webnovel

Ketegangan

Ketidakberdayaan

Sebuah drone teknologi tinggi diluncurkan oleh setiap pesawat induk untuk melihat kondisi di ibukota. Rigma bersama ayahnya menonton siaran langsung pertempuran barisan depan dan barisan belakang pertahanan ibukota.

"Ini lebih mengerikan dari perkiraanku… mereka memiliki banyak orang berbakat yang sangat kuat…"

"Awalnya aku tidak percaya bisa melihat kondisi ibukota seperti kata ayah… tapi ini sudah melebihi perkiraanku…"

"Sangat jelas bukan tampilan hasil pengamatan dari drone paling canggih milik pesawat induk…?"

"Ya ini terlalu bagus… bahkan terlihat seperti sedang menonton film…"

'Terlebih lagi… aku terkejut melihat betapa kuat dan sadisnya harun sekarang… dia membantai lebih dari seribu orang tanpa ragu… pilihanku untuk tidak ambil bagian pada misi darurat waktu itu sangat tepat...'

Rigma melihat dengan jelas pertarungan harun di barisan depan yang menggunakan akar pohon raksasa untuk membantai para etranger. Pertarungan barisan belakang juga tidak kalah sengit, dimana yuda bertarung melawan kristina. Rigma melihat ketua organisasinya terus menghancurkan berbagai duri tanah yang menyerangnya.

"Ayah… bisakah aku memperlihatkan ini pada bawahanku…?"

" Aku sih tidak masalah… asalkan kalian menontonnya di ruang khusus agar tidak terlihat oleh orang lain… "

"Kalau begitu bagus… aku akan mengajak mereka ke kamar lamaku untuk menonton… sebab peperangan ini bagus untuk belajar tentang kekuatan kelompok revolusioner… "

"Oke… "

Setelah rima pergi dari ruangan aldiano, seseorang muncul dari belakang aldiano.

"Apa tidak masalah memberikan banyak fasilitas pada anak anda seperti itu…? Apalagi anda tidak memberitahunya tentang bahaya yang terus mengincar nyawanya…"

"Tidak masalah… dia bukan anak yang lemah… sudah 2 kali nyawanya di incar… namun ia berhasil selamat… dia sudah bukan rigma kecilku yang harus selalu dijaga…"

"Kalau memang itu yang terbaik menurut anda… saya tidak bisa berkomentar lebih jauh… tujuan saya datang ke sini tidak lain ingin melapor soal pergerakan pasukan khusus yang sangat aneh..."

"Bagus… beritahu aku pasukan khusus mana saja yang bergerak tanpa memikirkan peperangan ibukota…"

Wanita misterius dengan baju ketat serba hitam pun mengeluarkan berkas berisi foto dan salinan surat perintah.

"Unit khusus mawar merah ya… ini bukan pasukan biasa… ada 5 perwira dengan jiwa pengelana yang memimpin masing-masing regu dari unit khusus ini... aku bisa bilang satu orang biasa dari unit mawar merah kekuatannya setara dengan etranger kelas 4…"

"Mereka memang unit yang terkenal bisa memburu etranger kelas 1 tingkat lanjut tanpa masalah…"

"Tapi dengan begini aku tahu pasti siapa yang menjadi lawanku… kerja bagus... "

Wanita misterius di belakang aldiano tersenyum ketika mendapat pujian atas kerja kerasnya mengumpulkan informasi.

"Karena tugas saya selesai… sekarang saya pamit undur diri…"

"Tunggu…"

"Ada apalagi Jenderal…?"

"Aku ingin kau mengirimkan surat ini ke ibu mertuaku…"

"Surat fisik…? Bukankah ini ketinggalan zaman ya…? Apalagi pengirimannya melalui saya…"

"Aku tidak bisa percaya dengan keamanan digital sekarang ini… jadi tolong ya…"

"Yah baiklah… ini harusnya bukan tugas yang sulit… jadi aku akan menerimanya… tapi ingat… bayarannya…"

"Tentu saja… uangnya sudah aku kirim…"

"Hoho… jenderal memang pengertian… terima kasih ya…"

Wanita misterius pun menghilang dalam bayangan seperti hantu yang tidak memiliki tubuh fisik. Sementara itu di waktu yang sama rigma dan anggota timnya sedang sibuk melihat pertarungan yuda melawan kristina.

"Gadis pengendali tanah ini benar-benar sesuatu… sudah lebih dari 12 menit mereka bertarung…"

"Dia memanfaatkan beton dan benda di sekitarnya untuk memperkuat duri tanah miliknya…. Itu alasannya ketua kesulitan meski sudah menggunakan excalibur…"

Di sisi yuda, dimana ia memerintahkan anak buahnya untuk menjauh dan membantu dari belakang. Melawan kristina sambil mencegah kerusakan ibukota semakin parah sangat sulit untuk yuda. Tapi hal itu justru membuat kristina bisa menyerang sepuasnya karena yuda tidak bisa melakukan serangan skala besar.

"Wah wah… sepertinya aku kerepotan… kenapa kau tidak berhenti bergerak dan terus menyerang menggunakan duri tanah tidak berguna ini…?"

*sling… duar…*

Yuda mencoba memancing kristina sambil menghancurkan duri tanah buatannya dengan excalibur.

"Hihihihi… ini memang agak membosankan karena kau dan aku sama-sama tidak bisa menggunakan kekuatan penuh… tapi ini sudah menjadi tugasku… agar barisan depan tidak mendapat masalah lebih besar…"

"Hooo… jadi kau memang berniat menahanku agar tidak datang ke barisan depan... kau pikir mampu untuk melakukannya…?"

Yuda pun berhenti sejenak dan memfokuskan energi jiwa miliknya hingga membuat tekanan yang mengerikan. Ia juga sudah memastikan seluruh bawahnya telah mundur jauh agar tidak terkena dampak.

"Ini…! Jangan bilang…!"

[Armor Caliot]

"Ditambah…"

[Nestapa]

Yuda mengangkat satu tangannya setelah armor perak lengkap dengan pelindung kepala muncul dan melekat di tubuhnya. Kemudian sebuah bola sihir dari gabungan berbagai elemen muncul hingga membentuk sebuah bola ungu besar.

"Aku memang diperintahkan untuk meminimalisir kerusakan… tapi… aku dan organisasiku tidak begitu suka menjalankan perintah yang menyulitkan…!"

"Sialan…!! Kalau sudah begini aku juga tidak akan menahan diri…!!"

[Perwujudan Jiwa]

Yuda mengayunkan tangannya dan melempar bola sihir raksasa ke arah kristina yang baru saja menggunakan [Perwujudan Jiwa].

"Sialan…!!! Aku tidak akan mati…!!!"

[Ladang Duri Merah]

Namun di detik-detik terakhir kristina berhasil melepaskan kekuatan besar dari duri berwarna merah. Kedua serangan pun beradu hingga membuat ledakan cahaya yang sangat menyilaukan mata. Seluruh area dalam radius 5 kilometer dari lokasi pertarungan yuda tertutupi oleh cahaya terang. Saat cahayanya mulai redup terlihat banyak bangunan besar yang lenyap hingga rata dengan tanah. Di pusat ledakan cahaya terlihat yuda dan kristina masih berdiri tegak.

"Uhak…! Ternyata rasanya sangat menyakitkan meski menggunakan [Armor Caliot]... kekuatan pertapa memang luar biasa..."

*brugh…*

Yuda terjatuh duduk setelah muntah darah akibat menerima serangannya sendiri. Sementara kristina masih tetap berdiri tanpa membalas perkataan yuda yang telah jatuh duduk. Bawahan yuda pun datang saat melihat pimpinannya jatuh usai bertarung.

"Ketua…"

"Tidak apa-apa… semua sudah selesai…"

"Tapi… dia masih…"

"Dia pingsan dalam keadaan berdiri… hal seperti ini sering terjadi di pertarungan… tekadnya sangat kuat sebagai petinggi kelompok revolusioner… sisanya aku serahkan pada kalian..."

"Baik…!"

Pertarungan yuda melawan kristina pun selesai, kristina berhasil ditangkap dan diamankan. Beralih ke posisi barisan depan yang terlihat semakin mencekam akibat kekuatan harun. Kebanyakan pasukan barisan depan hanya bisa bertahan dan pasukan revolusioner terus menekan. Apalagi luka yang dialami pasukan revolusioner sembuh dengan cepat secara tidak wajar.

"Ketua… sepertinya kita memiliki banyak pilihan... "

"Kau benar… selama pohon besar itu masih berdiri… pasukan mereka akan kembali pulih dengan cepat…"

"Kita tidak bisa berlama-lama lagi… tapi…"

Antonio melihat ratusan akar raksasa yang melambai di sekitar pohon raksasa dan siap menyerang kapan saja.

"Ketua…!! Kita harus melupakan kerusakan minimal yang diajukan pemerintah…!"

"Yah kau benar juga… meskipun ada potongan bayaran nantinya… tapi hal itu tidak bisa dihindari sekarang…"

[Perwujudan Jiwa : Angel Of Darkness]

Sebuah tiang cahaya yang bercampur kegelapan pun muncul menyelimuti antonio. Angel tentu terkejut karena ia hampir tidak pernah melihat teknik perwujudan jiwa milik antonio. Gelombang angin kuat muncul dari dasar tiang cahaya dan kegelapan hingga membuat peperangan terhenti sejenak.

"Nona harun… sepertinya kami berdua harus melawannya bersama-sama… kekuatan ini…"

"Iya aku tahu… kekuatan ini bukan level kekuatan yang bisa diimbangi oleh salah satu diantara kita…"

"Terima kasih atas pengertiannya… kalau begitu kami izin keluar dari penghalang anda…"

Dua pria yang mengawal harun pun pergi menuju ke arah penghalang untuk melawan antonio. Bersamaan dengan keluarnya dua penjaga harun, perubahan antonio pun selesai dan muncul sosok baru. Sosok yang diselimuti kabut ungu dengan tanduk hitam di kepalanya dan 4 sayap di punggungnya. Mata antonio pun berubah menjadi ungu dan mulutnya dipenuhi gigi taring.

[Perwujudan Jiwa]

Keduanya menggunakan perwujudan jiwa secara bersamaan untuk mengantisipasi serangan dadakan dari antonio. Penjaga harun tidak lain adalah jiandi dan bastian yang setingkat dengan etranger kelas 1 tingkat lanjut.

[Pedang Gaia]

[Naga Hitam]

"Matilah…!! Tusukan 6 sisi..."

Antonio hanya tersenyum ketika melihat dirinya dikepung oleh 6 pedang besar. Sebab tidak ada satu pun dari 6 pedang tersebut yang bisa mendekat lebih dari 1 meter darinya.

"Sekarang jiandi…!!"

"Ya…!!"

Seekor naga besar berwarna hitam memuncul di atas antonio dengan mulut yang penuh dengan api ungu. Perhatian antonio yang sebelumnya fokus pada pedang besar di sekitarnya pun teralihkan ke arah sang naga.

[Nafas Naga]

*JDOOM…*

Semburan api yang sangat besar mengenai antonio secara langsung, apinya sangat panas hingga membuat tanah menjadi lava cair.

*sshhh….*

"Hmmm apa ini yang disebut sauna…? Rasanya cukup nyaman…"

"AAPA…!?"

"Sekarang giliranku ya…"

Antonio menghilang dari pandangan dua lawannya, kemudian ia muncul tepat di atas jiandi. Tangan kanan antonio mencengkram erat kepala jiandi dan mendorongnya hingga menghantam tanah. Gelombang akibat benturan tubuh jiandi yang masih dalam bentuk naga membuat tanah dalam radius beberapa kilometer bergetar hebat.

"Ini terasa seperti gempa berkekuatan sekitar 6 magnitudo… benar-benar pertarungan yang antar monster…!"

"Kita juga harus terus berjuang agar tidak membebani monster yang ada di pihak kita…!"

"Benar…! Semuanya terus berjuang demi ibukota…!! Mati terhormat… hidup berjaya…!!!

"Waaaa….!!! OOOO….!!!"

Seluruh pasukan barisan depan yang sempat putus asa akhirnya mendapatkan kembali semangatnya. Mereka sangat kagum melihat kekuatan etranger terkuat di Indonesia yang sedang bertarung sendirian.

"Kalian akan mati ditempat ini… semua orang yang mencari masalah dengan organisasiku harus mati…!"

"JIANDI…!!"

*sling… slash slash slash slash... duar...!*

Serangan bastian yang menghancurkan sebuah bukit berisi rumah para warga ibukota berhasil dihindari oleh antonio.

"Masih mencoba melawan ya…"

*tap… BOOM...*

Sekali hentakan kaki antonio yang melesat ke arah bastian membuat tanah pijakannya hancur berkeping-keping. Bastian pun tidak bisa bereaksi ketika wajahnya jatuh ke dalam genggaman tangan antonio.

"Urghh…"

"Sadarilah tempatmu… sampah masyarakat…!"

*greck… pecah…*

Antonio yang merasa kesal meremas kepala bastian hingga pecah menjadi potongan kecil. Jiandi dan harun terbakar amarah ketika melihat rekannya tewas dengan cara yang sadis tepat di depan mata mereka.

"Hahaha…. Nia… aku telah membalas perbuatan mereka… ini baru satu dari mereka… aku sebagai ketua organisasi palapa akan membunuh mereka semua… jadi, sekarang bisa kita lanjutkan pembantaiannya…?"

Bersambung…

Bab berikutnya