Rigma : Perseteruan
Aku memang tahu lawanku hanya sebuah boneka kayu, namun aku tidak menyangka 7 boneka kayu dengan kekuatan jiwa sangat lemah. Aku bisa memotong mereka sekaligus hanya dengan kekuatan pedang senja.
"Hehe… hanya segini rupaya… ternyata jauh lebih mudah dari yang aku kira…"
Aku berusaha melemparkan senyuman ke arah asrea yang menonton latihanku. Namun asrea malah terlihat kaget setelah melihat pertarungan ku melawan 7 boneka kayu. Aku yang khawatir langsung keluar dari arena latihan dan menghampiri asrea.
"Anu… asrea…"
"..."
"Asreaa…!!"
"Ah iya maaf… aku terlalu kaget barusan…"
"Memangnya belum pernah ada yang mengalahkan boneka-boneka kayu itu sebelumnya…?"
"Bukan begitu… aku menyeting area latihannya ke level yang paling sulit… seharusnya sekuat apapun dirimu… paling tidak akan kesulitan melawan 7 boneka sekaligus…"
"Ahhh itu… mungkin karena pedang ini…"
Aku terlalu berlebihan saat menggunakan pedang senja, seharusnya aku lebih mengontrol kekuatannya. Saat aku dan asrea sedang asyik mengobrol tiba-tiba ada segerombolan etranger yang mendatangi kami.
"Sepertinya disini kita mendapat pemula yang hebat… bisa mengalahkan 7 boneka kayu yang masing-masing memiliki kekuatan fisik setara etranger kelas 3…."
"Hahaha… saya tidak sekuat itu… kalau saya tidak memiliki pedang senja mungkin akan lain ceritanya…"
'Gawat sepertinya aksiku terlalu mencolok…'
Senyuman palsu yang terpasang di wajahku menjadi cara satu-satunya untuk lepas dari mereka. Aku juga baru tahu 1 boneka kayu yang aku lawan memiliki kekuatan fisik setara etranger kelas 3.
"Hooo… menarik… boleh aku lihat pedangnya…?"
"Tentu…"
Aku pikir tidak ada ruginya memperlihatkan pedang senja pada mereka saat itu, tapi disitulah kesalahanku.
"Hooo pedang yang bagus… sangat tajam… sayang kalau hanya seorang etranger pemula yang memilikinya…"
Pria berbadan besar yang ototnya terlihat kekar terus mengomentari pedang senja sambil memegang dan mengayunkannya.
"Ya saya cukup beruntung bisa memilikinya… "
"Sayang sekali… tapi… sepertinya pedang ini menjadi milikku sekarang…"
"Huh…?"
"Jangan cuma huh…! Gua sekarang ambil pedang ini… soalnya sangat disayangkan kalau pedang sebagus ini cuma dipakai oleh etranger kelas 3 sepertimu…"
Akhirnya aku tahu tujuan sebenarnya mereka berlima menghampiriku secara tiba-tiba. Rupanya mereka sudah mengincar pedangku sedari awal, mereka tipe pembully para pemula.
"Maaf… tapi saya tidak bisa menyerahkan pedang itu pada anda…"
"Hah…!? Apa kau tidak tahu aku ini siapa…!?"
"Tidak sama sekali…"
Emosiku sudah terlalu sulit dikontrol, aku yakin sekali mereka bukan etranger sembarang. Buktinya tidak ada satupun etranger yang menghentikan aksi mereka, bahkan asrea terlihat ketakutan.
"Aku ini Jima Algoja….!! Etranger kelas 2 tingkat lanjut…!! Pimpinan tim alpa 3 dari organisasi SATRIA…!! Apa kau berani menolak keinginanku untuk mendapatkan pedang ini…!?"
'Etranger kelas 2 tingkat lanjut…!?'
Sekarang aku mengerti kenapa tidak ada yang berani menghentikan aksi pembullyan mereka. Untuk menjadi etranger tingkat lanjut jiwa pengelana perlu mengkonsumsi jiwa dari monster dimensi. Kalau dia adalah etranger tingkat lanjut, artinya pria besar ini telah memiliki energi jiwa yang besar.
'Tak perlu setakut itu bocah…'
'Syna…! Kali ini lawan kita tingkat lanjut… bukan sesuatu yang bisa diremehkan…'
'Kali ini yang akan membantumu bukan hanya aku seorang… wimala dan aruna akan meminjamkan sedikit kekuatan mereka…'
'Kalau begitu aku merasa sedikit tenang… tapi bagaimana menurutmu…? Apa aku bisa menang…?'
'Tentu… '
Berkat dukungan syna, aruna dan wimala aku menjadi lebih percaya diri menghadapi jima. Aku tersenyum tipis setelah merasa lega, jima sangat tidak senang melihat tingkahku.
Pertarungan Antar Etranger
"Anak baru…! Sepertinya kau perlu didisiplinkan…!"
"Benarkah…? Apa semua anggota organisasi SATRIA adalah pencuri sepertimu…?"
"SIALAN….!!"
Rigma berhasil menyulut emosi jima, sehingga ia mencoba menghatam wajah rigma dengan pukulan. Rigma terkejut saat melihat jima sudah berada di hadapannya dan bersiap untuk menyerang.
'Dia cepat… tapi…'
*BOOM…*
Suara pukulan jima yang menghantam tanah membuat suara keras seperti ledakan. Seluruh gelanggang pelatihan etranger pemula terbuat dari material yang diperkuat oleh kekuatan jiwa. Bahkan pukulan jima yang seperti ledakan meriam pun tidak dapat menghancurkan lantai gelanggang tersebut.
'Aku tidak menyangka akan menggunakan kekuatan ini…'
[Penguat Fisik]
[Peningkat Kecepatan]
[Peningkat Daya Tahan]
"Woah… tipe buff… itu termasuk yang cukup langka…"
"Hebat baru pertama kali aku melihat tipe buff seperti ini…"
Para penonton pertarungan tersebut mulai kagum saat melihat skill milik rigma.
"Menarik… jadi dia yang direkomendasikan fira…"
"Hmmm… hebat… bakatnya luar biasa… sayang sekali jima memulai konflik dengan pemula itu… kita sudah tidak mungkin merekrutnya sekarang…"
Dua orang yang menonton di balik bayang gelanggang juga ikut mengomentari pertarungan tersebut. Jima sendiri sedang terkejut saat mengetahui rigma berhasil menghindari serangan ganas miliknya.
'Bagaimana bocah pemula itu bisa sangat cepat… aku jelas sekali melihat dirinya menghindari serangan di saat-saat terakhir… mataku bahkan tidak bisa melihat gerakannya… sial kalau begini terpaksa…'
"Ada apa…? Kenapa kau tidak lanjut menyerang…?"
"..."
"Kalau tidak mau menyerang sekarang akan menjadi giliranku…"
Rigma langsung melompat dan menerjang ke arah jima dengan kecepatan penuh. namun rigma merasakan sesuatu yang aneh dan ia pun segera membatalkan serangannya.
'Tekanan ini…!?'
Jima mengeluarkan gelombang energi jiwa yang sangat besar dari tubuhnya dan membuat tekanan aneh di sekitarnya.
"Hehehe… aku tidak menyangka ada etranger kelas 3 yang memaksaku menggunakan energi jiwa…"
"Huaaa…. Anda mulai menyebalkan ya…"
'Aruna aku ingin meminjam kekuatanmu… tapi kalau bisa jangan sampai tubuhku berubah…'
'Kalau begitu aku hanya bisa memberi 5% dari kekuatanku…'
'Itu cukup…'
Tiba-tiba otot di tangan rigma mengembang matanya pun perlahan berubah warna. Jima kembali menyerang, namun kali ini dengan kecepatan yang berbeda.
'Sepertinya dia mencari celah… tidak seperti sebelumnya… dia tidak lagi meremehkanku… tapi...'
Rigma malah merasa senang mengetahui dirinya berada dalam situasi seperti itu.
'Anak sialan ini malah tersenyum…!! matilah…!!'
Saat jima menemukan celah titik buta rigma, ia langsung menyerang dengan kekuatan penuh.
"...!?"
Jima terkejut di saat-saat terakhir sebelum serangannya kena, lagi-lagi rigma dapat merespon. Bedanya kali ini rigma tidak menghindar, tapi malah menghadap ke arah pukulan jima. Aura mengerikan sesaat dirasakan oleh jima keluar dari rigma. Matanya terlihat seperti monster yang sangat mengerikan bagi jima.
*break… hancur…*
Betapa terkejutnya jima ketika melihat tangannya hancur saat beradu pukulan dengan rigma.
*BOOM*
Gelombang udara tercipta dari pukulan rigma yang berhasil menghancurkan tangan jima dan membuat tubuhnya terpental.
"Adu pukulan memang cara terbaik untuk menentukan yang terkuat…"
Rigma merasa sangat lega ketika semua kekesalan dicurahkan pada pukulan tersebut. Kebalikannya bagi penonton yang ketakutan melihat pemula dapat mengalahkan veteran tingkat lanjut.
"Sekarang kembalikan pedang ku…"
*swing…*
Pedang senja bergerak sendiri dari pinggang jima untuk kembali ke tangan rigma.
'Hey bocah… aku sarankan kau sedot energi jiwanya…'
'Hooo untuk apa…?'
'Itu dapat mempercepat proses pemulihan kami bertiga…'
Rigma langsung menghampiri jima yang sedang pingsan, lalu ia menyentuh tubuh jima dengan tangannya.
[Sentuhan Penyerap Energi]
Rigma mulai menyerap energi jiwa milik jima dengan cepat lewat sentuhan tangannya. Energi jiwa yang sangat besar mengalir pada tubuh rigma dengan cepat.
*tap tap…*
"Ehem… bisa kau hentikan perbuatan mu itu…?"
Rigma menghiraukan perkataan tersebut dan melanjutkan aksinya, namun tiba-tiba ia merasakan tekanan energi yang luar biasa.
Bersambung…