webnovel

Sebuah Titah, Takdir untuk Berpisah {1}

"Putra Mahkota, sebenarnya apa yang sedang Anda lakukan di AI HE?" tanya Dewa Li Qian Long, saat keduanya sudah kembali berada di dalam istana.

Xie Liao Xuan tak menjawab apa pun, dia memilih diam dan sibuk dengan beberapa dayang-dayang yang telah menyiapkan pakaiannya. Sementara itu, pengawal pribadinya—Li Zeng, dengan setia mulai membuka pakaiannya setelah kepergian para dayang istana.

"Apa Putra Mahkota tak tahu, sangat tak mungkin bagi seorang Dewa yang tak memiliki jodoh bisa melihat telaga itu. AI HE adalah sebuah muara sungai yang telah ditetapkan dengan hukum langit, jika hanya Dewa atau Dewi yang bertemu jodohnyalah yang bisa menemukan tempat itu. Jadi, Putra Mahkota, apa benar Anda sendirian di sana?" desak Dewa Li Qian Long.

Xie Liao Xuan kembali diam, namun lirikan matanya seolah mengisyaratkan agar Li Zeng membantunya untuk mengusir Dewa tua itu kembali ke tempatnya. Sebelum, apa yang ia sembunyikan tadi diketahui oleh Dewa yang tahu segalanya itu.

"Dewa Li Qian Long, bukankah kau tahu segalanya atas apa yang terjadi di semesta raya ini? Bahkan, bukan hanya masa lalu, akan tetapi masa depan juga. Tentunya kau tak kesulitan untuk sekadar melihat apa yang Yang Mulia lakukan di sana tadi. Jadi, bisakah kau pergi sebentar? Karena Putra Mahkota ingin membersihkan diri sebelum menghadiri jamuan bersama dengan para Dewa sebagai peresmian pengangkatannya sebagai seorang Putra Mahkota."

Mendengar hal itu, Dewa Li Qian Long tak lantas pergi. Matanya tampak berkaca-kaca memandang ke arah sang Putra Mahkota yang saat ini sudah melepas semua pakaiannya.

"Yang Mulia Putra Mahkota, cukup hari ini. Jangan pernah melangkah lebih jauh lagi dari ini," ucapnya kemudian, melangkah pergi dari kamar Xie Liao Xuan.

Xie Liao Xuan hanya terdiam, dia melirik ke arah perginya Dewa Li Qian Long sambil menelan ludahnya yang mendadak kering. Dia tahu, dia tak bisa membohongi Dewa yang bahkan telah memegang takdir setiap penghuni alam semesta. Namun, mendengar peringatannya seperti itu, mau tak mau membuat Xie Liao Xuan kepikiran juga.

"Yang Mulia, sekarang waktunya Anda untuk membersihkan diri,"

Xie Liao Xuan langsung menuju ke arah samping ruang tidurnya, sebuah kolam dengan nuansa alam seperti di bumi tampak begitu nyata. Sebuah kolam kecil yang sudah penuh dengan bunga-bungaan, dan susu itu pun sudah siap. Membuat Xie Liao Xuan melangkah masuk dengan hati-hati kemudian disusul oleh Li Zeng.

Dengan penuh ketelatenan, Li Zeng pun berdiri tak jauh dari Xie Liao Xuan. Sebab sedari kecil, Xie Liao Xuan paling tak suka disentuh oleh siapa pun. Itu sebabnya, dalam urusan pribadi dia lebih suka hanya ditemani oleh Li Zeng, tanpa ia membutuhkan dayang, dan lain sebagainya.

"Sebenarnya, apa yang telah dikatakan oleh Dewa Li Qian Long adalah benar, Yang Mulia. Bahkan hal itu sudah bukan rahasia lagi...," kata Li Zeng membuka suara. Xie Liao Xuan masih diam, dia sibuk dengan air susu yang ada di atas telapak tangannya. "Jadi kalau boleh tahu, siapakah yang Anda temui waktu berada di AI HE, Yang Mulia?" tanya Li Zeng dengan hati-hati.

"Aku tak sengaja menemuinya," ucap Xie Liao Xuan pada akhirnya. Li Zeng menunduk, ada sebuah senyuman terukir di sudut bibirnya. "Hanya seorang wanita yang tak begitu istimewa. Tidak lebih," jelasnya kemudian.

Xie Liao Xuan terdiam sejenak mencoba mencerna apa yang telah dikatakan oleh Dewa Li Qian Long tadi. Jika hanya yang berjodohlah yang bisa menemukan tempat itu berdua. Mengingat ucapan itu, Xie Liao Xuan berhenti mengusap lengannya dengan air susu. Kemudian dia kembali mengingat wajah wanita yang ada di sana tadi. Dia adalah seorang manusia, atau separuh manusia. Jadi, bagaimana bisa wanita itu yang ditakdirkan menjadi jodohnya?

Xie Liao Xuan tersenyum getir, dia langsung membuang jauh-jauh pikiran konyolnya itu. Setelah ia cukup membersihkan diri, dan mengguyur tubuhnya dengan air mawar, dia pun langsung melangkah pergi. Tak lupa, Li Zeng dengan setia melayaninya. Mengeringkan tubuh Xie Liao Xuan, kemudian dengan telaten membantu Xie Liao Xuan mengenakan pakaiannya.

Sampai pada saat titah itu datang, Bahwa Xie Liao Xuan harus segera menuju balai agung. Dia langsung mengibaskan jubahnya, berjalan dengan angkuh menuju tempat diadakannya acara.

"Yang Mulia, bukankah—"

Ucapan Li Zeng terhenti, saat tangan Xie Liao Xuan diangkat. Kemudian dia melirik ke arah para pengawal dan dayang-dayang, dengan tatapan dinginnya.

"Aku ingin berjalan kaki sendiri ke sana. Kalian pergilah dulu," perintahnya.

Kemudian dia berjalan, membuat semua pengawal dan dayang menundukkan kepalanya dalam-dalam. Namun, di tengah perjalanan, matanya kembali menangkap cahaya putih yang tampak mendekat.

Awalnya, Xie Liao Xuan tak mau peduli. Tapi lama-lama dia berpikir, jika saat ini para Dewa dan Dewi sedang berkumpul. Akan menjadi buruk jika sampai wanita itu tertangkap oleh pengawal istana. Dan itu benar-benar mengganggu pikirannya.

"Li Zeng, bisakah kau pergi ke tempat Ibunda Ratu? Katakan kepadanya jika aku ingin jubah kebesaranku segera diantarkan untukku sekarang juga."

Lama, Li Zeng tak lantas pergi dari sana. Untuk kemudian dia sadar jika Xie Liao Xuan menatapnya dengan tajam, membuatnya berangkat juga.

Xie Liao Xuan langsung terbang setelah melihat Li Zeng pergi. Namun dia tak tahu, jika Li Zeng melihat dia pergi membuat Li Zeng mengurungkan niatnya menemui Sang Ratu dan memilih untuk mengikutinya diam-diam.

Xie Liao Xuan terbang semakin cepat, menarik tangan wanita yang kini sedang terbang hendak ke mana pun dia tak tahu. Tapi, dengan sigap wanita itu menarik tangan Xie Liao Xuan, kemudian hendak menyerang Xie Liao Xuan. Namun sayang, serangan lemahnya tak sebanding dengan Xie Liao Xuan, yang akhirnya keduanya saling mengeluarkan jurus masing-masing sampai berakhir pada kedua tangan wanita itu terikat sempurna oleh tangan Xie Liao Xuan. Keduanya berdiri tepat di sebuah pohon persik yang kini sedang berbunga. Bahkan, suasana menjadi sangat aneh sekarang. Ribuan kelopak bunga persik seolah menghujani mereka, dan waktu seolah telah berhenti dengan semestinya.

"Kau lagi," guman Xie Liao Xuan.

Merasa tak enak hati, wanita itu mencoba untuk pergi. Namun, tubuhnya sudah dikunci oleh Xie Liao Xuan sampai membuatnya tak bisa berkutik sama sekali.

"Apa kau pikir, wajah jelekmu itu pantas kau pamerkan ke seluruh penjuru kayangan?" ejek Xie Liao Xuan sembari berdecak.

Merasa tersinggung dengan ucapan dari Xie Liao Xuan, wanita itu langsung menendang selangkangan Xie Liao Xuan, sampai laki-laki itu melepaskan pelukannya.

"Aku baru tahu jika seorang Putra Mahkota bisa bermulut busuk sepertimu," katanya.

"Dasar rubah jelek," dengus Xie Liao Xuan tak mau terima.

"Dasar,"

"Yang Mulia Putra Mahkota!"

Mendengar panggilan itu, Xie Liao Xuan langsung bergegas menarik wanita itu untuk bersamanya. Kemudian dia membawa wanita itu bersembunyi di balik pohon persik yang cukup besar. Tubuh wanita itu kembali ia kunci, sementara mulutnya ditutup oleh tangan Xie Liao Xuan. Xie Liao Xuan yang sibuk memeriksa keadaan sekitar tak menyadari, jika sepasang mata cantik kini terpana melihat ke arahnya.

Dan saat Xie Liao Xuan memandang wanita itu, tatapan mereka akhirnya bertemu. Tatapan yang bahkan tak bisa untuk diartikan dengan kata-kata. Rahang Xie Liao Xuan tampak mengeras, hatinya berdebar dengan tak menentu meski hanya menatap wanita ini. Sampai sosok yang sedari tadi ia bungkam pun langsung mendorongnya, membuat Xie Liao Xuan mundur beberapa langkah.

"Kau tak akan selamat jika terus seperti ini," kata Xie Liao Xuan pada akhirnya.

Wanita itu masih diam, wajahnya terasa panas karena kejadian tadi. Dia benar-benar tak menyangka, jika kedatangannya di istana langit benar-benar membuatnya harus berurusan dengan laki-laki yang tak lain adalah Putra Mahkota dari istana langit.

"Dan aku tak perlu kau pedulikan untuk itu," ketus wanita yang ada di depan Xie Liao Xuan.

"Yang Mulia Putra Mahkota!"

Xie Liao Xuan benar-benar sangat bimbang, dia sudah tak ada waktu sekarang, atau dia benar-benar akan tertangkap basah dengan wanita gila ini. Tapi, dia juga tak tega untuk meninggalkan wanita ini sendiri, sebab dia yakin, setelah ini dia pasti akan tertangkap. Kemudian dia akan dihukum berat.

"Cepat pergilah!" perintah Xie Liao Xuan. Karena dia ingin menghilangkan jejak manusia yang tampak jelas di sini.

"Kau pergi saja, kenapa kau harus mempedulikanku!" kata wanita itu yang masih keras kepala.

Merasa geram, Xie Liao Xuan memandang wanita itu dengan tatapan tajamnya. Kemudian dia beranjak dari tempat itu. Belum jauh dia melangkah, Xie Liao Xuan pun tampak menimbang-nimbang apa yang harus ia lakukan. Sampai akhirnya ia kembali, kemudian menarik belakang kepala wanita itu dan memaksa wanita itu membuka mulutnya. Untuk kemudian, Xie Liao Xuan memasukkan sebuah benda ke dalam mulut wanita itu lewat mulutnya.

Bab berikutnya