webnovel

Chapter 6

Sebuah pertemuan sesaat yang mengubah banyak hal dalam hidupmu ....

Bisakah ini disebut takdir?

***

Loey menghentikan mobilnya di belakang asrama E-X yang jarang dipantau sasaeng atau media. Ia membuka kaca mobil, melirik ke kanan-kiri untuk memastikan tidak ada kamera yang mengintai mereka. Setelah merasa aman, Loey keluar, lalu membukakan pintu Hana seraya memakaikan jaketnya menutupi gadis itu.

Mereka bergegas masuk, lalu samar-samar terdengar suara candaan beberapa pemuda yang terasa familiar dengannya. Hana melepas sepatu, lalu masuk mengikuti Loey.

"Apa benar tidak apa? Bagaimana jika ada yang melihatku di sini?" Hana melangkah ragu-ragu.

Loey menggeleng. "Tidak apa-apa, masuklah." Loey menarik lengan Hana, menuntunnya ke ruang makan dan bergabung dengan member lainnya di sana.

"Yo!! Lihat siapa yang aku bawa!" Loey berseru riang, membuat para member yang duduk mengitari meja kayu yang berbentuk persegi panjang menoleh serentak.

"Bagaimana bisa Hana ada di sini?" tanya Jae-Hyun.

"Jangan bilang kalau kau mencari alamatnya dan menunggunya sampai pagi," tebak Jun.

"Tidak, tidak! Aku hanya kebetulan lewat di depan apartemen Hana dan melihatnya keluar, jadi aku mengajaknya ke sini," bantah Loey membuat Soo-Hyun tersenyum nakal.

"Benarkah begitu? Tapi tadi malam hyung tidak ada di asrama. Apa hyung menunggu di depan apartemennya sampai pagi? Ahhh, sejak kapan hyung jadi penguntit?" goda Soo-Hyun.

"Jangan bicara sembarangan! Memang benar kebetulan kok. Hana, ayo duduk, jangan canggung." Loey mencoba mengalihkan pembicaraan karena ia tidak bisa berbohong, khususnya pada Jae-Hyun yang bisa membaca wajahnya.

Hana menurut. Ia duduk di kursi samping Loey dan K sambil meletakkan tasnya di atas meja. Ia mengeluarkan kotak makanan dari goodie bag, lalu menyusunnya di atas meja. "Aku membuatkannya untuk kalian."

"Whoaa! Itu terlihat sangat lezat!" K terlihat antusias ketika Hana membuka kotak makanan satu per satu, memperlihatkan potongan rendang dengan aroma kuat dan lezat.

"Boleh aku makan ini?" K menatap lekat rendang di hadapannya.

"Oh ayolah, ini kesempatan selagi Manajer Kim tidak ada. Lagipula kita belum sarapan, sedangkan siang nanti kita ada pemotretan. Setidaknya aku tidak makan rebusan gila itu pagi ini. " Jae-Hyun tak sabaran, membuat Hana tertawa.

"Ya ampun, kapan terakhir kali kalian makan daging? Jangan bilang selama ini hanya menyantap sayuran?" Hana terkekeh pelan.

"Kurasa bulan Januari kemarin? Entahlah. Aku tidak ingin mengingatnya." Kini Jun yang tampak tak sabaran.

"Manajer Kim, maaf... tapi pagi ini izinkan kami makan daging. Aku janji setelah ini aku akan rajin olahraga," ujar Jae-Hyun sambil merapatkan kedua telapak tangannya.

"Nah, ayo makan!" Loey berseru seraya memulai sarapannya diikuti member yang lain.

Hana hanya tersenyum melihat idoalnya mulai menyantap makanan.

Memerhatikan K yang lahap dan Soo-Hyun yang terkadang mencuri-curi jatah Loey.

"Ini sangat enak," puji K disela-sela makannya.

"Benarkah? Nanti aku buatkan makanan Indonesia lainnya," ujar Hana sembari memerhatikan para member yang lahap menyantap masakannya dengan senyuman di wajahnya.

Hatinya lega. Semua masih terasa tidak nyata. Ketika idola yang selama ini ia kagumi kini berada di hadapannya. Mereka nyata, dan ia bahagia. Bisa memerhatikan mereka makan dengan lahap, memastikan mereka tidak kelaparan, atau sedih.

Ini semua sudah lebih dari cukup baginya. Bahkan jika semua ini mimpi, ia rela terbangun saat ini juga.

***

"Kita diundang untuk hadir di acara penutupan olimpiade musim dingin tiga minggu lagi, jadi jaga kesehatan kalian, jangan sampai sakit atau cidera," jelas Manajer Kim seraya menunjukkan kertas jadwal mereka.

"Baik!" Semua member menjawab bersamaan, lalu mulai memasuki mobil van.

Manajer Kim tersenyum simpul, lalu pandangannya kini beralih pada Hana yang tampak membicarakan masalah kostum dengan beberapa stylist lainnya. Ia menghampiri Hana, lalu menepuk bahunya. Spontan gadis lugu itu menoleh.

"Anda memanggil saya?"

Manajer Kim mengangguk. "Ya, aku ingin bicara sebentar denganmu. Kemarilah." Pria itu melangkah diikuti Hana menuju tempat yang agak jauh dari mobil van itu terparkir.

"Direktur ingin kau merancang pakaian untuk penampilan mereka di penutupan olimpiade. Apa kau bisa menyanggupinya?"

Hana tersontak. Apa ia tidak salah dengar? Merancang pakaian show untuk E-X? Demi apapun ingin rasanya Hana menciut, lalu menghilang, kembali ke apartemennya dan meloncat-loncat bahagia di sana. Kapan lagi ia memiliki kesempatan ini? Merancang busana untuk dipakai bintang besar idolanya untuk menghadiri acara nasional. Itu kesempatan yang luar biasa!

Bahkan Hana berani bertaruh seratus persen bahwa desainer yang jauh lebih berkelas dari Nona Jung juga mengharapkan hal ini. Tapi, dari semua keberuntungan itu, ada sesuatu yang mengganjal pikirannya.

Waktu.

Saat ini bulan November akan segera berakhir, sedangkan olimpiade itu akan dilaksanakan di awal bulan Februari. Dua bulan? Akankah waktu itu cukup? Ah, tidak. Ia harus mencobanya. Demi E-X.

Hana menarik napas panjang, lalu mengangguk dengan mantap. "Ya, Saya bersedia."

***

Bab berikutnya