webnovel

Misunderstanding

Rimonda menatap Ramon yang tengah duduk tenang membiarkan adik kembarnya bersikap sesukanya. Dia tidak perlu memikirkan bagaimana adiknya akan membuat kesalahan. Dia hanya perlu mengamati dari dekat saja dan itu sudah cukup untuk sekarang.

Sang Kaisar sudah kembali sejak tadi dan mereka berdua tengah duduk tenang menatap Kepala Profesor. Setelah kepegian sang Kaisar, keduanya di panggil untuk menemui Kepala Profesor.

Mereka jelas tau alasan keduanya di panggil saat ini, jika bukan karena alasan kedatangan Kaisar pasti karena keduanya yang tidak masuk kemarin.

"Apakah Yang Mulia Pangeran dan Yang Mulia Putri tidak ingin menjelaskan pada saya alasan anda berdua tidak masuk kemarin?"

Benar saja, seperti dugaan mereka berdua dan untuk masalah seperti ini maka Ramon yang akan menyelesaikannya. Terlihat jelas Ramon yang langsung membungkuk sebelum mengatakan kata maaf akan hal yang mereka lakukan kemarin.

"Saya minta maaf, mungkin ini terdengar sebagai bentuk alasan saja tapi kami berdua berniat membantu Kaisar menyelesaikan masalah wabah di pinggiran ibu kota" jawab Ramon dengan sebuah raut wajah menyesal karena berbuat hal buruk.

Kepala Profesor langsung gelapan, dia bukan ingin memarahi keturan Kekaisaran itu. Dia hanya berniat meminta penjelasan akan apa yang terjadi kemarin. Dan jika alasan keduanya tidak masuk kemarin untuk membantu Kaisar, jelas dia tidak bisa menolak bahkan dia berniat memberi sebuah bantuan kecil untuk keduanya.

"Kalian bisa mengambil cuti untuk beberapa hari jika mau" ucap Kepala Profesor dengan raut wajah sedikit tertekan.

Ramon dan Rimonda terlihat senang dengan sebuah senyuman lebar terukir di bibir mereka berdua. Inilah yang mereka inginkan sejak kemarin dan kesempatan seperti ini adalah hal yang menguntungkan bagi mereka berdua.

"Jika anda tidak keberatan kami meminta cuti selama seminggu dan selama itu juga kami akan menyelesaikan masalah ini dengan baik" sahut Rimonda membuat Ramon mengangguk setuju.

"Tentu, jika yang kalian lakukan demi Kekaisaran saya jelas tidak bisa menolak keinginan kalian. Saya berharap apa yang kalian lakukan terwujud dengan baik"

Si kembar mengangguk dan langsung pamit dengan hasil mendapatkan libur selama seminggu. Selama seminggu itu, mereka akan menyelamatkan para rakyat biasa yang terkena wabah dan menyelesaikan masalah internal lainnya. Dengan bantuan Kesatria Kuil Suci pasti semua ini akan berakhir baik dan keduanya terlihat begitu bersemangat.

Langkah mereka terlihat begitu ringan, tidak ada hal bisa membuat mereka untuk mundur sekarang. Bukan karena tahta, ini karena janjinya dengan sang Dewi untuk bisa membuat rakyat Kekaisaran bahagia. Walau itu menjadi hal yang tidak masuk akal bisa mereka lakukan, tapi mereka berdua sangat yakin.

Yakin bahwa apa yang mereka lakukan akan memberikan sebuah akhir yang nyata, mungkin akan butuh waktu lama tapi mereka akan berusaha sebaik mungkin. Keduanya saling tersenyum dengan berbagai kata penyemangat yang mereka katakan dalam pikiran mereka.

"Caesar..!!" kaget keduanya menatap Caesar yang berdiri menghalangi jalan mereka berdua.

Caesar menujukkan sebuah raut wajah yang kecewa, sepertinya Caesar menyadari bahwa mereka akan melakukan hal yang di luar umur mereka. Tapi sebagai pemilik darah Kekaisaran, umur bukanlah segalanya. Segalanya bisa di raih jika mereka menginginkannya dan si kembar sudah bertekad untuk hal itu.

"Kalian merencanakan apa sekarang?" Caesar ingin bertanya akan hal yang mungkin kelewatan tapi sebagai teman dia pantas menujukkan sebuah kekhawatiran.

Rimonda mendekat menyentuh tangan Caesar membawanya pergi meninggalkan tempat yang ramai akan siswa dan siswi. Caesar pasrah dengan Ramon yang mengikuti mereka dari belakang, mereka bertiga sampai di belakang gedung akademi dengan Caesar yang menatap si kembar.

"Sekarang katakan..!" Caesar menekan ucapannya menatap si kembar dengan kekhawatiran yang terlihat jelas di raut wajahnya.

"Kami akan cuti seminggu" jawab Rimonda tanpa basa basi.

"Lebih tepatnya kami akan menyelesaikan urusan Kekaisaran untuk seminggu ke depan" lanjut Ramon karena tidak habis pikir dengan jawaban singkat adiknya.

Caesar berdecih menatap tidak suka akan jawaban yang baru saja dia dengar "apa kalian pikir aku sebodoh itu untuk mendengarkan omong kosong kalian, katakan saja bahwa kalian ingin mendapatkan tahta dengan memanfaatkan kekuatan Kaisar Pertama di diri kalian!!"

Si kembar terdiam, mereka seperti di rendahan akan ucapan tidak masuk akal dari Caesar. Mereka memang menginginkan tahta tapi bukan ini saja alasan mereka melakukan hal seperti ini. Tapi mereka tidak bisa mengatakannya pada Caesar sekarang.

"Ternyata kalian sama saja, aku dengar semuanya. Kalian mengincar tahta dan kalian berniat menipu semua orang dengan sebuah kepalsuan bukan!!" Caesar tertawa merasa bahwa apa yang dia katakan adalah hal yang lucu.

"Kau salah paham" sahut Ramon melirik Rimonda yang seakan tidak peduli.

Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa ada salah paham di antara mereka yang selama ini berteman dengan baik. Ramon tidak tau jawabannya saat ini, dia benar-benar tidak mengerti akan apa yang terjadi sekarang.

"Kami memang menginginkan tahta tapi kami tidak pernah memanfaatkan kekuatan Kaisar Pertama" Ramon berusaha menjelaskan tapi Caesar seakan tidak peduli.

Ramon takut, jika akhirnya dia di tinggalkan lagi. Seperti sebelumnya dan Ramon langsung menatap Rimonda yang menghela nafas kasar "sepertinya kau mendengar rumor buruk tentang kami, kami juga tidak berharap kau percaya tapi aku yakin kau akan tau mana yang benar dan mana yang salah"

Rimonda menarik tangan Ramon yang masih berharap Caesar paham, tapi mereka bedua tidak punya waktu. Jika terus mengulur waktu mereka hanya akan membuat banyak rakyat Kekaisaran yang meninggal karena wabah ini.

Jika bisa Rimonda juga ingin menjelaskan, alasan mereka melakukan semua ini. Alasan mereka berniat balas dendam, alasan mereka bersikeras untuk menjadi yang terkuat. Andai dia bisa mengatakannya mungkin mereka tidak berakhir seperti ini, mungkin saja hubungan pertemanan mereka masih baik.

Tapi nyatanya, semua itu tidak mungkin terjadi. Hanya ini yang bisa Rimonda lakukan, ini demi Caesar sendiri. Seharusnya sejak awal dia tidak membawa Caesar masuk ke dalam lingkaran balas dendam ini. Seharusnya mereka tidak usah peduli pada Caesar yang di bully, mungkin mereka tidak akan merasa kehilangan lagi.

Seperti dulu, mereka yang kehilangan kasih sayang ayah, ibunya, dan para pelayan hanya karena mereka tidak memiliki sihir.

'Apakah aku keterlaluan?' Rimonda bertanya dengan wajah yang menunduk menatap ke bawah dengan perasaan bersalah yang mengelilingi dirinya.

'Aku tau kita masih harus merahasiakan ini, tapi siapa yang mengatakan rumor seperti itu?' Ramon tidak menjawab dia penasaran akan satu hal yang mengganggunya sejak tadi.

Tapi Rimonda malah langsung mendongak menatap kakaknya yang menujukkan sebuah kekhawatiran.

Bab berikutnya