webnovel

Amarah

Kepentingan Pribadi

Setelah selesai menaklukan beberapa retakan dimensi, sebuah e-mail masuk ke kontak rahasia milik rigma. Rigma amat terkejut melihat isi pesan digital yang ia terima dari azin, kemarahan menyelimutinya. Aura membunuh rigma tiba-tiba bocor dan meluap hingga membuat orang di sekitarnya merinding.

"Anu ketua… ada apa…?"

Rias yang pertama menyadari keanehan pada rigma langsung memberanikan diri untuk bertanya.

"Kita akan segera kembali…! Perintahkan pada tim kedua juga untuk segera kembali ke pesawat induk…"

"Heee….? Mendadak sekali… ada apa rigma…?"

"Ada hal yang sangat darurat… aku tidak bisa menjelaskannya secara detail… tapi… kalian akan melanjutkan latihan tanpa diriku…"

Asrea sangat kaget melihat ekspresi wajah rigma yang penuh dengan amarah. Baru pertama kali ia melihat rigma marah hingga tidak bisa mengendalikan hawa membunuhnya. Seluruh tim hastina pun kembali ke pesawat induk sesuai instruksi dan berkumpul di area latihan.

"Kalian semua lanjutkan latihan yang sebelumnya… aku bersama asrea akan mengunjungi suatu tempat selama 2 hari… sementara aku tidak ada di tempat… amalia akan memimpin kalian…"

"Eh saya…?"

"Jika ada yang ingin kalian tanyakan… kalian bisa bertanya padanya… sekian dariku…"

Setelah memberitahu anggota timnya, rigma pun pergi ke ruangannya untuk bersiap. Semua peralatan tempur ia bawa, asrea juga mengemas seluruh barangnya. Tidak lupa rigma juga meminta aldiano untuk menyiapkan helicopter jet untuk mengantarnya ke pulau jawa.

"Mendadak sekali… memang ada kepentingan apa…?"

"Ini masalah nyawa…"

"...! kalau begitu tidak masalah… pakai sesukamu…"

Rigma pun mengambil kertas yang merupakan surat izin penggunaan helicopter jet. Aldiano pun menghela nafas ketika anaknya keluar dari ruang kerjanya.

"Fiuh… sudah lama sekali aku tidak melihat wajah itu… terakhir aku melihatnya… kalau tidak salah saat ia tahu kebenaran soal kematian lisa… ayah… wajah seram milikmu turun ke cucumu… kalau kau masih hidup, mungkin kau akan senang melihatnya..."

Asrea dan dini yang dibawa oleh rigma dengan helicopter jet masih merasa bingung. Mereka benar-benar tidak tahu apa yang membuat rigma menjadi sangat marah hingga aura jiwanya bocor.

"Rigma… sebenarnya ada apa…?"

Rigma yang tenggelam dalam lamunannya tersadar ketika mendengar suara asrea di telinga kanannya.

"Ah maaf… aku belum menjelaskannya pada kalian ya…?"

"Iya kamu gak jelasin apa-apa ke kita...!"

"Benar tuan rigma… anda dari tadi hanya diam sambil menahan amarah anda…"

Rigma menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan untuk menenangkan diri.

"Haaa… maaf maaf… sebenarnya… salah satu agenku ada yang tertangkap oleh tentara bayaran yang menjaga fasilitas rahasia…"

"Bukankah itu hal biasa untuk agen mata-mata…?"

"Masalahnya kemungkinan besar ia disiksa… atau dijadikan mainan seks oleh para tentara yang menangkapnya… sebab agen yang tertangkap seorang wanita…"

Wajah asrea dan dini pun menjadi pucat ketika mendengar penjelasan rigma tentang agennya. Sebagai wanita mereka merasa sangat marah ketika tahu nasib sesama wanita yang menjadi agen rigma.

"Tuan… saya akan menjadi senjata yang membantu anda dalam misi ini…"

"Rigma…! Aku juga akan membantumu sebagai pendukung yang melindungi bagian punggungmu…"

"Terima kasih… kalian berdua memang rekan yang paling bisa aku andalkan…"

Perjalanan pun terus berlanjut dengan kecepatan super sonic menuju pulau jawa. Sementara di markas tentara bayaran yang menjaga laboratorium, siar ditinggalkan dalam kondisi mengenaskan. Siar dibiarkan telanjang dan terikat oleh rantai besi, tubuhnya juga penuh dengan luka.

"Hahaha… gak nyangka bakal dapat mainan bagus seperti ini… sudah lama sekali aku tidak memperkosa wanita…"

"Iya aku tahu rasanya… sejak hukum etranger berlaku… kita tidak bisa bebas seperti 20 tahun yang lalu… tapi setidaknya kita masih bisa mendapat bayaran besar sekarang…"

Di ruangan lain, para tentara bayaran sedang berpesta setelah usai menikmati tubuh siar secara bergantian.

"Tapi kapten… aku dengar kau dapat omelan dari atasan kita… kenapa tidak kau bunuh saja mereka…?"

"Membunuh sumber uang kita…? Kau gila…? Di tempat ini mereka membutuhkan kita sebagai anjing penjaga… hanya karena seekor tikus yang berkeliaran di halaman depan lolos… mereka tidak akan berani macam-macam… kalau masalah omelan dari atasan… itu hal sepele..."

"Whahaha… kapten kita memang yang terbaik… selain kuat kau juga sangat jenius kapten…"

"Tentu saja… kalau tidak menggunakan otak… kita pasti masih mendekam dalam penjara busuk itu…"

Sang kapten kembali minum bir nya dengan wajah serius yang terlihat sangar. Wajah sangar dengan tato beruang di tangan kanannya menjadi ciri khas sang kapten. Seluruh bawahannya sangat hormat padanya karena ia pemimpin yang kuat serta adil. Entah kenapa sang kapten merasa gelisah ketika melihat anak buahnya terlena dengan tubuh wanita.

'Kenapa aku merasa ada yang tidak beres... '

"Kalian semua… sehabis pesta kita tetap harus berjaga… jangan sampai kewaspadaan kalian hilang…"

"Tentu saja kapten… kita adalah pasukan hider terkuat… jadi tidak akan ada yang lolos dari penjagaan kita…"

"Bagus… sekarang aku ingin mencari udara segar… sebab di sini sudah penuh dengan bau alkohol dan asap rokok…"

"Selamat jalan kapten… kami akan jaga pos dengan baik…"

Sang kapten pun keluar dari pos dan menatap langit sambil menyalakan rokoknya. Perasaan gelisah yang ia rasakan terus menguat hingga membuatnya memasang siaga penuh.

'Aku selalu menggunakan insting selama menjadi seorang hider… instingku selalu membuatku selamat dari bahaya… insiden 20 tahun yang lalu juga berhasil aku lalui karena instingku menyuruh diriku untuk menyerah pada para pahlawan… akhirnya sekarang aku berhasil memiliki pasukan sendiri dan kebebasan… hari ini instingku mengatakan kalau pria yang lolos dariku akan membawa bahaya besar… tapi untuk pertama kalinya aku menolak hal tersebut… sebab pria itu sangat lemah… sang wanita juga hanya ikan teri…'

Sang kapten berpatroli sambil memikirkan tentang hal yang membuatnya gelisah. Ia pun menghisap batang rokok yang menempel di mulutnya dan mengeluarkan asap tebal ke udara. Melihat malam yang begitu cerah tanpa awan sedikitpun membuatnya semakin gelisah.

"Fiuh… sepertinya besok malam akan terjadi badai… ya paling tidak besok dia akan kembali ke sini… jatah cutinya sudah habis…"

Seorang tentara bayaran di dalam pos yang mabuk dan duduk di sofa tanpa sadar melihat ke arah kalender. Sebuah tanggal dilingkari dengan warna merah dan tanda silang di dalamnya, mata anggota tentara bayaran tersebut langsung terbuka lebar.

"GAWAT…!!"

"Eh…? Ada apa bro…?"

"BESOK WAKIL KAPTEN AKAN KEMBALI…!"

"Hiii…!! Benar juga… aku hampir lupa… cutinya berakhir hari ini… "

"Sial…! Kita harus segera bersiap… sebab dia bukan orang yang santai seperti kapten…!"

"Benar… ayo semua bersiap sebelum bajingan wakil kapten kita kembali…!"

"Yoooo…! "

Para tentara bayaran yang menjaga laboratorium rahasia milik pemerintah pun kelabakan sambil membereskan pos mereka. Di sisi lain kota purwakarta, rigma bersama dini dan asrea sedang sibuk mengobati azin.

"Jadi benar laboratorium itu dijaga sangat ketat…?"

"Benar bos… ada pria yang bisa menahan kekuatan benang besi saya… kekuatan fisiknya mungkin setara dengan anda… kulitnya juga benar-benar keras… saya dan siar seperti menghadapi seekor beruang berkulit besi waktu itu…"

"Jadi pimpinannya sangat kuat… mari kita asumsikan ia sebagai petarung veteran dan juga etranger kelas 1 tingkat lanjut… sudah jelas ia bukan lawan yang mudah untukmu dan siar…"

"Ya benar bos... ngomong-ngomong, boleh saya bertanya sesuatu…?"

"Tentu…"

"Sejak kapan anda memelihara seekor rakun…?"

"Hoo kau bisa melihatnya… namanya zura… dia hewan yang sangat langka..."

Secara perlahan rakun yang ada di punggung rigma mulai menampakkan diri. Sang rakun menggunakan sihir angin untuk membuat dirinya menjadi tak kasat mata.

"Apa karena dia bisa menggunakan energi jiwa…?"

"Benar… zura adalah rakun yang pandai dan memiliki jiwa pengelana di dalam tubuhnya…"

"Kruuk…"

Sang rakun menanggapi jawaban rigma dengan mengangkat tangannya sambil mengeluarkan suara khas. Azin hanya terdiam ketika melihat rakun yang ada di pundak rigma merespon obrolannya.

"Hebat… anda bahkan menemukan binatang langka seperti dia… "

"Bisa dibilang aku sangat beruntung… oh iya… aku punya tugas untukmu… selama kau terluka tugasmu adalah menjaga rumah ini… soal urusan siar serahkan padaku..."

"Siap bos…!"

Rigma, asrea, dini dan zura pun pergi menuju lokasi laboratorium rahasia yang ditemukan oleh azin. Dalam beberapa jam perjalanan mereka pun sampai di pinggir hutan tempat laboratorium berada. Pakaian serba hitam dengan topeng yang menutupi wajah membuat identitas mereka aman ketika melakukan serangan. Rigma bersama dua wanita di belakangnya memantau laboratorium rahasia yang berada di tengah hutan dari kejauhan. Angin malam yang dingin dengan awan gelap di sekelilingnya membuat cahaya bulan dan bintang lenyap. Sungguh keadaan yang menguntungkan bagi rigma dan rekan-rekannya untuk melakukan pembantaian.

"Semuanya… lakukan sesuai rencana… dan jangan biarkan satupun dari mereka hidup... !"

"Siap…!"

"Serahkan padaku…!"

"Kalau begitu perburuan malam ini dimulai…"

Bersamaan dengan angin malam yang berhembus ke arah laboratorium, rigma bersama dini dan asrea pun bergerak. Gemuruh petir terdengar seperti menandakan kedatangan mereka bertiga ke area laboratorium.

bersambung….

Bab berikutnya