Luapan Amarah
Gelombang air raksasa setinggi 200 meter muncul bersamaan dengan kebangkitan penyihir air. Jiandi sangat pucat ketika melihat air menjulang tinggi di depannya dan siap jatuh menghantam dirinya.
"Oi oi oi… yang benar saja…! Sialan…!"
*buar…!*
Gelombang air tersebut menghempaskan tiga orang yang ada tepat di depannya serta menyapu area sekitarnya dengan air. Bastian tidak bisa menahan air yang menghantam dirinya ketika pedang raksasanya ditahan oleh rigma.
"Hehehe… itulah akibatnya kalau berurusan denganku…"
"Sialan….!! Aku akan mengingat ini bocah…!!"
Perlahan tubuh resta yang terpecah menjadi abu menyatu kembali di sebuah dahan pohon besar.
"Hampir saja aku ikut tersapu ombak… bibit hydra memang tidak bisa diremehkan…"
*jleb...!*
Resta yang fokus memperhatikan air bah yang mengalir di bawahnya tidak memperhatikan sekitarnya. Pertahanan jiwanya pun melemah untuk beberapa saat hingga membuat pedang senja berhasil menusuk jiwanya.
"Uhaakkk…! Apa…? Bagaimana bisa…!?"
*sring...prang…*
Pedang senja pun berputar dengan cepat hingga membuat jiwa resta hancur berkeping-keping. Rigma yang mengendalikan pedang senja dari jauh pun tersenyum karena serangannya berhasil.
"Rigma untuk sekarang kita harus mundur… aku yakin resta dan 2 orang itu belum mati… mereka tidak akan mati hanya karena tsunami kecil buatanku…"
"Kalau resta dia sudah mati barusan… tapi aku tetap setuju soal idemu untuk mundur…"
*wush tap…*
Rigma menjawab asrea sambil menangkap pedang senja yang kembali padanya. Hasil pertempuran kali ini, pasukan sukarelawan kalah dan komandannya diculik. Korban tewas berjumlah 28 orang dan sisanya terluka parah. Rigma hanya bisa membantu meringankan luka para etranger yang masih hidup. Setelah pengobatan selesai, misinya dianggap gagal, mereka berdua pun hanya dapat bayaran separuh dari total yang dijanjikan.
"Pasukan teroris itu menang…!? Etranger kelas 1 tingkat lanjut dari organisasi palapa juga kalah… bahkan ia diculik… benar-benar memalukan…"
"Tidak ada yang menyangka pimpinan para teroris adalah etranger kelas 1 tingkat lanjut… ditambah lagi… menurut laporan seorang etranger yang selamat... ada 2 etranger kelas 1 tingkat lanjut di pihak musuh dan seorang pengkhianat di pasukan sukarelawan…"
"Cih… kalau begitu kita lagi-lagi ketinggalan 1 langkah dari para pemberontak ini…"
Para petinggi pasukan militer sangat kesal akibat kekalahan pasukan sukarelawan di area perbatasan. Disisi lain, seorang pria duduk dengan aura jiwa yang membara karena termakan emosi.
"Sekarang kalian bisa jelaskan padaku kenapa wakil ketua no 2 kita menghilang…?"
"Ma-maafkan kami tuan antonio… kami tidak menyangka nona nia akan kalah melawan pimpinan teroris…"
"Bukan itu masalahnya…! Sekarang apa pertanggung jawaban kalian sebagai bagian manajemen yang menerima misi hingga membuat wakil ketua no 2 hilang…!"
"Ka-kami sekarang sedang berusaha melacak keberadaan nona nia… dalam 3 hari kami akan segera menemukan lokasinya…"
"Bagus…! Tapi cam kan ini…. Kalau terjadi sesuatu pada nia… kepala kalian taruhannya…"
"Ba-baik…!"
Antonio pun pergi dari singgasananya meninggalkan para staff organisasinya di ruang aula organisasi palapa. Sementara rigma yang berhasil selamat dari kematian sedang asyik memancing di atas perahu.
"Huaaa…. Benar-benar misi yang melelahkan…"
"Paling tidak kita bisa memanfaatkan sisa waktu untuk liburan sejenak disini…"
"Ya kau benar rea… bagaimanapun danau ini cukup tenang dan bagus untuk menjernihkan pikiran…"
"Hey rigma…"
"Iya…?"
"Bukannya lebih cepat kalau menangkap ikannya pakai sihir air…?"
"Hah…? Uwaaahh… kau tidak mengerti seni memancing ya, rea…?"
Asrea benar-benar tidak paham maksud dari perkataan rigma yang terlihat marah padanya. Rigma berdiri di atas perahu sambil menatap ke arahnya dengan wajah yang terlihat kesal. Beberapa saat kemudian ia pun menurunkan emosinya dan kembali duduk seperti semula.
"Yah lagi pula jarang wanita yang mengerti seni memancing… apalagi danau labuan cermin ini memang bukan tempat untuk memancing…"
"Maaf kalau aku salah…"
"Tidak apa-apa… ngomong-ngomong kapan kapal kita akan datang…?"
"Besok… "
"Besok ya… aku juga penasaran sudah berapa banyak material yang dikumpulkan oleh dini…"
Asrea langsung menatap rigma dengan tatapan sinis yang penuh rasa curiga. Sebab nama yang disebutkan rigma terdengar seperti nama seorang wanita.
"Dini…? Siapa itu…? Terdengar seperti nama wanita…"
"Iya karena dia memang wanita… dia adalah mantan pelayanku… sekarang dia sudah bukan lagi manusia…"
"Eh…? Apa maksudnya bukan lagi manusia…?"
"Ya karena dia sudah menjadi senjata hidup… ceritanya panjang… mau dengar…?"
"Boleh sepertinya menarik…"
Rigma pun bercerita sambil memancing dengan tenang, asrea benar-benar tidak mengira ada wanita lain yang bernasib seperti dirinya. Memiliki tubuh yang bukan lagi tubuh manusia untuk mendapatkan kesempatan kedua. Apalagi nasibnya sama, sama-sama seorang wanita sebatang kara tanpa orang tua. Rasa cemburu asrea berubah menjadi rasa kasihan, ia ingin menjadi teman dekat wanita bernama dini.
"Menurut info terakhir yang aku tahu… sekarang dia sedang melatih kemampuan perubahan bentuk tubuh…"
"Anu rigma…"
"Iya…?"
"Secara fisik… aku juga tidak bisa disebut manusia lagi… ritual penyatuan jiwa yang aku lakukan sebelumnya… tidak hanya menyatukan jiwaku dengan jiwa penyihir air… tapi juga membuat tubuh baru dari kekuatan air dari sisa energi sihir milik sang penyihir air… anu… jadi apa aku boleh tinggal bersamamu… sebab aku belum bisa sepenuhnya mengendalikan tubuh baruku..."
"Haaa… jadi intinya kamu mau ikut denganku begitu…?"
"Ka-kalau boleh…"
"Tentu saja boleh… tapi rumah baruku tidak terlalu besar… jadi aku harap kau bisa akur dengan wanita bernama dini dan berbagi kamar dengannya…"
"Tentu… malah aku ingin akrab dengannya…"
Asrea sudah memutuskan ingin berbagi dengan wanita yang senasib dengannya dan menjadikannya saudara.
"Ngomong-ngomong… kata jiwa pengelana di dalam tubuhku… aku mendapatkan berkah air yang melimpah.... Bahkan cukup kuat untuk membentuk sebuah jiwa baru…"
"Ehhh…!? Jiwa baru…!? Kau bisa membuatnya…?"
Asrea terkejut dengan perkataan rigma, sebab hampir mustahil bahkan bagi etranger untuk menciptakan jiwa baru.
"intinya bukan membuat… melainkan membentuk pola… katanya ada jiwa yang terselip di dalam berkah air… namun jiwa tersebut seperti bayi baru lahir yang tidak punya bentuk ataupun kepribadian…"
"Jadi begitu… aku pikir itu adalah jiwa milik bibit hydra yang seharusnya menetas dalam beberapa generasi ke depan… intinya jiwa yang kau dapat itu masih prematur... "
"Yah tidak masalah… soalnya 3 wanita di dalam tubuhku menyukainya…"
"Ti-ti-tiga…!? Ri-ri-rigma…! Jangan bilang… kamu memiliki 3 jiwa pengelana di tubuhmu…!?"
"Ah aku keceplosan… tolong rahasiakan ini ya asrea… hanya ada sedikit orang tahu soal itu…"
Asrea gemetar ketika mengetahui rahasia luar biasa lainnya yang dimiliki oleh rigma. Ia tidak pernah menyangka soal rigma yang memiliki 3 jiwa pengelana di tubuhnya.
"Tunggu sebentar… itu artinya kau menyembunyikan kekuatanmu saat tes sebagai etranger…?"
"Hehe… iya… tolong rahasiakan itu juga ya…"
"Hehe apanya…!? Itu tidak lucu rigma… jiwa yang bisa memanipulasi kekuatannya hanya jiwa tingkat tinggi… yang artinya paling tidak memiliki peringkat SS atau diatasnya…"
"Ya sebenarnya mereka bertiga bisa dikategorikan peringkat SS+... tapi tubuhku sendiri belum mampu menggunakan kekuatan penuh mereka…"
Rigma menjelaskan dengan wajah aneh seperti orang gugup di depan asrea. Sebab hanya asrea, harun dan guild pandawa yang tahu soal kekuatannya sebagai etranger.
"Rigma…. Kenapa selama ini kau merahasiakan sesuatu sebesar itu dariku….?"
"Ya karena aku tidak mau orang di sekitarku terlibat bahaya… ditambah aku hanya bisa menggunakan 30% dari kekuatan mereka sekarang..."
"Yah masuk akal sich… apalagi… aku yang dulu sangat lemah...:"
"Oh begitu ya…"
Obrolan keduanya pun terhenti, waktu terus berjalan tak terasa hari pun berganti. Rigma dan asrea naik transportasi laut untuk kembali ke purwakarta bersama.
Gemuruh Dunia Bawah
"Sial… aku terlambat…"
"Aku sedikit beruntung karena datang sebelum semua berakhir…"
Di purwakarta sendiri sedang terjadi banyak kekacauan, pergerakan dunia bawah jadi lebih aktif dari biasanya. Azin dan siar sibuk menyelidiki penyebab kegaduhan yang membuat dunia bawah bergerak.
"Jadi bagaimana kondisi di tempatmu…?"
"Tidak bagus… orang-orang misterius yang bukan dari guild membuat banyak kerusuhan…"
"Setidaknya tempatmu sepertinya jauh lebih baik… di sini aku hanya bisa melihat bekas pembantaian anggota guild… mereka memang guild kecil… tapi harusnya gabungan 3 guild tidak mudah terbantai seperti ini…"
Tumpukan mayat anggota guild dunia bawah yang berlumuran darah ada di sekitar azin. Lokasi pembantaiannya adalah pemukiman kumuh yang berada di bawah jembatan besar.
"Situasi separah ini harus segera dilaporkan pada tuan rigma…"
"Aku setuju denganmu... ini sudah diluar kendali kita… apalagi orang-orang misterius ini cukup kuat untuk membuat dunia bawah kerepotan..."
"Ya mulai sekarang kita harus lebih berhati-hati dan mundur secara perlahan…"
"Dimengerti…"
Azin dengan cepat menghilang dari tempat yang dipenuhi mayat anggota guild dunia bawah. Ia memahami situasi dan makna dari perintah rigma yang hanya menyuruhnya mengamati pergerakan dunia bawah. Rigma tahu betul kemampuan bawahannya, jadi ia tidak akan memberikan tugas berbahaya.
"Jadi begitu… terima kasih informasi yang kalian dapat sangat berguna… sisanya serahkan padaku… kalian boleh istirahat 2 hari..."
"Dimengerti tuan…"
Azin pun memutus video callnya setelah selesai memberikan semua informasi yang ia miliki soal dunia bawah.
"Ini sangat menarik… sepertinya sekarang waktu yang tepat untuk membuat benda-benda itu berguna…"
Senyuman licik seperti orang jahat muncul di wajah rigma, ia terlihat seperti orang yang ingin melakukan sebuah kejahatan.
Bersambung…