webnovel

Revenge

Rimonda dan Ramon terkejut saat mereka berada di hutan tempat mereka di bunuh kakak mereka. Keduanya hanya duduk dengan tubuh lemas saat mengingat hal itu. Padahal hari ini tepat umur mereka yang kesepuluh. Tapi kakak mereka hampir saja berhasil membunuh mereka. Mereka merasa bersyukur karena wanita itu mereka bisa selamat.

Rasanya dia ingin mengucapkan terima kasih tapi wanita itu tidak menerima ucapan terima kasih dan memberi mereka tugas untuk balasan dari yang dia lakukan. Wanita yang menyebut dirinya seorang Dewi itu menyuruh mereka untuk melakukan sesuatu. Waktu itu mereka akan menolak karena memang mereka tidak sanggup melakukannya. Tapi akhirnya mereka tak bisa menolak saat tau mereka akan mati jika keluar dari tempat ini.

Mereka akhirnya pasrah dan berakhir mengikuti semua yang di inginkan wanita itu. Dan benar saja tidak lama setelah itu mereka di kembalikan di tempat awal sebelum kakak mereka datang. Keduanya masih terkejut dan belum bisa menerima ini semua. Terlihat jelas dari sorot mata mereka yang terlihat bergetar dan tubuh mereka yang dingin. Keduanya langsung sadar saat mendengar suara teriakan dari arah Istana.

Tatapan mereka saling bertemu dan membuat mereka terkejut saat mereka bisa membaca pikiran masing-masing. Keduanya bahkan memundurkan tubuhnya dengan raut wajah tidak percaya.

Apakah ini juga termasuk kemampuan mereka yang di berikan oleh wanita itu. Jika memang benar mereka merasa beruntung dan langsung tertawa menatap manik mereka yang ternyata berubah.

Warna manik Ramon yang berwarna merah dan Rimonda yang berwarna ungu membuat keduanya lebih tidak percaya. Kenapa hari ini mereka banyak mendapatkan kejutan, apa karena hari ini adalah hari ulang tahun mereka. Padahal mereka jelas ingat warna manik mereka yang berwarna hijau dulu.

Dan perubahan kali ini membuat mereka senang sekaligus tidak percaya di saat bersamaan. Keduanya langsung berdiri dengan pakaian kotor dan robek tanpa alas kaki yang membuat kedua kaki mereka terluka.

"Sepertinya kita harus keluar" ucap Ramon membuat Rimonda menggeleng.

"Apa kakak tau bagaimana sikap mereka pada kita, aku takut Putra Mahkota melukai kita lagi" sahut Rimonda menatap Ramon yang terdiam sebentar.

"Tapi sekarang akan berbeda Monda, kau tau sendiri kita sudah punya sihir yang sama seperti mereka" ucap Ramon menatap Rimonda yang terdiam memikirkan apa yang di katakan oleh Ramon.

Rimonda masih takut karena dia jelas mengingat bagaimana Putra Mahkota yang hampir membunuh mereka. Tapi Rimonda juga tak bisa diam saja melihat Putra Mahkota yang akan senang jika mereka pergi dari Istana. Dia berpikir untuk melakukan sesuatu yang bisa membuat Putra Mahkota sengsara. Rimomda ingin balas dendam sampai Ramon mengatakan bahwa dia setuju jika mereka melakukan balas dendam.

Apalagi sekarang mereka memiliki sihir dan pasti mereka bisa menjatuhkan Putra Mahkota dari tahtanya. Benar itulah yang harus mereka lakukan, mereka harus bisa memperlihatkan pada Putra Mahkota bahwa mereka bukan anak-anak lemah yang bisa di bunuh kapanpun dia mau.

Sekarang mari kita balas dendam pada Putra Mahkota, tanpa melupakan tugas dari sang Dewi. Tugas yang harus mereka lakukan untuk membayar atas kehidupan mereka. Mereka mulai melangkah mendekati istana yang ramai karena mereka menghilang. Keduanya tersenyum karena membuat para prajurit dan pelayan yang biasanya mengabaikan mereka tengah mencari mereka.

Ini adalah hal yang tidak pernah mereka perkirakan, karena menurut mereka semua orang tidak akan peduli dengan mereka walau mereka meninggal sekalipun. Apalagi mengingat Yang Mulia Kaisar dan Ratu yang pasti akan menghukum mereka karena masalah ini. Mau bagaimanapun karena mereka tidak punya sihir, kasih sayang orang tua mereka menghilang begitu saja. Tapi sekarang mereka memiliki sihir dan pasti mereka bisa membuat keduanya kembali tertarik pada mereka.

"Itu mereka!" teriak salah satu pelayan menunjukan si kembar yang keluar dari hutan.

"Dari mana saja kalian, apa kalian tau yang Mulia Kaisar dan Ratu mencari kalian" ucap ketua prajurit Istana.

"Cepat bawa mereka ke hadapan Yang Mulia" ucap pria itu lagi menyentuh bawahannya untuk membawa si kembar.

Mereka berdua hanya diam saja dan mengikuti kemana para prajurit itu menyuruh mereka pergi. Selama perjalanan mereka juga menutupi manik mereka dengan rambut. Karena mereka ingin memberi kejutan untuk Yang Mulia Kaisar yang pasti akan terkejut nanti. Mereka saja sudah tidak sabar menantikan hal itu. Mereka melihat Putra Mahkota yang berlari hanya dengan baju tidur yang tertutup jubah miliknya.

Mereka tertawa mengejek melihat Putra Mahkota yang tidak percaya akan kedatangan mereka. Kali ini mereka tidak akan tinggal diam hanya karena Putra Mahkota yang lebih kuat dari mereka. Karena sekarang mereka akan membalas semua yang telah Putra Mahkota lakukan pada mereka.

'Lihat saja wajah terkejutnya itu sangat menghibur bukan!' ucap Ramon menatap Rimonda yang mengangguk setuju.

'Sekarang biarkan saja dia melakukan apa pun karena kita akan menghancurkan semua itu' sahut Rimonda dengan semangat.

Walau umur mereka masih sepuluh tahun, tapi mereka tidak bisa di anggap anak kecil lagi sekarang. Mengingat apa saja yang sudah terjadi pada mereka membuat mereka tidak mau terlihat polos. Mereka ingin melakukan sesuatu yang bisa membuat mereka hidup lebih lama. Sampai di tempat Kaisar mereka bisa melihat Ratu yang langsung mendekat dan menampar pipi mereka berdua.

Keduanya tersungkur dengan tangan mereka yang saling bergandengan saling menguatkan diri masing-masing. Biasanya mereka hanya menangis karena di tampar sang Ratu tapi sekarang hal itu tak akan terjadi lagi. Sang Kaisar hanya menatap sang Ratu yang menampar si kembar. Dia tidak tertarik akan hal apa yang di lakukan sang Ratu karena banyak pekerjaan yang harus dia urus.

Apalagi setelah berita hilangnya si kembar dia dengar membuat pekerjaannya makin menumpuk saja. Sang Ratu langsung mendekat menatap si kembar yang terdiam dengan manik yang tertutup. Sang Ratu langsung mencengkram dagu Rimonda dengan kuat. Ramon yang mendengar Rimonda berteriak kesakitan langsung memeluk Rimonda.

Sang Ratu terkejut saat Ramon berani melawannya, tatapan sang Ratu terlihat tajam dan langsung menarik tangan Ramon yang meringis sakit di pergelangan tangannya yang memerah. Rimonda berteriak dengan manik yang menatap tajam pada Ratu yang terkejut.

Warna manik Rimonda membuat semua orang terkejut bahkan Kaisar juga. Ramon langsung memeluk Rimonda lagi dengan kedua manik merah yang menatap sang Ratu tajam. Mereka semua terkejut tidak hanya Rimonda tapi warna manik Ramon juga berubah. Sang Kaisar mendekat dan langsung menatap kedua manik si kembar. Dan tanpa mereka sadari Putra Mahkota juga melihat hal itu.

Bab berikutnya