuat itu dalam waktu singkat. Sementara ia harus menjalani latihan selama setahun penuh di dalam labirin jiwa untuk menjadi sekuat sekarang.
"Perhatian, untuk seluruh penumpang pesawat induk… kami akan menjauh dari area istana untuk menjamin keamanan pesawat… semuanya mohon bersiap untuk guncangan…"
Rigma dan rekannya yang menonton pertarungan barisan depan di ibukota sampai lupa soal 4 bencana di istana negara. Pertarungan antara darian dengan joan sudah dimulai hingga membuat percikan energi jiwa ke area sekitarnya.
*berguncang…*
Pesawat induk bergetar hebat karena terkena percikan energi jiwa, tapi perisai energi telah meminimalisir kerusakan.
"Semuanya… kalian tetaplah disini… aku ingin melihat dari area luar secara langsung…"
"Ketua…?"
Rigma meninggalkan seluruh anggotanya di dalam ruangan untuk mengamati secara langsung pertarungan yang terjadi di istana negara. Di depan pintu keluar ruangannya asrea dan dini sudah menunggu kedatangan rigma.
"Akhirnya kamu keluar juga…"
"Apa waktunya sudah tiba tuan…?"
"Ya… kita harus melakukan apa yang bisa kita lakukan…"
Wajah rigma penuh keseriusan, ia sudah merencanakan sesuatu bersama asrea dan dini sejak awal. Mereka pun pergi ke lintasan pesawat tempur yang ada di bagian atas pesawat induk untuk menjalankan rencananya. Sementara itu aldiano yang seharusnya mengawasi pesawat induk, sedang disibukkan dengan pengawalan presiden di pesawat induk lain. Setelah menyerahkan presiden dan pejabat penting negara pada pihak penguasa pesawat induk, aldiano pun bisa beristirahat sejenak.
"Fuah… akhirnya masuk zona aman… tadi itu sungguh menegangkan…"
"Jadi anda juga tegang ya Jenderal…? Kami pikir hanya kami para pasukan penanggulangan etranger yang merasa tegang karena harus melindungi presiden dari 4 bencana berjalan..."
"Mana mungkin aku tidak tegang ketika harus melindungi presiden dari 4 orang tua sialan itu… mereka itu monster…! Dalam pertarungan 1 lawan 1 saja aku tidak begitu yakin bisa menang… apalagi harus bertarung sambil melindungi presiden…"
"Ngomong-ngomong berapa persen kemungkinan anda bisa menang melawan satu di antara 4 bencana berjalan…?"
"50%... hanya 50% kemungkinan aku bisa menang…"
Pimpinan pasukan khusus penanggulangan etranger pun terkejut mendengar jumlah persentase kemenangan pahlawan terkuat militer. Aldiano yang terkenal dengan perhitungan matang dalam menjalankan setiap tugasnya saja hanya memberi nilai 50 pada dirinya. Artinya kekuatan 4 bencana berjalan memang bukan sesuatu yang bisa diremehkan, bahkan oleh pahlawan militer sekalipun.
"Jadi mereka… lawan yang benar-benar mengerikan… ya…"
"Eh tapi itu perhitungan untuk diriku… kalau untuk darian yang sedang melawan salah satu dari 4 bencana… kemungkinan menangnya 70%..."
"Apa…!? Jadi jenderal darian sekuat itu…!?"
"Yap… diantara 4 pahlawan militer… aku mungkin yang terlemah… darian adalan orang terkuat kedua… setelah… Martinus Antasona…"
Saat aldiano menjelaskan soal level kekuatan pahlawan militer, 3 pendiri kelompok revolusioner sudah sampai ke tempat perlindungan darurat presiden. Namun mereka tidak menemukan presiden atau pejabat penting negara yang menjadi target. Mereka malah bertemu dengan seorang pemuda berambut pirang duduk di kursi presiden.
"Yo… senang bertemu kalian para senior…"
Senyuman lebar dengan sorot mata yang tajam ditunjukkan oleh pemuda berseragam militer tersebut kepada 3 bencana berjalan.
Bersambung…