webnovel

Akhir Kisah

"Aku rindu padamu, Ruby...". Suara Jack berbisik lembut. Ruby tidak lagi menahan air matanya untuk jatuh.

"Maaf...". Akhirnya kata maaf itu lolos dari bibir Ruby, perempuan itu menunduk.

"Aku rindu, sangat rindu...". Jack menggenggam tangan Ruby.

"Bisakah aku terus menyentuhmu seperti ini? Selamanya?".

"Maaf". Hanya kata maaf yang bisa Ruby ucapkan. Ruby masih menunduk, air mata berjatuhan ke rumput.

"Sungguh, aku tidak bisa tanpamu..". Jemari Jack mengangkat wajah Ruby dan menjelajahi tiap lekuknya. Sementara semakin erat Jack menggenggam tangan kirinya.

"Maafkan aku... maafkan aku, Jack... tolong beri aku waktu untuk berfikir". Ruby menarik tangannya dan lari meninggalkan Jack, lagi. Ia menyalakan mesin mobil tanpa memperdulikan ketika Jack memukul-mukul kaca mobilnya. Mobil itu berdecit meninggalkan Jack untuk kesekian kalinya.

Dengan gontai, Jack masuk ke dalam rumah. Ia disambut pembantunya seperti biasa.

"Tuan, mau makan sekarang atau nanti?". Tidak ada jawaban. Jack diam, pikirannya masih tertuju pada Ruby. Kenangan yang menyakitkan itu muncul kembali. Sampai beberapa hari kemudian Jack seakan kehilangan pijakan.

Setiap hari setelah pertemuannya dengan Ruby malam itu, Jack lebih sering menyendiri. Jack termangu di ruang kerja sambil menghisap rokok, menjadikan ruangan itu penuh dengan nikotin. Sesekali ia menggigit kuku jarinya. Ia lalu bangkit setelah lama terdiam dan pergi keluar rumah. Angin malam sangat segar membuatnya sedikit tenang.

Jack mengeluarkan mobil dan pergi ke sebuah cafe. Ia memesan minuman dan mabuk sendirian. Bartender terus menyodorkan gelas demi gelas alkohol yang diminta Jack. Lelaki itu mulai meracau tidak jelas, meracaukan Ruby.

"Ruby, aku mencintaimu. Mencintaimu... mencintaimu...". Apakah mencintaimu harus sesakit ini?

***

Sejak meminta waktu untuk berfikir saat itu, Ruby tidak lagi mengantar coklat untuk Jack. Jack kembali merasa kehilangan. Jack masuk kedalam kamar dan membuka laci lemari. Ia mengeluarkan sekotak coklat pemberian Ruby. Sebenarnya ia tidak mau membuka kotak itu. Coklat itu lebih enak dimata ketimbang lumer di mulutnya. Coklat inilah yang membuat Ruby berubah dan menyadari bahwa kekerasan hati tidak akan membawa seseorang pada kebahagiaan.

Jack benar-benar merasa kehilangan Ruby. Ia hanya bisa menanti waktu yang akan mempertemukannya kembali pada Ruby. Ia percaya waktu terus berputar. Di putaran waktu yang entah keberapa ia akan bertemu dengan Ruby lagi. Ia percaya waktu yang berputar ikut berperan menentukan siapa yang akan terus kita temui dalam kehidupan ini.

Sementara itu, hanya Tuhan-lah yang tahu kenapa Ruby kembali tidak bisa menguasai perasaannya sore itu. Pertemuan di halaman rumah Jack rupanya hanya mengakumulasi rasa rindu yang selama ini ia pendam. Ia begitu merindukan Jack sehingga dalam hitungan menit saja setelah pulang kerja mobilnya telah tiba diparkiran kantor Jack. Hujan mulai rintik-rintik. Dari kaca mobil, Ruby melihat Jack keluar dari pintu belakang gedung. Lelaki itu tengah menunggu hujan reda. Ruby melihat keletihan terbayang di wajah Jack yang murung. Tangan kirinya masuk kedalam saku celana sementara tangan satunya lagi asyik menggenggam rokok.

Ruby ingin menghampiri, tetapi ia malu karena banyak orang yang tidak ia kenal. Jack lari menuju mobilnya, Ruby segera mengikuti mobil lelaki itu. Jack tidak langsung pulang melainkan singgah disebuah bar. Hujan semakin deras saat Jack turun memakai payung. Ruby pun ikut turun dan menghampiri Jack tanpa payung, dipanggilnya lelaki itu hingga menoleh.

Jack berlari menghampiri Ruby yang basah kuyup dan segera memayunginya. Jack mendekap erat tubuh Ruby yang menggigil. Dibawah terpaan hujan yang semakin deras Jack mencium lembut mata Ruby. Ia mendekap lebih erat lagi.

"Sungguh, jangan tinggalkan aku lagi. Aku mohon...". Jack mencium leher Ruby dan mengulum bibirnya. Mereka saling memagut dan melumat, melampiaskan rindu yang selama ini terpendam.

"Aku rindu kamu...". Bisik Jack.

Dan selanjutnya seperti sebelumnya, Ruby hendak mempermainkan Jack. Perempuan itu berlari menerobos hujan. Dengan sigap Jack melempar payungnya dan mengejar Ruby. Ia angkat tubuh kecil perempuan itu dan ia bawa masuk kedalam mobil. Menculik yang tersayang.

Mereka kembali memenuhi apartemen nomor 3435, seperti kaset yang diputar ulang, semua kenangan masa lalu itu muncul begitu saja. Ruby masih diam membisu tak berkutik kala mata Jack masih betah menyorotinya tajam. Jack lelah dipermainkan oleh perempuan kecil didepannya ini. Ia butuh kejelasan.

"Ganti bajumu...".

"Apa yang kamu lakukan?!". Ruby menarik diri dari Jack. Perempuan itu kaget saat Jack hendak melepas baju yang ia pakai.

"Menggantikanmu baju tentu saja. Kenapa? Kamu malu? Padahal aku yang sudah merobek selaputmu!". Ujar Jack blak-blakan yang membuat Ruby tidak habis pikir.

"Aku mau pulang, aku sibuk". Ruby hendak beranjak namun Jack segera menarik tangan perempuan itu. Tubuh Ruby sukses luruh dan jatuh tepat di bawah kukungan Jack.

"Jangan kabur lagi, aku butuh kejelasan tentang perasaanmu". Ruby meneguk ludahnya, mata perempuan itu berputar menghindari tatapan Jack.

"Aku masih tidak mengerti dan mungkin tidak akan pernah tahu bagaimana perasaanku. Aku merasa tidak pantas dicintai". Jack sedikit bangkit untuk meraih ponselnya, ia memutar lagu Cold play Fix You.

"Kamu tidak usah menjelaskan apapun. Dokter Sonia sudah menceritakan semuanya padaku. Kenapa kamu tidak mempercayaiku? Aku yang akan memperbaiki-mu, aku bisa diandalkan". Jack merunduk untuk mengecup dahi Ruby dalam, kemudian tangannya membuka satu persatu kancing kemeja Ruby. Yang terjadi selanjutnya adalah berbaikan dengan cara yang sangat manis. Menyatu dan saling merasakan satu sama lain.

"Akhhh... Jack! Aku sangat mencintaimu...". Disela pelepasan mereka, akhirnya Ruby mengakui perasaannya.

***

Pagi menjelang terang dan saatnya Ruby bersiap untuk bekerja. Ruby menguap dan merasa letih, ia menoleh kesebelah ranjang. Hanya kosong, semalam ia bermimpi? Setelah mandi dan bersiap-siap, langkahnya lunglai membuka pintu kamar 3435 untuk menuju kantor. Kakinya berhenti di pertengahan pintu karena hampir menginjak sesuatu. Sekotak coklat dan buket bunga. Ruby menaikan alis kanannya. Ia raih kotak coklat itu dan menatap kesekeliling. Nampak Jack yang melambaikan tangan kearahnya.

Ruby tersenyum, jadi semalam bukan mimpi? Ia benar-benar bercinta dengan Jack? Ia kembali pada Jack? Senyumnya semakin melebar, ia menutup pintu apartemen dan berlari kepelukan Jack. Entah mengapa meski ia tidak menyukai coklat, namun ia merasa bahagia menerima sekotak coklat itu. Sekotak harapan mulai terbesit di dalam hatinya. Kotak kecil itu seperti kotak pandora yang menyimpan harapan bagi manusia. Kini Ruby sadar, ia telah menemukan seseorang yang tulus. Orang itu akan dengan setia menuntunnya untuk keluar dari kesedihannya.

Jack adalah harapannya, cintanya, dan segalanya. Tuhan begitu baik mengirimkan sosok malaikat untuk dirinya yang ala kadarnya. Ruby memutuskan tidak akan lari lagi dari apa pun yang sedang menantinya. Menghadapi, bukannya kabur. Begitulah seharusnya.

Namaku Ruby-Jane dan inilah akhir kisahku...

--Selesai--

Special Thanks to my beloved readers💜

Yogyakarta, 11 Mei 2021