"Katakanlah, Ayah! Apa ayah sengaja ingin lihat aku mati karena stress, heh? Bahkan, sebelum aku tahu nama penyakitku. Cepat katakan, Ayah!" Joon semakin berteriak histeris. Ketiga orang tuanya semakin membuat Joon bingung dan tertekan.
Jaya mendekatkan bibirnya ke telinga Joon dan berbisik,
"Sebenarnya sakit yang kau derita adalah sakit jiwa, Joon Sayang."
Mata Joon terbelalak. Ia menarik tubuhnya menjauh dari Jaya. Ia berkedip-kedip pelan dengan mulut yang mengangga.
Keheningan di ruangan itu berlangsung beberapa detik. Joon melihat kembali ketiga orang tuanya secara bergantian. Terlihat jelas raut kebingungan yang terpancar dari wajah polos Joon.
"A-apa mak-sudnya i-ni?" tanya Joon terbata. Ia masih belum mengerti sepenuhnya. Otaknya tiba-tiba tidak dapat berpikir secara normal.
"Pffft, buwahahaha," tawa Kevin, Kenichi dan Jaya menggelegar hingga terdengar seantero ruangan.
Joon masih tercenung dengan tatapan kosong. Jiwanya seolah meninggalkan raga sesaat.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com