webnovel

Letter

Dulu di waktu Kekaisaran Veddira belum ada, terdapat ramalan yang mengatakan akan muncul pemilik manik merah darah atau ungu berlian. Pemilik manik itu akan membangun Kerajaan yang mampu mengalahkan Kerajaan lain dan membawa perdamaian. Dan semua itu terjadi saat seorang bayi mungil dengan manik merah darah di sebelah kiri dan ungu berlian di sebelah kanan lahir.

Banyak dari suruhan Kerajaan lain yang datang hanya untuk membunuh bayi mungil itu. Tapi semua itu sia-sia karena bayi itu memiliki sihir pelindung di tubuhnya. Tidak ada yang berhasil membunuh bayi itu bahkan sampai dia berumur sepuluh tahun.

Anak laki-laki itu memiliki sihir aneh dengan warna merah dan ungu yang indah. Bahkan dia tak perlu pedang atau senjata lain untuk membunuh lawannya. Sejak dia berumur 8 tahun sudah banyak Kerajaan yang hancur karena dirinya. Anak itu memiliki semuanya, selain sihir untuk menyerang ada juga sihir pelindung yang kuat.

Tapi dia juga memiliki sihir penyembuh yang hebat, bahkan banyak rakyat yang mengatakan anak laki-laki itu sebagai anak Dewa. Dengan semua hal baik yang dia raih banyak orang yang mulai mengikutinya dengan suka rela.

Orang-orang yang menginginkan perdamaian bergabung dengan anak laki-laki itu. Sampai mereka bisa mengalahkan kekaisaran waktu itu. Kaisar yang kejam, suka berfoya-foya, dan tidak tau penderitaan rakyat itu di bunuh oleh anak laki-laki itu. Anak laki-laki bernama Veddira itu mulai membangun Kerajaan dengan namanya, nama Veddira yang berarti hadiah dari Tuhan membuat semua orang setuju.

Dia menikah dengan seorang Putri yang di kenal sebagai Dewi Kesucian oleh rakyat. Dan dari pernikahan itu lahirlah seorang anak kembar dengan manik ungu berlian dan merah darah sama seperti Veddira. Dan yang satu adalah perempuan dengan wajah cantik dan manik hijau yang sama seperti sang Ratu.

Dan setelah itu tertulis sebuah keputusan bahwa pemilik manik ungu berlian atau merah darah akan menjadi penerus Kekaisaran Veddira. Tapi sudah sekitar lebih dari tujuh puluh tahun tak ada anak yang lahir dengan manik sesuai ramalan. Dan hanya anak-anak manik hijau seperti mendiang Ratu Pertama yang lahir di Kekaisaran Veddira.

Dan ramalan itu mulai di lupakan dan berakhir dengan anak pertama atau anak yang paling kuat yang bisa menerima tahta Kekaisaran.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" teriak Putra Mahkota melempar buku sejarah soal Kekaisaran Veddira.

Wajahnya terlihat memerah dengan tatapan tajam menandakan bahwa dia sedang marah. Mengingat semua yang terjadi kemarin membuatnya makin kesal. Dia masih tidak percaya akan apa yang dia lihat, bahkan akan apa yang dia dengar. Sekarang posisinya sebagai Putra Mahkota atau penerus Kerajaan Veddira terancam.

Bahkan yang dia lakukan kemarin hanya menyingkirkan adik-adik kembarnya tapi sekarang dia yang akan di singkirkan. Tidak ada lagi panggilan hormat yang memanggilnya Putra Mahkota. Bahkan dia yakin kedua saudara kembarnya akan mengambil alih semua yang dia miliki sekarang.

Dia ingin marah tapi dia tidak bisa menunjukkan semua itu pada orang lain. Karena bagaimanapun imeg baik, ramah, tampan dan bijaksana miliknya masih melekat di pandangan orang-orang. Dan jika dia melakukan sesuatu yang buruk maka pandangan itu akan berubah atau mungkin tidak akan pernah dia dengar dan lihat lagi.

Lalu apa yang harus dia lakukan, bahkan jika dia diam saja semua yang sudah dia lakukan selama ini akan sia-sia. Kenapa harus kedua adik kembarnya yang memiliki kekuatan seperti ramalan. Padahal dia anak pertama dan dia yang pantas mendapatkan tahta itu.

Apalagi dia baru saja menerima gelar Putra Mahkota dua bulan lalu. Dan sekarang semua itu hancur hanya karena adik kembarnya yang tidak bisa beradaptasi dengan sihir. Tapi sekarang kedua adik kembarnya memiliki sihir yang bahkan lebih kuat dari dia. Dia berteriak dan memeluk tubuhnya merasa bodoh, seharusnya dia membunuh si kembar sejak dulu. Tapi kenapa dia membunuh si kembar di saat kekuatan si kembar muncul.

"Tidak!! Aku tidak bisa di singkirkan degan mudah, pasti ada cara lain yang bisa aku lakukan!" ucap Putra Mahkota dengan manik yang menatap tidak percaya akan apa yang terjadi sekarang.

"Harus ada tapi apa? Apa yang bisa aku lakukan sekarang!?" ucapnya lagi meremat rambutnya berharap ada satu ide yang bisa dia gunakan.

Sekarang dia harus melakukan sesuatu jika tidak ingin di singkirkan. Dia harus membuat si kembar sadar bahwa apa yang mereka lakukan hanya akan sia-sia saja. Dan dia harus membuat di kembar tidak bisa mengambil gelar miliknya begitu saja, karena dia sudah bekerja keras demi bisa mendapatkan gelar ini. Apa pun itu akan dia lakukan untuk membuat si kembar sengsara.

Karena semua yang terjadi adalah ulah mereka dan dia tak mau mundur begitu saja. Dia berjalan mendekati meja kerja miliknya dan mulai duduk dengan tenang, tapi pikirnya tak tenang dan terus mencari cara membuat si kembar menyesal sudah membuat dirinya seperti ini sekarang.

Padahal dia sudah susah payah merencanakan pembunuhan mereka tapi mereka malah kembali dengan selamat. Kenapa juga mereka tak mati saja dan dirinya bisa hidup tenang di Kerajaan ini. Padahal yang perlu dia lakukan sekarang adalah mengambil hati Yang Mulia Kaisar atau ayahnya. Tapi si kembar kembali dan menghancurkan semua yang sudah dia kerjakan selama ini. Tatapannya terlihat sangat tajam dengan manik hijau yang menyala.

Sihir berwarna hijau itu mengelilingi tubuhnya sampai sebuah ide muncul. Dia tertawa dan menatap ke depan dengan tatapan merendahkan, ide itu mungkin akan bagus. Tapi apa ini tidak terlalu beresiko untuk dia lakukan, atau dia menyuruh orang lain saja melakukan hal itu. Benar ada satu cara yang bisa dia gunakan selain membunuh mereka di Kekaisaran saat ini. Karena membunuh mereka pasti akan menimbulkan kecurigaan besar di Kekaisaran.

"Ayah dan ibu pasti setuju" ucap pria itu dengan senyuman miringnya.

Dia membunyikan lonceng membuat pintu kamarnya terbuka lebar memperlihatkan seorang pria paruh baya yang terlihat gagah. Dia adalah pelayan setianya dan dia pastikan apa yang menjadi rencananya harus berhasil kali ini. Karena dia tak yakin apa ada kesempatan lain bagi dirinya untuk membunuh si kembar dengan baik.

"Yang Mulia.. anda memanggil saya" ucap pelayan itu menatapnya yang tersenyum lebar.

Dia langsung menulis sesuatu di kertas putihnya, dan selama itu juga pelayannya menunggu. Sang Putra Mahkota mengangguk dan memberikan sebuah kertas pada pelayannya itu. Kertas itu dia genggam membuat pelayan itu hanya bisa menatap kertas itu dengan pandangan bingung.

"Berikan surat itu pada Kaisar"

Bab berikutnya